Resensi

Nasihat Hidup Lewat Serial Fiksi Ilmiah Joko Anwar: Nightmares and Daydreams

Serial fiksi ilmiah dengan pesan yang bermakna di setiap episodenya

Sumber Gambar: Website Flixable

SKETSA - Netflix belakangan ini mengeluarkan serial terbarunya pada Jumat (14/6) lalu. Bergenre Science Fiction atau Fiksi Ilmiah, Joko Anwar sebagai produser eksekutif sekaligus sutradara berhasil melahirkan karya yang apik bersama maknanya yang mendalam.

Terbagi menjadi tujuh episode dengan durasi sekitar 46 sampai 60 menit, serial ini mampu membuat penonton berkerut dahi. Pasalnya beberapa tokoh di dalamnya disajikan dengan bentuk yang tidak masuk akal.

Karya dari sutradara yang juga ada di balik film Pengabdi Setan ini menceritakan perjuangan setiap tokoh dalam menyelesaikan masalah hidup dengan cara yang dianggap benar, padahal mengundang masalah baru. Latar yang diambil dalam setiap episode berbeda, dari latar tempat kumuh sampai rumah yang sangat mewah digunakan oleh Joko Anwar.

Episode pembuka berjudul Old House menceritakan seorang sopir taksi bernama Panji (diperankan Ario Bayu) yang menitipkan ibunya (diperankan Yati Surachman) ke sebuah panti jompo mewah, akan tetapi di balik kemewahan itu terdapat rahasia besar yang cukup di luar nalar.

Pada episode kedua berjudul The Orphan berkisah tentang sepasang suami istri pengemis (diperankan Yoga Pratama dan Nirina Zubir) yang ingin kaya raya dengan cara instan, yakni mengadopsi seorang anak yatim piatu yang dipercaya mampu membawa rezeki (diperankan Faqih Alaydrus), akan tetapi pada hari ketujuh, orang tua yang mengadopsi akan meninggal dunia.

Kemudian episode ketiga berjudul Poem and Pain adalah tentang seorang penulis terkenal (diperankan Marissa Anita) yang dalam proses penciptaan karyanya memberikan rasa sakit dan derita secara nyata, di balik itu tokoh yang ia tulis ternyata benar-benar hidup.

Pembuka series ini berhasil memberikan nasihat pada penonton untuk merawat orang tua mereka sendiri dengan sebaik-baiknya, barangkali juga memberikan rasa cemas terhadap panti jompo yang memberikan fasilitas mewah tanpa pungutan biaya.

Lalu, episode kedua menyiratkan pesan agar bersyukur dan merasa cukup terhadap apa yang dimiliki. Lewat penutup cerita yang tidak bisa ditebak juga memberikan gambaran mengenai pentingnya rasa kasih sayang.

Pada Poem and Pain, penulis merasa pesan yang ingin disampaikan lebih kepada kritik sosial terhadap golongan atas yang berlaku semena-mena dan bersikap sesukanya. Mereka dapat menutupi kesalahan yang dibuat dengan kekuasaan yang mereka miliki. Kendati begitu, kita harus tetap memperjuangkan hak dan keadilan sekuat-kuatnya.

Sisa episodenya silakan ditonton sendiri, ya. Dua episode awal menjadi favorit penulis karena alurnya yang rapi sehingga tidak mudah ditebak. Ide yang diangkat juga cukup baru, serta pesan yang ingin disampaikan sangat dapat diterima dengan baik.

Akan tetapi, Joko Anwar sepertinya belum menerapkan definisi Fiksi Ilmiah seperti yang ia jelaskan. Pada sebuah podcast, ia mengatakan bahwa genre Science Fiction atau Fiksi Ilmiah merupakan genre dengan jalan cerita yang berkemungkinan terjadi di masa depan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagi penulis, hal-hal tidak masuk akal di dalam cerita Nightmares and Daydreams belum menggambarkan hal tersebut, mungkin benar akan terjadi, tetapi dengan kemajuan teknologi rasanya justru tidak mungkin.

Terlepas dari itu, Joko Anwar berhasil membuktikan kalimatnya bahwa serial ini membawa penonton terbayang-bayang hingga terbawa mimpi. Penulis sampai memikirkan arti ending cerita ketika sebelum tidur dan saat hendak mandi. Apa maksudnya ini? Mengapa bisa begitu?

Entahlah, Joko Anwar berhasil membuat penulis dihantui tanda tanya sepanjang hari. cerita Nightmares and Daydreams ini cocok membersamai kalian yang sedang liburan, semoga ikut berpikir dan terbayang-bayang agar penulis tidak sendirian. (mlt/mar)




Kolom Komentar

Share this article