Berita Kampus

Aksi Penolakan Relokasi Pasar Subuh Menjadi Ricuh: Aparat Naik Pitam, Mahasiswa Berakhir Lebam

Mahasiswa Unmul dipukul aparat saat unjuk rasa penolakan relokasi Pasar Subuh

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA – Sejumlah kerumunan masyarakat berkumpul di area Pasar Subuh dalam unjuk rasa penolakan relokasi Pasar Subuh, Jumat (9/5) pada 07.00 Wita. Unjuk rasa dilakukan untuk menyikapi keputusan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda yang menurunkan puluhan aparat untuk melakukan pembongkaran paksa terhadap kios-kios yang berada di jalan Yos Sudarso tersebut.

Dalam kumpulan massa, mahasiswa Unmul turut mengikuti aksi demonstrasi tersebut. Sayangnya, saat terjadi bentrok antara aparat dan massa aksi, beberapa mahasiswa terkena pukulan dari pihak keamanan.

Melansir dari kaltimkece.id, pemindahan tersebut merupakan permintaan dari pemilik lahan sejak 2014 silam. Kemudian, pada Rabu (30/4) lalu, pemiliki lahan kembali mengajukan hal serupa kepada Pemerinta Kota (Pemkot) Samarinda. Ia menyatakan bahwa lahan lokasi pasar subuh tidak disewakan lagi. 

Setelah beberapa kali melakukan aksi penolakan terhadap pemerintah, para pedagang akhirnya bersedia untuk pindah dengan meminta tambahan waktu. Namun, Pemkot pada akhirnya langsung memberikan titah pada bawahannya untuk membongkar paksa kios-kios di Pasar Subuh.

Sebelum terjadi selisih antara aparat dan massa aksi, mahasiswa sempat mencoba melakukan audiensi dengan pihak pemerintah yang hadir di lokasi, salah satu anggota DPRD Kota Samarinda, Ahmad Vananzda. Namun audiensi berakhir dengan pertikaian aparat keamanan yang mencoba memukul mundur pihak aksi.

Salah satu mahasiswa Unmul yang ikut aksi Zulfadly Amir menceritakan kekacauan yang terjadi saat dirinya ikut aksi tersebut. Dirinya mengkonfirmasi adanya audiensi yang malah berakhir chaos tersebut.

“Nah kami mencoba meminta audiensi dulu terhadap aparat negara, tetapi mereka tetap menerobos masuk tanpa adanya mediasi,” ucap mahasiswa FKIP Unmul tersebut saat diwawancarai, Sabtu (10/5).

“Padahal Disitu ada anggota dewan yang seharusnya bisa diajak bicara atau diajak mediasi dulu,” lanjutnya. 

Zulfadly menyebutkan bahwa pada saat bentrok, dirinya mendapatkan dua pukulan pada bagian wajah dan mata sebelah kirinya akibat aparat yang mencoba menerobos masuk ke dalam pasar.

“Untuk pukulan itu di mata sebelah kiri di wajah sebelah kiri Itu sebanyak dua kali,” terangnya.

Tidak hanya Zulfadly yang mendapatkan pukulan akibat naiknya tekanan darah para aparat, tetapi beberapa mahasiswa juga mendapatkan perlakuan yang sama, termasuk para pedagang.

“Banyak yang kena pukul, Bahtiar dari UMKT, Iqbal Menteri Sospol (Sosial Politik), Maulana Presiden BEM KM (Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa), Ilman Gubernur FKIP, banyak sih. Pedagang juga ada.”

Mengenai permasalahan ini, Zulfadly  bersama dengan Keluarga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengungkapkan akan melangsungkan konsolidasi dan berencana melaksanakan aksi menolak referensi aparat, dikarenakan apa yang dilakukan aparat kepada mereka sudah termasuk tindak kekerasan.

“Ya untuk kami dari keluarga Himpunan Mahasiswa Islam jujur tidak terima lah terkait represi aparatur negara, itu sudah termasuk kekerasan lah. Jadi mungkin kami akan mengadakan konsolidasi dan hari Senin Insyaa Allah kami akan mengadakan aksi untuk menolak represi aparat,” tutupnya. (man/aim/myy)



Kolom Komentar

Share this article