Resensi

The Pursuit of Happyness: Melawan Realita, Mengejar Cita-cita

Will dan Jaden Smith yang memerankan Chris Gardner dan Christopher Jr (Sumber foto: Sky.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sutradara : Gabrielle Muccino

Produser : Will Smith, Todd Black, Jason Blumenthal, James Lassiter, Steve Tisch

Pemeran : Will Smith, Tandie Newton, Jaden Smith

Perusahaan Produksi : Relativity Media, Overbook Entertaiment, Escape Artist Productions LLC

Tanggal Rilis : 15 Desember 2006

SKETSA –  Film ini diadaptasi oleh sebuah autobiografi Chris Gardner, yang pada waktu saat hendak menuliskannya pun, ia menyadari bahwa perjalanan hidupnya memiliki potensi yang sangat baik untuk difilmkan, dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Film ini dibebaskan secara rangkaian cerita dan beberapa adegan oleh Chris untuk mengurangi rentang panjang hidupnya yang dituliskan di bukunya tersebut.

Mengejutkannya, Chris Gardner sendiri pada mulanya tidak sepakat dengan penunjukkan Will Smith sebagai aktor yang memerankannya, karena film-film Will Smith yang pada waktu itu dirasa hanya blockbuster dan juga karena Will sangat tidak cocok untuk memainkan dirinya.

Namun, ia mengatakan bahwa pada akhirnya ia menyutujui Will karena putrinya, Jacintha mengatakan “Jika Will bisa memainkan Muhammad Ali, tentu saja dia bisa memerankanmu!” merujuk pada film Ali yang diperankan Will pada tahun 2001.

Film yang diperankan oleh Will Smith dan berduet dengan anaknya Jaden Smith, menceritakan bagaimana jatuh bangun seorang engusaha dan juga filantropi Chris Gardner, dalam waktu satu tahun pengalaman dan juga perjuangannya sebagai seorang  tunawisma.

Pada awal cerita ditunjukkan bahwa Chris Gardner mengalami krisis finansial yang luar biasa hebatnya, di tengah badai kebangkrutan dan juga kondisi keluarga yang retak.

Pada tahun 1981, Chris menginvestasikan hampir seluruh tabungan hidupnya untuk membeli sebuah alat “Pemeriksa Kepadatan Tulang” yang sangatlah efektif dibandingkan sinar X-Ray. Namun luar biasa mahal dan sulit sekali untuk dijual kepada dokter dan juga rumah sakit.

Alat pemeriksa ini menjadi satu satunya penghasilan Chris saat itu. Walaupun dia berhasil untuk menjualnya, tetapi selisih pendapatan dan juga pengeluarannya terhadap pajak, biaya sehari-hari dan utang yang menumpuk menjadi sebuah kendala yang pada akhirnya menjadi krisis yang menyebabkan retaknya hubungan dengan Linda, sang istri yang bekerja sebagai seorang pelayan hotel. Yang mana waktu itu mereka juga sedang merawat anak mereka yang berumur 5 tahun, Christopher Jr.

Sembari menjual alat pemeriksa tulang tersebut, Chris kemudian menemukan inspirasi saat berjalan melewati sebuah kantor pialang saham dan bertemu seorang Stock Broker (pemilik pialang saham) yang menaiki mobil Ferrari berwarna merah. Dan melalui pertemuan itulah, dia menemukan tujuan hidupnya selanjutnya, yakni untuk menjadi seorang pialang saham.

Lalu Chris pun berinisiatif untuk melamar menjadi pialang saham di Dean Whiters Reynolds, sebuah perusahaan sekuritas keuangan dan saham, bertemu dengan Jay Twistle, seorang manajer untuk Dean Whiters. Chris membuatnya terkesan dengan kemampuannya untuk menyelesaikan Rubrik, Chris pun lalu diberi kesempatan untuk menjadi seorang magang di perusahaan tersebut.

Namun nahas, sehari sebelum diterimanya Chris di perusahaan tersebut, Chris dibawa pergi oleh dua orang polisi ke kantor polisi. Mereka meminta Chris membayar utang tilangnya yang menumpuk dan dipenjara selama semalam sebagai sanksi yang menyebabkan hancurnya jadwal Chris untuk wawancara di Dean Whiters esok harinya.

Keesokannya, Chris (dengan pakaian yang seadanya dan berlumuran cat) lalu pergi ke kantor Dean Whiters, hanya 5 menit sebelum dimulai. Dia berhasil mendapat kepercayaan dan jaminan dari Jay, untuk mendapatkan posisi magang di Dean Whiters sebagai salah satu dari 20 orang yang akan berkompetisi mendapatkan posisi untuk bekerja di perusahaan pialang tersebut. Namun, tentu saja tanpa gaji.

Diterimanya Chris sebagai seorang magang di perusahaan tersebut, tidak sama sekali meredakan suasana antara Chris dan Linda. Pada akhirnya Linda pun meninggalkan Chris dan berencana untuk pindah ke New York untuk bekerja bersama pacar kakaknya yang memiliki sebuah restoran, dengan harapan untuk dapat mencari kebahagiaan dan kehidupan yang lebih layak.

Kondisi ini pun tidak bisa diterima oleh Chris, karena Linda hendak membawa Christopher, anak mereka yang berusia lima tahun. Mengetahui bahwa Linda pasti tidak akan mampu untuk mengasuh Christopher, Chris pun dengan gigih mempertahankan Christopher dan Linda pun mengalah dan menerima kondisi tersebut, lalu meninggalkan mereka hari itu juga.

Ternyata cobaan tidak hanya sampai di situ, situasi kian memburuk dengan makin parahnya kondisi keuangan Chris. IRS atau layanan Pendapatan Amerika Serikat, menyita hampir seluruh aset yang Chris miliki. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan Chris untuk membayar pajak yang menunggak. Ia pun hanya mengantongi uang 21 Dollar, Chris pun jatuh bangkrut dan tidak memiliki tempat tinggal. Luntang-lantung dan berpindah pindah dari satu pusat tunawisma ke tunawisma lainnya. 

Namun kondisi tersebut membuatnya tidak menyerah. Meski jam kerja yang terbatas dan ia harus memaksimalkan waktu. Kontrak dan keuntungan adalah satu-satunya cara untuk mencapai posisi broker di perusahaan tersebut. Chris mengembangkan berbagai cara agar secara efektif dapat mengantarkannya ke impiannya. Terlepas dari keterbatasan ekonominya dan kondisinya yang tidak menentu, Chris tidak menunjukan satu alasan pun kepada para koleganya. Bahkan membayarkan bosnya taxi menggunakan 5 Dollar uang terakhir yang dia punya. Chris benar benar menunjukkan bagaimana gigih dirinya untuk mencapai tujuan dan cita-cita akan profesi yang didambakannya.

Pursuit Of Happyness dikemas dengan sangat baik sekali, dengan rangkaian aksi lari berlari Chris yang cukup menegangkan, dan memperlihatkan usahanya. Bahkan ada adegan yang mempertontonkan kondisi tunawismanya, di mana mereka harus tidur di toilet terminal kereta api. Menunjukkan bagaimana Chris Gardner sebagai seorang individu, kuat dan tangguh, baik secara fisik, emosional, maupun mental.

Film ini sangatlah menyentuh hati penonton. Selain itu juga turut memiliki nilai yang inspiratif yang bisa memotivasi. Bahwa dalam kondisi apapun, keluarga bahkan finansial sekalipun, tidak menjadi alasan kita untuk berhenti menggapai apa yang kita inginkan dan cita-citakan.

Dan kemenangan Will Smith sebagai aktor terbaik di Academy Awards menjadi testamen dan pembuktian betapa menyentuhnya dan larisnya film ini. Dengan keuntungan Opening Week sebesar 27 juta Dolar, mengalahkan film film lain sepert Eragon dan Charlotte’s Webb dengan total keuntungan Film sebesar 307,1 Juta Dolar Amerika pada tahun 2006. (gdr/fqh)  



Kolom Komentar

Share this article