Resensi

Cek Toko Sebelah, Drama dan Komedi yang Beririsan

28 Desember, film dengan judul unik, Cek Toko Sebelah (CTS) resmi naik layar. Sebuah film yang ditulis, disutradarai, dan diperankan langsung oleh Ernest Prakasa. (Sumber foto: movie.co.id)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Judul                     : Cek Toko Sebelah

Genre                   : Drama, Komedi

Produser             : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia

Sutradara            : Ernest Prakasa

Penulis                 : Ernest Prakasa

Produksi              : Starvision

Pemain                 : Chew Kin Wah, Ernest Prakasa, Dion Wiyoko, Adinia Wirasti, Gissela Annastasia, Dodit Mulyanto, Tora Sudiro, Awwe, Adjis Doa Ibu, Abdur Arsyad, Arafah, Anyun, Aci Resti, dll.

 

SKETSA – Di penghujung 2016, layar bioskop kesayangan menampilkan film-film Indonesia yang bagus dan bikin ngiler untuk ditonton. 28 Desember, film dengan judul unik, Cek Toko Sebelah (CTS) resmi naik layar. Sebuah film yang ditulis, disutradarai, dan diperankan langsung oleh Ernest Prakasa, stand up comedian yang kini sukses dengan peluncuran sejumlah buku, film, dan beberapa tour-nya ke sejumlah wilayah di Indonesia. Dari judulnya,  jelas film ini erat berkaitan dengan etnis Tionghoa yang kerap meyakinkan pembeli soal harga dengan mengatakan, “Cek saja toko sebelah.”

Berkisah tentang kehidupan seorang ayah bernama Afuk yang diperankan Chew Kin Wah dengan dua anaknya. Yakni, si bungsu Erwin (Ernest Prakasa) merupakan lulusan sarjana bisnis di Universitas Sydney dan si anak sulung Yohan (Dion Wiyoko) mantan narapidana yang bekerja sebagai fotografer pernikahan dan sesekali menghibur diri dengan berjudi.

CTS menampilkan konflik utama tentang kehidupan Erwin yang ditugaskan ayahnya mengelola toko. Namun, Erwin tak bersedia sama sekali karena pekerjaan strategis di luar negeri menanti untuk dijabat olehnya. Selain itu, Yohan sebagai anak pertama, merasa tidak terima jika toko itu diberikan kepada Erwin.

Tak sekadar konflik perebutan toko, film ini secara tersirat juga menyampaikan nilai-nilai kepercayaan dari orangtua kepada anaknya. Yohan, sekalipun anak pertama, di mata Koh Afuk tak mampu mengurus dirinya sendiri, apalagi mewarisi toko miliknya yang bersejarah itu. Sedangkan Erwin sebaliknya.

Adegan film dibuka dengan dua toko bersebelahan yang sedang sibuk masing-masing. Menampilkan juga sederet stand up comedian yang telah miliki nama besar berkat ajang stand up comedy. Mereka berperan sebagai pekerja di toko Koh Afuk dan Pak Nandar (toko sebelah Koh Afuk). Selama sepersekian menit, penonton tak lepas dari gelak tawa yang disajikan para komik. Iya, film ini bergenre komedi. Namun juga disisipi adegan dramatis, bahkan tak sedikit penonton ikut menangis.

CTS tampil begitu segar dengan alur kisah yang sulit ditebak. Ketika disuguhi drama dan penonton sudah menitikkan air mata, di saat yang bersamaan masuk unsur komedi. Penonton seolah diajak menangis dan tertawa bersamaan.

Satu adegan yang membekas di ingatan adalah ketika Erwin dan Yohan bertengkar di rumah sakit saat ayah mereka kritis karena stres tokonya akan dijual. Pertengkaran sengit antara keduanya terjadi dan kemudian dilerai oleh seorang dokter yang diperankan oleh Arif Didu dan diselesaikan oleh satpam kepo yang akhirnya menyerah karena kisah keluarga Erwin dan Yohan terlalu rumit. Atau, ketika Koh Afuk masuk rumah sakit sebelumnya, sang dokter pamit untuk mengunjungi pasien KDRT yang disebutnya hanya luka-luka dan sebuah gunting menancap di pipi.

Satu adegan lain yang tak kalah membuat penonton berubah ekspresi mendadak adalah adegan Yohan dengan Ayu (istri Yohan yang diperankan oleh Adinia Wirasti) saat usai menziarahi makam ibunda Yohan. Kala itu Yohan sangat sedih, ditambah permintaan Ayu untuk mereka pindah ke Yogyakarta dan membuka toko kue Ayu di sana atas tawaran Reno, mantan pacar Ayu.

Mereka memilih makan gado-gado langganan mereka di sekitar area pemakaman. Gerobak gado-gado itu ditunggui oleh seorang anak yang tak lain adalah anak dari penjual gado-gado yang ayahnya sedang pergi. Percaya diri penuh dia bisa membuatkan dua porsi gado-gado untuk Yohan dan Ayu. Saat percakapan Yohan dan Ayu berakhir, kamera mengarah ke si anak yang tengah berupaya mengambil bahan di paling atas gerobak. Kelucuannya, silakan saksikan sendiri.

Adegan-adegan mengocok perut bisa dibilang tak terhitung. Tidak sulit kita temukan tawa selama dua jam film ini berputar. Tentu saja itu ditunjang oleh pemain yang benar-benar apik memerankannya. Sedikit bocoran, banyak cameo tak terduga dalam film ini. Mulai awal hingga film berakhir, satu per satu mereka hadir. Meskipun, cukup disayangkan pilihan pemeran pasangan Erwin, jatuh pada Natalie yang diperankan tak memuaskan oleh Gissela Annastasia. Gissel tak tampil cukup baik, pun karakter yang diperankannya bisa dibilang tanggung. Tidak protagonis, tidak juga antagonis, hanya sangat egois, matrealistis, dan agak menyebalkan. Sekalipun bukan itu yang dimaksudkan Ernest untuk tokoh Natalie di akhir cerita.

Hal lain yang juga cukup disayangkan adalah masih belum terlepasnya film Indonesia dari jeratan eksploitasi tubuh perempuan. Di CTS, ada satu tokoh bernama Anita yang ditampilkan dengan pakaian terbuka serta bebas mendapatkan perlakuan apa saja dari sang bos bernama Robert (Tora Sudiro). Anita saat mendatangi dua toko, juga digambarkan menggoda puluhan pasang mata pekerja toko sampai melakukan tindakan-tindakan tidak seharusnya. Namun, lagi-lagi dikemas komedi.

Terlepas dari itu semua, CTS perlu diakui sebagai film yang unik. Tak hanya dari segi nama, tapi juga promosi menjelang dan saat tayang. Para pemain dan seluruh pihak yang terlibat dalam produksi pembuatannya berkali-kali mengatakan, ‘Toko buka 28 Desember,’ ‘Toko buka sekian hari lagi,' sampai ‘Toko buka hari ini’ atau ‘Toko buka hari ke sekian dengan jumlah pelanggan (penonton) sekian.’ Ungkapan-ungkapan tersebut agaknya terdengar unik dan menggelitik. Belum lagi CTS movie teaser parody yang sebulan sebelum penayangan film, dinobatkan sebagai teaser dengan jumlah cast terbanyak.

Drama dan komedi nyatanya dua hal yang mampu jadi satu dan dikemas secara baik oleh Ernest dalam filmnya kali ini. Mengalir dan apa adanya, membuat CTS sebagai film rekomendasi kami yang layak kamu tonton. Apalagi film ini juga didukung dengan deretan sound track manis dari GAC dan The Overtunes. CTS rasanya pas menemani libur panjang atau melepaskan sesaat stres yang kini ada di benakmu. (aml/jdj)



Kolom Komentar

Share this article