Sosok

Jatuh Bangun Yafet, Penerima Beasiswa Rp87 Juta

Dwiyafet Pramma, penerima Beasiswa Unggulan (BU) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (Sumber foto: Dok. Pribadi)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tanpa mengeluarkan dana sepeser pun, tentu menjadi sebuah kebanggaan. Ada berbagai cara untuk dapat meringankan beban orang tua dengan menjadi mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan jalur beasiswa yang tersedia.

Bagaimana perasaanmu jika menjadi penerima beasiswa puluhan juta rupiah? Inilah yang dirasakan Dwiyafet Pramma, mahasiswa Unmul yang berhasil mendapatkan dana beasiswa dengan jumlah sebesar Rp87 juta.

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan FEB ini berhasil mendapatkan beasiswa dari program Beasiswa Unggulan (BU) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Yafet, sapaan akrabnya menjadi salah satu perwakilan dari Unmul yang beruntung dari 1600 penerima beasiswa se-Indonesia.

Dilansir dari situs resmi beasiswaunggulan.kemdikbud.go.id, Program Beasiswa Unggulan mempunyai visi untuk melahirkan insan cerdas dan kompetitif yang dapat berkontribusi kepada daya saing bangsa. Sedangkan tujuan utama dari program Beasiswa Unggulan adalah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di perguruan tinggi dalam dan/atau luar negeri sesuai dengan Permendikbud No. 95 Tahun 2013. Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa S1, S2, dan S3.

Kepada Sketsa, Yafet mengatakan bahwa pejuangan untuk mendapatkan beasiswa tidaklah mudah. Sebelum akhirnya memutuskan untuk berkuliah, Yafet pernah bekerja di perusahaan perbankan milik PT. Bank Central Asia Tbk, Balikpapan pada 2016 silam. Setelah 8 bulan, ia memutuskan untuk berhenti.

Perjalanan lainnya dimulai ketika akhir Agustus 2017, Yafet mencoba mendaftarkan diri di Unmul melalui jalur SMBPTN.

Mulanya, Yafet tertarik untuk mencoba lewat jalur Beasiswa Bidikmisi. Namun, akibat kesalahan penulisan nama pada Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK), ia gagal mendaftar.

Yafet mengaku sempat down, karena tidak tahu bagaimana caranya agar bisa mendapatkan dana demi membayar UKT. Beruntung, saat itu Yafet mendapatkan informasi mengenai BU melaui pesan broadcast di sebuah grup beasiswa.

Ia bergegas melengkapi semua data persyaratan beasiswa. Menurutnya, tantangan tersulit dalam persyaratan tersebut adalah ketika membuat tulisan esai bertemakan "Aku Generasi Unggul Kebanggan Bangsa Indonesia". Tidak hanya itu, salah satu syarat lainnya ialah membuat proposal pengajuan beasiswa yang umumnya sulit didapatkan.

"Saya mencoba belajar dari pengalaman dari orang lain. Di esai saya mengaitkan permasalahan ekonomi dengan beberapa permasalahan sosial yang terjadi di Kelurahan Gersik," terangnya.

Memilih beasiswa Kategori Masyarakat Berprestasi, kepada Sketsa Yafet berdalih jika prestasinya tidak begitu istimewa. Ia mengatakan beasiswa tidak hanya menilai dari banyaknya prestasi yang didapat, melainkan pertimbangan dari aspek lainnya, seperti pengalaman organisasi, sertifikat seminar, dan sebagainya. Oleh sebab itu, Yafet turut mengingatkan untuk jangan malas ikut kegiatan organisasi di sekolah atau di kampus.

Selama proses penerimaan beasiswa, Yafet harus melalui beberapa tahap. Seperti registrasi, seleksi administrasi dan wawancara. Diakuinya sesi wawancara adalah yang paling menegangkan. Bagaimana tidak, Yafet diwawancara oleh panitia BU melalui aplikasi video-call Skype.

Tak hanya soal gugup yang harus dihadapinya, namun sinyal yang buruk serta kualitas suara yang tidak jernih menjadi penghambat.

"Saat itu saya gugup tapi tetap bersemangat. Dan parahnya, sebelum wawancara, saya sudah mempersiapkan jawaban dari pertanyaan yang kemungkinan akan ditanyakan, tapi semua tidak ditanyakan. Saya justru disuruh untuk bernyanyi sambil bermain gitar," ucapnya diselingi tawa.

Pengumuman nama penerima beasiswa akhirnya keluar pada September 2017. Namun, Yafet harus menelan pil kekecewaan karena ia dinyatakan tidak lolos seleksi. Kembali bersedih, Yafet berusaha bangkit dan memilih tak berhenti. Ia kembali mendaftarkan diri di  Beasiswa Alam Aksra, dan upayanya kali ini berbuah manis. Ia dinyatakan lolos.

Perlahan, kegembiraan itu seakan berubah menjadi dilema. Bagai petir di siang bolong, 1 November 2017, pihak BU mengirimkan surel yang berisi ia diterima dan harus melakukan tanda tangan kontrak di Hotel Kartika Chandra Jakarta pada tanggal 9 November.

“Rasanya, semua kelihatan enggak mungkin. Tapi saya memutuskan untuk tanda tangan kontrak ke Jakarta. Puji Tuhan semua berjalan lancar dan saya resmi menjadi Awardee Beasiswa Unggulan," kata mahasiswa asal Penajam ini.

Baginya, ini bukanlah sebuah kebanggaan untuk disombongkan. Ia ingin membagikan makna di balik cerita yang ia alami.

"Seburuk apapun jalanmu, jangan pernah takut melangkah. Karena setiap langkah yang baik akan membawa kita pada tujuan yang baik," pesannya.

Ia menyayangkan, mahasiswa Unmul tidak ada yang mencoba untuk mendaftar di beasiswa ini. Yafet menilai, Unmul sangat tertinggal jauh dibandingkan rekan-rekan dari Universitas Lampung dan Universitas Lambung Mangkurat yang memiliki cukup banyak penerima BU.

"Mungkin ada teman-teman yang merasa enggak mampu, enggak ada biaya untuk kuliah, jangan pernah berhenti percaya. Tuhan selalu membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Intinya, tetap percaya pada setiap kemungkinan," tutupnya. (els/adl)



Kolom Komentar

Share this article