MPMB dan LK, Mencetak Mental Baja atau Biasa Saja?
Penempaan mental sebagai sasaran kegiatan MPMB dan LK nampaknya dirasakan betul oleh maba Fakultas Hukum. (Sumber ilustrasi : bagindaery.blogspot.com)
SKETSA - Saat ini Salim mungkin masih maba, tetapi raut wajahnya tidak menampakkan adanya rasa gentar. Sekarang jika disuruh pergi ke fakultas manapun, dia tidak takut. Habis, apa boleh buat, Salim telanjur kenyang dibentak dan dimarahi di kampusnya sendiri, Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman.
Salim merupakan satu di antara sekian maba Hukum yang khatam di dua kegiatan Masa Penyambutan Mahasiswa Baru (MPMB) dan Latihan Kepemimpinan (LK) 2016. Penempaan mental yang disebut sebagai sasaran kegiatan nampaknya dirasakan betul oleh maba yang mengikutinya. Segendang-sepenarian dengan Salim, Indra, maba lainnya, juga merasa lebih siap saat harus berhadapan dengan hal-hal di luar yang membutuhkan kekuatan mental.
Salim dan Indra sama-sama beranggapan bahwa MPMB dan LK memiliki nilai kegiatan yang positif. Sehingga sangat naif apabila ada orang-orang di luar sana yang ingin ospek semacam MPMB dan LK dihapuskan.
“Tujuannya ‘kan memang satu sebagai pengenalan saja. Memang itu wajib. Jangan sampai ada penghapusan soal itu. Cuma kesalahannya banyak kontennya yang memang menyimpang, enggak sesuai dengan tujuannya,” ujar Salim saat berbincang bersama Sketsa, Rabu (14/12).
Sebenarnya mau dalam kegiatan itu senior menyenggak, teriak, marah-marah tak masalah. Yang keliru, menurut Salim, justru atribut selama pelaksanaan kegiatan yang membuat sejumlah duit harus keluar. Termasuk tingkah kegiatan macam “tembak bintang” dan sejenisnya, yang mulai di luar konteks perkenalan.
“Saya yang agak komplain itu bawa-bawa alat. Masih kayak anak SMA,” sambung Indra.
Tidak Semua Merasakan Manfaatnya
Usai Percepatan Adaptasi Mahasiswa Baru (PAMB) di Gor 27 September, Iqbal bersama dua ratusan lebih maba Fakultas Hukum yang lain mengikuti persiapan hari pertama kegiatan MPMB. Iqbal tidak tahu perasaan maba yang lain, tapi yang jelas hari itu dia dibuat bergidik. Tekanan para senior sukses membuatnya melempem.
“MPMB hari terakhir, kita mulai dari gerbang Unmul (M. Yamin) disuruh jalan jongkok naik ke atas,” kata Iqbal saat menjelaskan alasan betapa dia tidak menyukai MPMB.
Para senior yang membentak dan marah-marah itu, bagi Iqbal, tidak sedang serius membentuk karakter juniornya. Sebab, jika memang memiliki tekad, Iqbal lebih condong apabila pembentukan karakter dikemas dalam bingkai motivasi. Hal itu dirasa lebih dekat, terjangkau, dan mudah untuk diterima sebagai seorang maba.
“Nilai positif yang cuma bisa saya ambil di MPMB itu saat ada perkenalan organisasi kampus dan jajaran dekan,” tukasnya.
Jera dengan MPMB, tak lantas membuat Iqbal lancang tidak mengikuti LK. Pokoknya apa maunya senior, dia manut saja ketimbang nanti ada apa-apa. Iqbal juga masih ingat penjelasan yang disampaikan saat itu, bahwa LK berisi pelajaran yang tidak akan didapatkan di dalam kampus.
“Pelajaran apa kalau bilang saya? Tentang tanggung jawab, disiplin, apa segala macam? Terus dia menyampaikan materi kepada kita, sementara yang menyampaikan itu mabuk,” ungkap Iqbal.
Iqbal tahu bahwa ada oknum yang mabuk karena bau minuman keras itu tercium jelas. Total selama kegiatan ada lima posko, ketika kelompok yang diikuti Iqbal sampai di posko ketiga dengan santainya salah satu oknum senior membawa botol berisi minuman keras dan menenggaknya disaksikan oleh maba yang lain.
Saat itu hari sudah menjelang sore, maba seperti Iqbal sudah lelah sedangkan di LK mereka masih sibuk dijejali tentang kepemimpinan. Para peserta baru bisa keluar dari Kebun Raya Unmul Samarinda, tempat dilaksanakannya acara, malam saat waktu isya. Mereka lalu pulang dengan membawa keresahan masing-masing. Tak terkecuali, Iqbal dan apa yang dia lihat.
Jangan Sekadar Ikut, Tapi Maknai
Setiap fakultas memiliki aturan masing-masing. Di Fakultas Hukum, aturan itu amat jelas yakni cukup ikuti MPMB dan LK maka hari-harimu sebagai mahasiswa Hukum akan jauh lebih baik.
“Jangan membawa perspektif berita itu sejejer pada orang yang ikut MPMB dan LK, dengan (mereka) yang semata-mata ikut hanya sekadar aturan. Coba tanya sama mahasiswa yang memaknai kegiatan itu,” tegas Muhammad Rizaldy, Presiden BEM Hukum kepada Sketsa, Jumat (16/12)
MPMB dan LK bukan sekadar kegiatan sambil lalu, lebih dari itu ia perlu dimaknai. Ada nilai didik yang dibawa dalam dua kegiatan tersebut. Menurut Rizaldy, menguasai materi ilmu hukum saja akan jadi percuma kalau tidak dibarengi dengan mental yang kuat. Namun, apabila ada maba gagal memaknai isi dari MPMB dan LK, itu tidak lantas menjadikan dua kegiatan tersebut gagal. Bagi Rizaldy, itu hanya anggapan minoritas. Ada banyak maba lain, secara mayoritas, menjawab kegiatan MPMB dan LK sebagai sesuatu yang sukses membentuk mental.
“Mereka diperkenalkan Fakultas Hukum supaya mereka itu tahan mental mereka. Kalau anak Hukum tidak dicetak seperti itu, mentalnya akan seperti apa,” imbuhnya.
Ia pun menyangkal ada anggota-anggotanya yang mabuk sewaktu mengawal jalannya LK. Tidak ada yang mabuk hari itu. Semua menjalankan tugasnya untuk melatih mental kepada para peserta. Oleh karenanya, Rizaldy dibuat bingung mengapa ada banyak tekanan yang diarahkan ke pihaknya terkait MPMB dan LK ini. Tahun lalu penyelenggaraan dua kegiatan itu berlangsung biasa saja, baru tahun ini mengundang banyak polemik. Adapun tudingan perpeloncoan di dua kegiatan itu, dijawab Rizaldy dengan santai.
“Bedakan perpeloncoan sama untuk melatih mental. Kita bahkan melatih mentalnya di depan dosen.” (wal/jdj)
Catatan:
*Salim, Indra, dan Iqbal digunakan sebagai nama samaran. Mereka adalah mahasiswa baru Fakultas Hukum 2016. Pada akhir wawancara, mereka menolak identitas aslinya dibongkar untuk menghindari adanya buntut lebih dari keterangan yang disampaikan.