Berita Kampus

Ancang-ancang Unmul Menjadi Kampus Ibu Kota

Wacana pemindahan beberapa kampus Unmul ke Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: scriberia.co.uk

SKETSA – Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur (Kaltim) memberi dampak luar biasa, termasuk bagi instansi pendidikan. Unmul pun tak terkecuali menyambut euforia ini. Beberapa waktu lalu, dilansir dari laman kaltimkece.id, disebutkan Unmul berencana membangun kampus baru di daerah Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto, Samboja, Kutai Kertanegara (Kukar). Lokasi ini berdekatan dengan lokasi rencana ibu kota negara (IKN) di wilayah Kukar dan Penajam Paser Utara.

Tahura Bukit Soeharto berstatus hutan konservasi, dikelilingi dan berdekatan dengan  Balikpapan, Penajam Paser Utara, hingga Samarinda. Area yang diusulkan Masjaya, Rektor Unmul, untuk dibangun kampus baru berada di blok Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Unmul. Luasnya 20.271 hektare di Kecamatan Samboja, Kukar, mengacu SK Menteri Kehutanan No 160/Menhut-II/2004, tanggal 4 Juni 2004, perihal penunjukan Hutan Penelitian dan Pendidikan Bukit Soeharto Universitas Mulawarman. Dari jumlah itu, ada 10 persen kawasan diusulkan untuk fasilitas pendidikan.

Rektor dua periode ini menyadari bahwa area yang diusulkannya adalah area konservasi, sehingga ia berkonsultasi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, beberapa waktu sebelumnya guna membahas areal blok konservasi yang akan dikelola menjadi fasilitas pendidikan. Dari pembicaraan awal, disadari ada indikasi lampu hijau selama untuk kepentingan publik. "Saya minta 1.000 hektare di Tahura Bukit Soeharto, 20 kilometer dari IKN. Ternyata bukan hanya 1.000 hektare, dikasih 2.500 hektare," ungkap Masjaya. "SK mungkin masih berproses," sambungnya, Kamis, 24 Oktober 2019, di sebuah acara di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda yang dikutip dari kaltimkece.id. 

Rencananya, Fakultas Kehutanan, Fakultas Pertanian, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, hingga Fakultas Ilmu Budaya direncanakan akan dibangun di lokasi baru sambil menunggu kepastiannya dari hasil kajian. Masjaya bertekad mewujudkan fasilitas baru di Tahura ini sebagai kampus utama Unmul sebagai bentuk menopang kehadiran IKN di Kaltim. Sementara kampus lama di Samarinda tetap di pertahankan. "Supaya Unmul jadi kayak Universitas Indonesia di ibu kota negara," tegasnya.

Ditemui Selasa (22/10) lalu, Wakil Rektor Bidang Perencanan Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Bohari Yusuf membenarkan, bahwa wacana pembangunan Kampus Unmul di Tahura telah mendapat persetujuan Menteri Kehutanan dan sedang dalam tahap proses alih fungsi lahan. Kaltim sendiri memliliki Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) seluas 22.000 Hektare di Bukit Soeharto, dan Unmul memiliki hak sebesar 10% untuk membangun kampus. 

“Kawasan ini sangat bagus, dekat pantai juga. Ya berdoalah mudah-mudahan akan terealisasi. Yang jelas, lampu hijau dari pemerintah pusat kan sudah ada”, ujarnya.

Salah satu fakultas yang diwacanakan pindah ke Tahura adalah Fakultas Pertanian (Faperta). Berkaitan dengan ini, salah satu awak Sketsa mencoba meminta tanggapan Hanif Sufyan, selaku Gubernur BEM Faperta. Dikatakan Hanif, ia menyetujui selama itu masih dalam bentuk rancangan. Namun, tidak jika sudah dalam tahap pembangunan. Terlebih saat ini gedung Unmul masih banyak yang belum selesai dan memakai dana hibah. 

Meski begitu, ia mengapresiasi usaha Masjaya dalam upaya pemindahan kampus ke Tahura. Hanif menilai ini sebagai bentuk keseriusan Unmul dalam menyambut pemindahan ibu kota baru. 

“Kalau bukan Unmul yang mewacanakan, bisa jadi kampus luar yang akan mewacanakan. Sempat ada beritanya UI bakal masuk ke wilayah IKN (Ibu Kota Negara), sehingga ini respons dari Pak Masjaya untuk menghindari Unmul kedua,” tutur Hanif. 

Menurut Hanif, kalau pun harus dipindahkan, jangan sampai menganak tirikan kampus di Samarinda. Untuk Faperta sendiri, kemungkinan pemindahan hanya berlaku untuk kelas saja, sedangkan laboratorium tetap berada di Samarinda. Pasalnya, ia melihat bahwa laboratorium di Faperta belum digunakan maksimal. 

Bicara soal mobilisasi, mengingat jarak yang cukup jauh untuk pemindahan Unmul ke Tahura, bagi Hanif hal ini tidak menjadi masalah. Pasalnya setelah mengikuti penyuluhan dari Menteri Perhubungan, ia diperlihatkan bagaimana teknologi yang maju akan diterapkan di sana. 

“Kalau pindah ke sana jangan lambatlah untuk pemenuhan fasilitas Faperta.  Mahasiswa juga harus siap dengan adanya IKN, karena masih banyak saya temui mahasiswa belum siap,”, tutupnya. (ann/wil/fir/adl)



Kolom Komentar

Share this article