Reportase

Kolam Unmul dan Hal-hal yang Belum Selesai

Kolam Unmul yang berada di gerbang M.Yamin sangat tak terawat, namun hal tersebut menggiurkan bagi insting para pemancing. (Foto: Wahid Tawaqal)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Ada tiga jalur masuk menuju kawasan Unmul, hanya satu yang dianggap sebagai pintu utama, yaitu gerbang di Jalan M. Yamin. Dua lainnya, ialah jalur pendukung, berada di masing-masing sisi, di utara (Jalan Pramuka) dan selatan (Jalan Gelatik).

Keutamaan yang dimiliki gerbang M. Yamin dibandingkan dua gerbang lainnya cukup signifikan. Gerbang M. Yamin memberlakukan lalu lintas satu arah untuk masuk dan keluar kendaraan, memiliki pagar, pohon-pohon asri, dan dua kolam. Perihal yang terakhir itu, belakangan menjadi borok yang cukup serius di lingkungan Unmul.

Sekiranya, satu tahun terakhir ini air di kolam Unmul meluap. Tumpah keluar dan tinggal sedepa lagi untuk dapat dikatakan menyentuh pagar. Rumput yang semula asri terendam dan kini menjadi lumpur belaka jika diinjak. Ranting tak terpunguti dan sampah berserakan memperlihatkan kondisi kolam yang tak terawat.

Sugiarta, Kepala Bagian Hukum Tata Laksana dan Perlengkapan Unmul, mengatakan meluapnya air di kolam Unmul disebabkan karena gorong-gorong yang menghubungkan antara kolam satu dengan kolam di sebelahnya itu hancur. Membuat sirkulasi air jadi tidak lancar dan tersumbat. Maka, ketika curah hujan tinggi menghampiri Tanah Borneo, masalah pun datang berupa air dalam kolam yang meluap dan tak menemukan resapan air yang jelas.

“Gorong-gorongnya itu jadi turun karena kan banyak truk dan kendaraan lewat,” katanya kepada Sketsa, Jumat (10/3) lalu.

Namun, kolam Unmul yang tak terawat itu masih menggiurkan terutama bagi insting para pemancing. Kolam itu seakan-akan jadi tempat pemancingan terbuka--pada akhir pekan akan ada sekitar tiga, lima, atau bahkan lebih pemancing. Mereka tak peduli soal papan larangan yang berisi tulisan: Dilarang berenang/mandi/memancing karena ada aliran listrik berbahaya.

Sugiarta bukannya tak sadar akan fenomena itu. Ia merasa bahwa tak semua orang mau peduli dengan aturan yang berlaku. Bahkan ia merasa, masih pandai para pemancing itu daripada petugas keamanan yang dimiliki Unmul. Satu-satunya pos jaga satpam terdekat dengan gerbang M. Yamin ialah satpam yang menjaga rumah dinas rektor. Itu pun, masih terlalu berjarak untuk terus bisa mengawasi kemunculan pemancing liar.

Selain pemancing liar, Unmul juga melarang kemunculan para penebar jala dan pemburu yang menenteng senapan angin. Papan larangan itu tertancap di sepanjang jogging track.

“Acuan kita ndak boleh itu semua. Kecuali untuk penelitian yang ingin digunakan oleh civitas akademika Unmul,” terangnya.

Menanti IDB

Gorong-gorong yang hancur itu sebenarnya sudah ingin diperbaiki. Namun, itu memunculkan sedikit kebingungan karena untuk memperbaikinya perlu membongkar badan jalan dan memerlukan gelontoran biaya yang tak sedikit. Sementara proyek Islamic Development Bank (IDB) 2017-2019 juga telah mengincar gerbang M. Yamin untuk ikut dipermak.

Perwajahan baru Unmul dari IDB disinyalir memang tak akan main-main. Hibah dana $51 juta akan jadi napas pembangunan di Unmul. Tak cuma akan membangun gedung-gedung baru saja, tetapi juga akan memperasri ruang publik untuk mahasiswa di Unmul. Termasuk di antaranya, taman di halaman auditorium dan gerbang M. Yamin.

“Untuk soal kapan gerbang mulai dikerjakan itu masih belum tahu. Tergantung nanti kontraktornya, mana yang didahulukan. Kan pasti enggak langsung serentak pembangunannya,” tukasnya.

Pernyataan Sugiarta, sekaligus menegaskan tidak ada perbaikan kolam Unmul dalam waktu dekat. Tersisa dua pilihan, antara kolam itu akan terlihat tak terawat sepanjang waktu atau ada usaha agar setidaknya membuat kolam ini menjadi lebih bersih. (wal/iki/jdj)



Kolom Komentar

Share this article