Berita Kampus

Dana Mendadak Bengkak, BEM FIB Curiga

Kampus Fakultas Ilmu Budaya Unmul yang diambil pertengahan Agustus 2017 (Sumber Foto: Faqihendry)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Dana kemahasiswaan di Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) pada pertengahan tahun 2017 tiba-tiba bengkak. Perkara itu tidak diketahui oleh para lembaga mahasiswa di sana sebelum digelar audiensi. FIB 2017 ini rupanya menerima Rp1 milyar dari rektorat, yang mana 5 persen dari angka itu akan dibagi kepada mahasiswa.

Dari hitung-hitungan tersebut, BEM FIB mengetahui mahasiswa akan menerima dana sebesar Rp50 juta yang akan dibagi-bagi kepada tiap UKM dan lembaga. Tetapi, setelah diadakan audiensi terkait dana kemahasiswaan pada 23 Oktober lalu, dana mahasiswa tiba-tiba bertambah Rp6 juta sehingga totalnya berubah menjadi Rp56 juta.

“Kalian dikasih lebih kok malah protes,” ujar Irwanto, Presiden BEM FIB menirukan nada bicara Moch. Siddik, Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) sewaktu audiensi.

Dalam audiensi tersebut dipaparkan pula alokasi anggaran kemahasiswaan di FIB. Untuk lembaga (DPM, Hima Sasindo, Hima Sasing, Hima Etnomusikologi, LDF Al-Farra, PMK) dan UKM (Mustar, K.Sus, Mahibe, dan Summia) masing-masingnya menerima dana Rp2,5 juta. Sedangkan BEM FIB mendapat kucuran dana paling besar. Melalui PKKMB BEM FIB dianggarkan menerima Rp2,5 juta dan untuk Festival Budaya dan Seminar mendapat Rp8,5 juta. Total BEM FIB mendapat suntikan dana Rp11 juta.

Di luar dari dana tersebut ada anggaran sebesar Rp20 juta untuk prestasi mahasiswa. Menurut Irwanto, dalam audiensi alokasi anggaran itu dijelaskan dana prestasi mahasiswa baru dapat terserap habis apabila mahasiswa FIB berhasil menghasilkan tiga emas untuk fakultas. Tahun ini sudah berjalan sebelas bulan dan FIB belum mendapatkan emas satu pun.

Lebih lanjut Irwanto mengatakan apabila 2017 berakhir lalu dana prestasi mahasiswa tak tersentuh maka dana tersebut akan dikembalikan ke pusat. “Hangusnya (dana prestasi mahasiswa) itu langsung ke pusat. Entah ke rektorat atau Dikti atau seperti apa, pokoknya langsung ke pusat,” katanya.

Irwanto menyimpan curiga terkait pembengkakan dana kemahasiswaan ini. BEM FIB telah berusaha untuk meminta transparansi dana kepada pihak fakultas, namun diarahkan untuk pergi berurusan dengan pihak keuangan di rektorat. Ketika di rektorat Irwanto mengatakan pihaknya kembali diminta menanyakan hal tersebut kepada fakultas. Ia menyayangkan sikap lempar-lemparan antara fakultas dan rektorat. Kendati peristiwa begini wajar ditemui pergerakan mahasiswa manakala menuntut transparansi uang.

Selain persoalan pembengkakan dana, BEM FIB juga sempat bermasalah dengan pihak keuangan di fakultas karena urusan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB).

Irwanto menjelaskan anggaran PKKMB semula tak mau dicairkan oleh fakultas, sehingga mau tidak mau BEM FIB menggunakan kas lembaga guna menjalankan proker tersebut. Tak lama setelahnya pihak fakultas luluh dan mulai mengganti anggaran PKKMB. Tetapi, dana tidak cair berdasar laporan pertanggungjawaban PKKMB melainkan dari sodoran dua program kerja lain yakni Open House dan Hari Kartini.

Persoalan transparansi dana ini masih ingin dikebut oleh Irwanto, meski ia sebentar lagi akan turun dari puncak jabatan Presiden BEM FIB. Ia berjanji akan tetap mengawal persoalan ini. “Saya pasti akan mengawal terus, meskipun kepengurusan saya akan demisioner,” pungkasnya. (erp/wal/aml)



Kolom Komentar

Share this article