Aspirasi Penjaskesrek yang Mengendap di Fakultas
Ilustrasi (Sumber: littlevillagemag.com)

SKETSA - Dinginnya suhu Air Conditioner (AC) menyambut kedatangan awak Sketsa saat memasuki Laboratorium Penjaskesrek Rabu (13/12) siang.
Diketahui mahasiswa Prodi Penjaskesrek memodifikasi sejumlah kardus menjadi alat pelindung pengganti dan rotan sebagai pedang. Sementara itu, Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Penjaskesrek (HMPJKR) Andre Nufadli mengaku banyak menerima aduan dan keluhan tentang minimnya fasilitas. Aduan tersebut sudah ditampung dan disampaikan kepada Kaprodi Penjaskesrek agar dicarikan solusi.
(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/minim-dana-mahasiswa-penjaskesrek-olahraga-pakai-kardus/baca)
Nurjamal, Kepala Program Studi (Kaprodi) Penjaskesrek mengatakan ia telah menerima aspirasi mahasiswanya. Kini pihaknya menjadikan aspirasi tersebut sebagai prioritas utama yang sedang disorot.
“Alhamdulillah semenjak periode Prof. Amir ini di setiap semester itu sudah ada mengucur bantuan-bantuan sarana-prasarana perkuliahan. Cuma kita skala prioritasnya, yang prioritas dulu. Kalau mata kuliah Anggar itu memang masih tergolong baru di kurikulum kita,” ungkapnya.
Ia mengatakan sebagai unsur pendukung, peralatan yang digunakan mahasiswa untuk praktikum pun masih sangat standar. Hal itu ia akui berlandaskan orientasi pengajaran kepada mahasiswa yang berpatok pada pembelajaran, bukan berprestasi.
“Pembelajaran dengan berprestasi itu beda. Kalau sifatnya pembelajaran itu cukup mengenal tekniknya dalam keilmuan itu dalam pembelajarannya,” ucapnya.
Adapun teknik-teknik dasar dari penerapan cabang olahraga (Cabor) itu jika sudah profesional harus menyesuaikan dengan alat-alat yang sesuai standar. Terkait pengadaan barang, Nurjamal merasa bersyukur saat pihak fakultas sudah menganggarkan. Perlu diketahui, 16-18 Desember lalu FKIP telah mengadakan rapat pertemuan guna merumuskan Rancangan Anggaran Belanja (RAB) tahun 2019. Untuk RAB 2018 sendiri sudah dianggarkan awal 2017 lalu dan pengajuan bahan ajar dari 2016 sudah terpresentase dengan baik, yakni sekitar di atas 80 persen.
Nurjamal menunjuk salah satu matras yang tersusun di sudut ruangan, ia mengatakan bahwa satu buah matras tipis tersebut nominalnya bisa mencapai Rp900 ribu. Nurjamal sendiri memaklumi kondisi FKIP yang memiliki 17 prodi. Jadi wajar jika FKIP memiliki dana banyak, pun setara dengan jumlah prodi yang dibiayai.
”Insyaallah, kardus dan semacamnya itu akan hilang dengan sendirinya nanti setelahnya (secara pelan-pelan). Sarana yang ada di Anggar itu belum ada, ini baru tahap pengusulan dana. Senjatanya masih pakai rotan, masih terbatas tapi secara menyeluruh hampir 80 persen sekarang sudah ter-cover sarana kita. Semoga semester ganjil berikutnya sudah terpenuhi,” paparnya.
Saat ini, fasilitas lain yang sedang diperjuangkan adalah pemanfaatan lahan di GOR 27 September. Hal itu pun telah diketahui oleh Dekan dan permohonan pengajuannya kepada Rektor telah disampaikan. Melalui bagian Rumah Tangga Unmul, pihak Rektor menunggu jadwal guna menyesuaikan input jadwal penggunaan GOR 27 setiap dua kali dalam sepekan.
“Pak Rektor kemarin (menyuruh) coba lampirkan jadwalnya terus disesuaikan dengan Rumah tangga. Kita kemarin dikasih space waktu satu hari dalam seminggu, tapi setelah melihat aktivitas perkuliahan kita itu jadi kalau permohonannya itu bisa dua hari (untuk) pemanfaatan ruangan GOR 27,” jelasnya kemudian.
Nurjamal beranggapan bahwa jika sudah berada di dalam GOR, dalam satu range jam pelajaran itu bisa meng-cover tiga aktivitas praktik matakuliah sekaligus yang terlaksana. Di sana, ada mahasiswa yang tengah main bulu tangkis, tenis meja, pun senam. Mengingat tempatnya yang cukup luas untuk berkegiatan.
Ia juga menilai, alasan mengapa mata kuliah Anggar kurang sarana karena merupakan kategori mata kuliah pilihan. Walaupun ada dalam kurikulum, mata kuliah ini hanya bisa diambil jika sks mahasiswa tersebut cukup, kelas akan dijalankan. Adapun mata kuliah pilihan sendiri banyak pilihannya, seperti Gulat, Anggar, dan Tinju. Anggar sendiri sudah berjalan dua semester dalam pelaksanaannya.
“Kemarin juga kurang lebih masih seperti itu, menggunakan rotan dan Kardus. Cuma kalau silat itu sudah ada body protector-nya. Karena kapasistasnya masih pilihan, jadi masih yang wajib-wajib dulu yang dipenuhi. Kami di Prodi sebatas pengusul, nanti disposisinya dari kewenangan fakultas,” ujarnya. (myg/els)