Sosok

17 Tahun Menjadi Pejuang Kebersihan Unmul

Ibu Sami (60), setiap hari sebelum terbit matahari, ia beradu mesra dengan sapu lidi dan alat kebersihan lainnya. Kegiatan tersebut sudah dilakoninya selama 17 tahun di Unmul, Gunung Kelua.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Semenjak tragedi di tanah Surabaya 1945, menjadikan 10 november sebagai hari Pahlawan di Indonesia, kini tidak ada lagi terihat pahlawan yang berjuang untuk merebut kemerdekaan. Kondisi sudah merdeka dan tidak ada lagi pertumpahan darah. Lantas sosok pahlawan seperti apakah yang terlihat di zaman sekarang setelah 71 tahun merdeka?

Tak perlu melihat jauh, apabila yang di depan mata saja masih suka abai. Mari menengok pahlawan kebersihan kampus yang selama ini telah bekerja menjaga Unmul dari perangai kotor dan jorok. Itulah yang dilakukan Ibu Sami (60), setiap  hari sebelum terbit matahari, ia beradu mesra dengan sapu lidi dan alat kebersihan lainnya. Kegiatan tersebut sudah dilakoninya selama 17 tahun di Unmul, Gunung Kelua.

Ia datang mengadu nasib dari pulau luar Kalimantan, berbekal kerja keras dan kerja ikhlas sampai sekarang mampu bertahan hidup dari gaji sebagai petugas kebersihan.

“Sebelum jadi petugas kebersihan di Unmul, saya sempat berjualan nasi bungkus di daerah pramuka,” kata ibu satu anak dan satu cucu tersebut.

Namun, itu tidak bertahan lama, pendapatan yang tidak pasti dari berdagang membuat Ibu Sumi mencari pekerjaan lain. Pada 1997, Ibu Sami mulai mendapatkan pekerjaan sebagai petugas kebersihan di  Unmul. Saat itu pula, ia menemui jodohnya di Kota Tepian seorang pria yang bekerja sebagai satpam di Rektorat. Tetapi takdir berkehendak lain, lima tahun lalu suami Ibu Sami meninggal dunia. Ia kemudian melanjutkan hidup dengan tinggal sendiri dan berusaha menghidupi keluarga kecilnya.

Apa yang dilakukan Ibu Sami adalah contoh kecil bagaimana sifat kepahlawanan masih ada di sekitar dan itu tak jauh. Boleh jadi tanpa Ibu Sami gunungan sampah adalah hal pertama yang dilihat mahasiswa saat melintas di lingkungan kampus. Ibu Sami bersama petugas kebersihan yang lain telah berjuang pada apa yang mereka mampu dan percaya. Lalu lantas bagaimana dengan Anda? (srf/wal)




Kolom Komentar

Share this article