Berita Kampus

Aturan Membuka Cadar, Solusi Fenomena Crosshijaber di Kampus

Perlu adanya regulasi terkait pengunaan hijab syari'i di kampus untuk menghindari crosshijaber.

Sumber: Ninis

SKETSAFenomena crosshijaber yang belakangan ini ramai dibicarakan menelan beberapa mahasiswi menjadi korban pelecehan (diajak berfoto dengan memeluk dan dengan sengaja menempelkan bagian tubuh tertentu) turut mendapat perhatian khusus dari kalangan akademisi.

Septya Maharani, seorang dosen bercadar yang mengajar di Universitas Mulawarman ini turut mengecam fenomena crosshijaber. Ia berpendapat jika fenomena ini bisa merugikan perempuan, termasuk mereka yang memilih untuk menggunakan cadar. 

"Hal ini sangat merugikan kami yang menggunakan cadar, membuat kami diragukan apakah pria atau wanita yang mengenakannya," tutur Septya.

Ia mengakui bahwasanya sebelum tahun ini, kasus crosshijaber pun pernah terjadi. “Iya, mereka tinggal pakai mukena, terus salat. Tapi ada juga yang baik ya, yang kayak model transgender, yang pakai cadar biar merasa lebih syar’i. Namanya juga transgender, mereka merasa bahwa sebenarnya dirinya itu adalah wanita," selorohnya.

Dosen yang mengajar di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknik Informatika (FKTI) ini turut pula menjelaskan bahwa dalam menggunakan cadar, terdapat adab yang menganjurkan perempuan untuk membuka cadarnya apabila sedang berada di toilet. 

"Setelah kita buka itu ada adab lagi yaitu senyum, sapa, dan salam. Yang awalnya was-was jadi senyum sumringah," sebutnya.

Dalam sebuah kajian pun, Septya menganjurkan agar hal ini dapat diberlakukan juga di lingkungan kampus. Menurutnya, hal ini akan mencegah hal yang diinginkan tidak terjadi, terutama saat beribadah.

"Untuk muslimah sebaiknya membuka cadarnya saat sudah di dalam saf jamaah wanita ketika di dalam masjid. Sama halnya kalau berada di toilet. Harusnya ada himbauan seperti itu untuk kenyamanan bersama," tutupnya.

Crosshijaber sendiri merujuk pada pria yang gemar berpenampilan layaknya perempuan. Umumnya, mereka tampil dengan hijab, lengkap dengan cadar yang menutupi sebagian wajah. Perilaku ini kerap dianggap menyimpang. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai penyakit seksual.(ycp/nis/wil/hjr/fqh/len)



Kolom Komentar

Share this article