Mengkritisi Terancam Sanksi, Balada Status FB Mahasiswi Sosiatri
Isi status facebook D, mahasiswi Sosiatri FISIP yang berujung ancaman sanksi. (Foto: Innaya Tiara P.)
SKETSA – Status Facebook berujung ancaman sanksi skorsing satu semester bagi mahasiswi Sosiatri FISIP Unmul berinisial D, ternyata telah sampai ke telinga Wakil Dekan III FISIP, Erwin Resmawan. Erwin menyebut, kasus itu didengarnya mula-mula dari selentingan. Kemudian berlanjut pada perbincangan serius dengan Kepala Prodi Sosiatri, Lisbet Situmorang.
Sebagaimana diketahui pada 30 November lalu, D memang menuliskan status bernada kesal di laman akun Facebook pribadinya. Belakangan diketahui, status itu muncul sebagai luapan kekecewaan D terhadap pemangku kebijakan di FISIP. D menuding, orang-orang itu akan mendepak keluar dosen kebanggaannya, Ika Rahayu Anggraini.
“Mau dibilang lebay ya silakan, tapi aku tidak peduli. Entah ini mana dosen mana mahasiswa. Tapi di salah satu foto ini ada dosen muda yang kece banget. Dia ngajar dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami mahasiswa. Entahlah dosen ini sulit dijelaskan. Pokoknya the best banget. Rasanya pengin marah saja, sudah bayar UKT mahal tapi dapat dosen yang tidak jelas. Giliran sudah dapat dosen yang baik malah didepak. Gimana kami mau membangun negara ini kalau kuliah dapat dosen yang tidak jelas? Sebenarnya yang goblok ini siapa tho? Sudah tahu ada dosen bagus, eh malah disuruh pergi. Goblok..goblok,” tulis D yang juga menandai beberapa temannya di postingan itu.
Lisbet Situmorang, sebagai pihak yang merasa diserang dalam status ini, telah memberikan komentarnya. Klik http://sketsaunmul.co/berita-kampus/status-facebook-berujung-problema/baca
Sementara itu, Erwin saat ditemui Sketsa di ruangannya kemarin (14/12), mengaku belum berani memastikan penjatuhan sanksi. Kewenangan itu menurut dia, berada di tangan dekan seutuhnya. Ketika ditanya perihal kelayakan ancaman ini, Erwin ragu-ragu.
“Masih dipertimbangkan apakah akan diberi peringatan dulu atau langsung dijatuhi skorsing. Masalah layak atau tidak langsung kena skorsing, kita lihat nanti,” ucapnya.
Di mata Erwin, kasus ini bukanlah sebuah kesalahpahaman, tetapi ketidaktahuan. Bagi pria berkacamata itu, mestinya pembuatan status didasari pengetahuan agar tidak menuduh sembarangan. Sebab, keluarnya Ika diketahui bukan karena didepak, melainkan pernikahan yang membuat dia memilih mengikuti sang suami yang berdomisili di Jawa. Ika pun telah mengutarakan niatnya itu kepada Lisbet dengan membawa surat pengunduran diri.
“Hati-hati membuat statement. Mestinya dia harus tahu dulu apa masalahnya agar tidak menuduh yang bukan-bukan. Kalau tidak tahu jangan berkomentar yang macam-macam dulu. Apalagi dengan kata-kata tidak pantas seperti itu. Bu Ika kan mengundurkan diri atas dasar keinginannya sendiri,” lanjut Erwin.
Erwin berpesan, media sosial hendaknya digunakan secara bijak dan penuh kehati-hatian. Sebab, menuliskan apa-apa di media sosial akan bebas dibaca oleh siapa saja. Itu merupakan konsekuensi yang harus benar-benar dipahami semua pengguna. “Ini pelajaran buat kita semua,” tandasnya. (aml/jdj)