Berita Kampus

Di Balik Suksesnya Pesta Demokrasi Kemarin, Dua Fakultas Ini Menutup Diri

Akibat insiden yang terjadi pada Debat Kandidat dan pembacaan hasil keputusan Panwas kemarin, Pemira 2018 harus mundur dari jadwal seharusnya (foto: William Maliki)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Akibat insiden yang terjadi pada Debat Kandidat dan pembacaan hasil keputusan Panwas  kemarin, Pemira 2018 harus mundur dari jadwal seharusnya. Senin (27/11) Pemira BEM KM Unmul akhirnya digelar. Sejumlah TPS tersebar di setiap fakultas untuk mendukung jalannya Pemira.

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang mengusung Pemira online, tahun ini Pemira dilakukan secara e-voting yaitu dengan mendatangi TPS. Pemilih cukup menyerahkan KTM dan melakukan login portal serta langsung bisa memilih pasangan yang diinginkan. Dalam bilik vote sendiri terdapat biodata lengkap masing masing paslon beserta satu buah laptop untuk memilih.

Salah satu TPS yang terlihat ramai adalah TPS FISIP,  tempat yang menjadi markas paslon 1 ini terpantau oleh awak Sketsa hingga pukul 13.39 Wita dan tercatat sudah ada 428 mahasiswa yang melakukan vote. Terlihat mahasiswa begitu antusias berbaris menunggu antrean untuk memberikan hak suara mereka.

Pengeras suara digunakan oleh DPM FISIP mengajak mahasiswa untuk segera melakukan vote. Terlambat dari jadwal seharusnya yakni dimulai pukul 9.51 Wita, salah seorang petugas KPPR Fatmawati mengaku antusiasme mahasiswa FISIP sangat baik.

"Kalau dari FISIP ini bukanya jam 10 ya tadi, tapi sudah sampai 400. Sedangkan fakultas lain yang dari buka jam 8 pagi itu masih 300, berarti on fire banget dari FISIP," ujar mahasiswi Fakultas Hukum 2016 itu.

Di tengah ramainya antusiasme mahasiswa FISIP berpesta demokrasi, Alberto mahasiswa Ilmu Komunikasi 2016 mengakui enggan melakukan vote. Menurutnya tidak ada sosialisasi sebelumnya dan tidak mengenal siapa saja paslon yang berlaga dalam Pemira kali ini.

"Aku enggak milih karena tidak ada sosialisasi dari pihak yang menyelenggarakan Pemira, jadi saya enggak tahu siapa aja calonnya," terangnya.

Sementara itu, pemandangan berbeda terlihat di Faperta, kondisi TPS tampak lengang hanya ada petugas KPPR dan terdapat 2 bilik vote. Diakui Achmad Nuansyah selaku petugas KPPR Faperta, pembukaan TPS sedikit terhambat masalah kabel dan padatnya jadwal kuliah mahasiswa sehingga banyak yang tidak bisa melakukan vote. Terpantau hingga siang, baru 194 mahasiswa yang melakukan vote.

"Mahasiswa banyak vote sewaktu-waktu pergantian mata kuliah, tadi juga istirahat sholat jadi lumayan yang datang," ujar mahasiswa Agroekoteknologi 2017 itu.

Pemandangan yang sama terjadi di FKIP Gunung Kelua, markas paslon 2 ini juga terlihat lengang. Hanya nampak beberapa petugas KPPR dan bilik vote yang kosong, saat disambangi Sketsa pada siang hari, Ungan Rika selaku Penanggung Jawab KPPR FKIP Gunung Kelua, mengakui sudah banyak yang melakukan vote sebelumnya, meskipun ada kendala seperti beberapa mahasiswa yang lupa password sehingga harus ke SIA.

"Banyak yang lupa password. Mereka yang lupa password sudah kami lingkari namanya, ada 11 orang. Sampai sekarang belum ada kembali," terang Ungan.

Ketua KPPR Wisnu Rian Dani ditemui Sketsa seusai pengumuman rekapitulasi suara Pemira BEM KM Unmul, mengungkapkan kendala yang menyebabkan sejumlah TPS ditunda pembukaannya hingga pukul 9.00 Wita, bahkan di Fahutan pukul 11.00 Wita pemungutan suara baru dimulai. Kendala seperti perizinan tempat, derasnya guyuran hujan hingga gangguan jaringan juga sempat dihadapi.

"Kendala sih jaringan karena online, terus cuaca, kita juga selalu update kondisi terkini di TPS, alhamdulillah aman-aman aja," sebut Wisnu.

Meskipun euforia pemira disambut antusias di beberapa fakultas, namun ada dua fakultas lain yang menutup diri. Ialah Fakultas Hukum dan Fakultas Teknik yang kompak tidak membuka posko TPS. Alhasil mahasiswa yang ingin memberikan suara harus beralih ke TPS  fakultas lainnya. Hal ini cukup mengejutkan bagi Wisnu. Pasalnya, ia hanya mengetahui tentang FH yang melakukan penolakan pembukaan TPS, namun secara mendadak FT pun menyebarkan broadcast penolakannya.

"Harusnya hanya Hukum, tiba tiba tadi pagi Teknik juga buat surat broadcast untuk memblok Pemira di sana, jadi kita alihkan ke fakultas lain," Ujar Wisnu.

Ketua DPM KM Unmul Alif Mustofa juga menyayangkan sikap Fakuktas Teknik yang secara mendadak batal membuka posko TPS untuk Pemira dengan alasan kurangnya koordinasi. Dia menerima kabar tersebut malam sebelum Pemira dilaksanakan. Padahal jika ingin diadakan simulasi pihaknya siap membantu. "Teman-teman Teknik agak mengejutkannya, memberikan kabar tadi malam. Alasannya kurang koordinasi dari DPM KM mungkin, padahal kami selalu terbuka," jawab Alif.

Menurut Alif, DPM KM Unmul telah mengakomodir Lokakarya dengan DPM fakultas tentang sistem Pemira, hasilnya didapat dari musyawarah dan ditetapkanlah sistem e-vote untuk Pemira. Bahkan setelah diadakan simulasi Pemira, pihak DPM KM Unmul mengajak kembali DPM fakultas untuk melakukan kongkret, pembenahan kembali. Namun, respons yang didapat nihil.

"Masalah teman-teman yang kurang tahu gimana saya bingung juga, kami terbuka. Fakultas yang jauh FIB itu tahu ya ternyata, bahkan Mipa, Fahutan yang sibuk, Farmasi Kedokteran itu pun tahu sistemnya kayak apa, karena  memang pengin tahu gitu," pungkasnya. (wil/els)



Kolom Komentar

Share this article