Resensi

Habibie & Ainun 3: Perjuangan Cita dan Cinta Sejati

Habibie & Ainun 3 menelisik melalui sudut pandang Ainun.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Google

SKETSA - Sukses dengan dua film sebelumnya, saat ini sekuel dari film Habibie & Ainun kembali rilis. Habibie & Ainun 3 rilis sejak 19 Desember 2019 lalu, dan telah meraih satu juta penonton.

Maudy Ayunda didapuk memerankan sosok Ainun, sedangkan Reza Rahardian masih dipercaya untuk memerankan tokoh Habibie. Berbeda dengan dua film sebelumnya, Habibie & Ainun 3 lebih menyoroti perihal perjuangan Ainun untuk menjadi seorang dokter.

Kisah diawali dari masa SMA Ainun dan Habibie yang telah memiliki ketertarikan satu sama lain. Namun, keduanya harus terpisah lantaran Habibie melanjutkan studi ke Jerman, sedangkan Ainun berkuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (UI).

Selama berkuliah, Ainun menjadi sosok perempuan cerdas, cantik, dan banyak digandrungi laki-laki. Meski banyak yang menyukainya, tak sedikit pula yang tega melakukan tindak diskriminasi terhadapnya, baik dari senior bahkan profesornya sendiri.

Perlakuan ini didapatkan Ainun, sebab perempuan yang bercita-cita menjadi seorang dokter merupakan hal yang tabu di masa itu. Perempuan identik sebagai sosok yang selalu berada di rumah (dapur). Menjadi hal yang aneh jika perempuan bercita-cita tinggi.

Akan tetapi, stigma ini berhasil dipatahkan olehnya. Ia menjadi lulusan terbaik Fakultas Kedokteran pada masa itu. Hal inilah yang kemudian menyadarkan senior dan profesornya, bahwa cita-cita bukan perihal perempuan atau laki-laki, melainkan perihal Indonesia. Film ini sarat akan nasionalisme, lantaran antar tokoh Ainun dan Habibie sama-sama bercita-cita untuk membangun Indonesia.

Tidak hanya menyoroti perihal perjuangan Ainun untuk menjadi dokter, film ini juga menyajikan kisah percintaan antara Ainun dengan Ahmad (Jefri Nichol). Kisah percintaan inilah yang menjadi warna baru dalam tiga sekuel film Habibie & Ainun.

Ahmad adalah sosok yang supel, santai, dan terkesan kekanakan-kanakan. Diceritakan bahwa Ahmad adalah mahasiswa hukum UI. Chemistry antara Maudy dan Jefri sangat terbangun dalam film ini. Akan tetapi, kisah keduanya harus kandas lantaran Ahmad tidak memiliki pandangan yang sama seperti Ainun.

Ahmad memiliki cita-cita untuk keluar dari Indonesia karena ia muak dengan perangai orang Indonesia, sedangkan Ainun bercita-cita ingin membangun Indonesia apapun keadaannya. Hal inilah yang menjadikan hubungan keduanya harus kandas.

Film ini menampilkan sosok Habibie saat tua dan muda. Potret Habibie di masa tua dibalut dengan tata rias yang ciamik, menampilkan sosok Habibie seperti aslinya. Kerutan dan gestur wajah Reza, dibuat semirip Habibie asli.

Penggunaan efek Computer Generated Imagery (CGI), mampu menampilkan kesan Habibie semasa SMA. Penggunaan efek-efek canggih dalam film ini juga menghasilkan visual yang menyerupai suasana tahun 40-60an.

Perjuangan Ainun dalam meraih cita-citanya juga merupakan kelebihan dalam film ini. Ainun mampu menggebrak stigma lama tentang perempuan, yakni sumur, kasur, dan dapur. Ainun menjadi sosok yang mampu membuka mata kaum perempuan, bahwa mereka juga bisa meraih apa yang diinginkan.

Bumbu percintaan antara Ahmad dan Ainun juga memberikan warna baru. Lika-liku asmara keduanya disuguhkan dengan chemistry yang apik. Adanya kisah cinta ini juga menunjukkan bahwa Ainun tidak langsung bersama Habibie tetapi juga pernah menjalin cinta dengan sosok lainnya. Hal ini memberi sudut pandang baru bagi penikmat film ini.

Telah lengkap sekuel Habibie & Ainun. Sejauh apapun insan, jika mereka memang ditakdirkan untuk berada dalam satu frekuensi yang sama, maka akan bertemu juga. (hlm/len)



Kolom Komentar

Share this article