Sosok

Membawa Unmul Terbang ke Eropa dan Amerika

Nora Saldia dan Nor Anisa dua mahasiswi Hubungan Internasional 2014. (Sumber foto: Dok. Pribadi)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Gaung nama Unmul belum terdengar sekencang universitas-universitas ternama seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan lainnya. Terlebih soal prestasi, mahasiswa-mahasiswa dari universitas ternama seperti tidak pernah absen dalam check list lomba-lomba bergengsi, delegasi, konferensi dan lainnya. Namun, bukan berarti Unmul selalu berada di belakang. 2017 lalu, Unmul berhasil menggapai akreditasi A pun begitu mahasiswanya. Banyak prestasi yang diraih mahasiswa Unmul baik dalam skala nasional ataupun internasional.

Nora Saldia dan Nor Anisa adalah dua mahasiswi Hubungan Internasional angkatan 2014 yang berhasil membawa nama Unmul terbang menyeberangi samudera dari Samarinda ke Benua Eropa dan Amerika.

Nora Saldia atau biasa disapa Nora datang sebagai salah satu delegasi yang mewakili Indonesia dalam The International Green Economic Congress yang diadakan pada 2-4 November 2017 di Belgrade, Serbia. Acara ini diadakan oleh Organisasi Networked of Serbia sebagai forum diskusi multidimensi untuk diskusi dan debat terkait green economic atau ekonomi hijau

Seluruh peserta yang jumlahnya 300 orang dari 91 negara berbeda mengikuti rangkaian acara selama tiga hari berturut-turut. Agenda hari pertama adalah mendengarkan para pembicara menyampaikan langkah-langkah untuk mencapai sustainable  development, di hari kedua para peserta melakukan debat sekaligus menyampaikan solusi dalam mewujudkan ekonomi hijau, dan di hari ketiga diadakan delegation networking untuk mempererat hubungan antar peserta dan closing  ceremony pada malam harinya. Seluruh agenda kegiatan dilakukan di Serbian Chamber of Commerce Building.

Ternyata langkah Nora menuju Serbia hampir batal. Hal ini dikarenakan kekhawatiran yang ia dapatkan dari orang tuanya. Mahasiswa asal Riau ini mengatakan bahwa orang tuanya khawatir karena ia pergi sendiri dan ini merupakan pertama kalinya bagi Nora menginjakkan kaki ke Benua Eropa.

“Hampir tidak jadi berangkat. Karena aku sendiri dari kampus apalagi ini pertama kalinya aku pergi ke Eropa yang butuh waktu perjalanan 22 jam. Tapi di satu sisi aku pengin banget ke Eropa jadi aku bilang aku enggak takut kok walau sebenarnya aku takut juga,” ujar Nora.

Selain itu, Nora bertolak ke Serbia menggunakan biaya sendiri karena ketika meminta bantuan dari universitas, pihak Unmul menyatakan sedang tutup buku.

Nora berpesan kepada mahasiswa Unmul untuk jangan takut mencoba walaupun popularitas Unmul tidak sebesar universitas ternama.

“Peluang itu sama untuk setiap orang, kita nggak harus menang atau harus lolos. Walaupun kita nggak sebesar mereka di luar sana apa salahnya untuk mencoba,” ujar mahasiswa semester tujuh ini.

Selain mendapat pengalaman, Nora mengakui ia mendapat banyak kenalan dari negara lain, bahkan sempat ditawari pekerjaan oleh salah satu temannya di Singapura.

Lain cerita dengan Nor Anisa yang mendapat kesempatan hadir di acara World Bank Youth Summit di Washington DC, Amerika Serikat. Kegiatan tahunan World Bank digelar selama dua hari pada 4-5 Desember 2017. Mengusung tema yang berbeda di setiap tahunnya dan tahun ini mengangkat tema Technology and Inovation for Impact. Peserta yang hadir dalam acara ini kurang lebih terdapat 300 peserta. Mereka berasal dari kalangan mahasiswa, konsultan perusahaan, dosen, dan masyarakat umum.

Hari pertama peserta melakukan registrasi dan mendengarkan para pembicara dari CEO Google, Microsoft, Youtube dan vendor dari perusahaan sosial media. Berlanjut hari kedua Anisa mengikuti workshop yang bertema “Transforming The Jobs And Skills Tomorrow, Leveraging Technology for Financial Inclusion, Igniting Youth Entrepreneurship”.

Anisa mengungkapkan, “Aku memilih materi digital ekonomi, karena aku pikir saat ini kita masuk di era globalisasi, bukan hanya komunikasi saja yang menggunakan teknologi tetapi secara ekonomi juga.”

Membutuhkan dana yang terbilang besar untuk sampai ke luar negeri. Anisa mendapatkan dengan bantuan proposal yang diberikannya kepada Pemerintah Kota Samarinda dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

“Masalah penerbangan dan juga visa ditanggung semua oleh mereka,” tambahnya.

Tidak memiliki pengalaman perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya tanpa seorang teman ataupun keluarga yang menemani, impian Anisa pergi ke Amerika akhirnya terwujud.

“Aku keterima dua konferensi, pertama di Ceko dan Amerika. Karena cita-citaku ingin ke Amerika maka aku memprioritaskan ke Amerika dulu,” ucap gadis yang akrab disapa Ica ini.

Kepada Sketsa Anisa mengaku mendapatkan informasi mengenai konferensi tersebut dari laman sosial media seperti Facebook dan juga membuka halaman tentang beasiswa.

Memiliki impian ke luar negeri pasti menjadi impian semua orang dan kendala yang menjadi penghambat pasti akan datang. “Beberapa orang bilang bikin visa itu susah, nanti mereka tidak percaya sama kamu karena belum pernah keluar negeri. Yaudah, aku beranikan diri mengajukan visa ke kedutaan dan visaku diterima selama 5 tahun,” ujarnya.

Hambatan lain datang silih berganti. Dalam keadaan berpergian seorang diri, rasa takut mulai menyelimutinya. Di terpa aura dingin saat dijumpai di pendopo Unmul pada Jumat (11/01) pagi, Anisa menggambarkan perasaannya saat ingin berangkat ke Amerika, “Aku takut aja, walau aku senang tapi itu jauh loh. 20 jam perjalanannya rasa khawatir pasti ada.”

Anisa sempat menceritakan pengalaman ketika pertama sampai di negeri Paman Sam, bagaimana ia kekurangan uang saat naik taksi dari bandara namun karena kebaikan hati sang supir ia dimaklumi.  (rrd/dor/els)



Kolom Komentar

Share this article