Opini

Willow Project: Ancaman Ekosistem Bumi

Pengeboran minyak bumi besar-besaran yang mengancam ekosistem Bumi di Amerika Serikat

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: NBC News

Isu lingkungan memang tidak ada habisnya dan terus menjadi perhatian global. Kerusakan lingkungan adalah masalah yang kompleks dan melibatkan banyak aspek. Oleh karena itu, masalah yang berkaitan dengan lingkungan kerap kali berhasil mendapat sorotan dan menarik perhatian, baik dari masyarakat lokal maupun internasional.

Salah satu isu lingkungan yang kian diperbincangkan adalah Willow Project, yaitu pengeboran minyak besar-besaran di Lereng Utara Alaska oleh ConocoPhillips yang merupakaan perusahaan energi raksasa Amerika Serikat. Proyek senilai 8 miliar dollar AS (Rp 122,9 triliun) ini diperkirakan akan memproduksi 180.000 barel minyak per hari dan pada puncaknya sekitar 576 juta barel selama 30 tahun. Tentu proyek yang sangat menggiurkan.

Sempat gagal mendapat izin pada masa pemerintahan Donald Trump, ConocoPhillips kemudian diizinkan oleh pemerintahan Joe Biden untuk mengoperasikan pengeboran minyak tersebut pada 13 maret 2023. Padahal, saat kampanye pemilihan presiden AS 2020 lalu, Biden menyatakan tidak akan menyetujui pengeboran minyak dan gas baru di lahan publik. Saat berkampanye, Biden berbicara tentang perlunya mengambil langkah preventif untuk mengatasi perubahan iklim. Setelah ia ‘naik’, yang terjadi malah sebaliknya. Memang dengan pertimbangan kepentingan ekonomi dan energi, langkah yang diambil sangat menguntungkan. Namun, risiko lingkungan dan potensi ancaman terhadap ekosistem juga harus dipertimbangkan.

Willow Project ini berpotensi meningkatkan krisis iklim. Proses pengeboran minyak melepaskan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana ke atmosfer. Gas-gas tersebut dapat mempercepat pemanasan global, yang dalam beberapa tahun ini masih menjadi isu global yang hangat.

Tidak hanya persoalan iklim, pembangunan infrastruktur pengeboran dapat merusak ekosistem alami dan mengganggu habitat flora dan fauna. Suara dan aktivitas manusia terkait pengeboran dapat mengganggu satwa liar. Belum lagi risiko tumpahan, kebocoran, atau ledakan yang mungkin terjadi selama proses eksploitasi, transportasi, atau penyimpanan minyak yang bisa mencemari perairan dan daratan.

Biden disebut tidak bisa berbuat banyak karena Conocophillips memiliki izin legal atas lahan yang mereka sewa kepada National Petroleum Reserve (NPR-A) pada 1999.  Secara hukum, pengadilan tidak bisa mengizinkan sepenuhnya untuk mengurangi atau menghentikan proyek ini. Sebab opsi tersebut akan berimbas kepada denda yang besar dan tindakan hukum dari ConocoPhillips. Situasi yang dilematis.

Beberapa waktu lalu, proyek ini telah mendapat banyak kritikan di media sosial. Platform Tik-Tok telah menaikkan tagar #stopwillow dan telah ditonton hampir 50 juta kali dalam sepekan, dan per tanggal 26 agustus 2023 telah mencapai 453,7 juta penayangan. Banyak pengguna Twitter (saat ini X) yang membagikan petisi untuk menandatangani penolakan Willow Project dan membagikannya ke beberapa komunitas di Twitter. Pada 1 Maret 2023 tercatat 1.279.904 orang telah menandatangani petisi di situs change.org. Meskipun banyak kritikan yang masuk, petinggi AS yang pro terhadap Willow Project menganggap hal ini penting bagi ekonomi negara bagian dan keamanan nasional.

Willow Project sebenarnya lahir akibat efek domino dari Saudi Arabia, mitra utama perdagangan minyak AS yang bergabung dengan BRICS (Brazil, Russia, India, China, dan South Africa). Hal tersebut kemudian menjadi alasan  bagi AS untuk menyetujui Willow demi menjaga kestabilan minyak dalam negerinya. Namun, langkah AS untuk mengebor di 3 lokasi NPR-A dengan 219 titik ini akan memberikan dampak yang besar bagi lingkungan dunia. 3 Lokasi itu merupakan lokasi cadangan minyak nasional milik federal yang masih alami. Hal tersebut tentu menuai kritikan dan kontra dari berbagai pihak, terutama aktivis lingkungan.

Selain berpotensi menjadi sumber minyak terbesar di AS selama beberapa dekade, anggota parlemen Alaska berpendapat bahwa Willow Project akan membuka lapangan kerja yang besar dan meningkatkan produksi energi dalam negeri. Diketahui bahwa dampak dari perang Rusia dan Ukraina menyebabkan lonjakan drastis harga minyak bumi sehingga hal tersebut menjadi suatu alasan pendukung proyek ini dibuat. 

Koalisi penduduk asli Alaska di Lereng Utara pun menyebut bahwa proyek ini dapat menjadi sumber pendapatan baru untuk wilayah tersebut dan mampu mendanai layanan termasuk pendidikan dan perawatan kesehatan. Padahal, proyek ini menghasilkan gas karbon dioksida yang dapat memengaruhi kualitas udara, serta dapat menyebabkan berbagai keluhan kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pernapasan, asfiksia, penurunan aktivitas fisik, dan lain-lain.

Faktanya lagi, Alaska merupakan lokasi vital bagi keseimbangan alam dan lingkungan. Habitat di Alaska sangat sensitif, rentan terhadap perubahan. Alaska mengalami perubahan iklim lebih cepat daripada wilayah lain di dunia. Peningkatan emisi dan gas-gas rumah kaca dapat mempercepat pencairan gletser dan lapisan es di Alaska. Gletser dan es yang mencair tersebut berkontribusi besar pada kenaikan permukaan laut global. Itu juga dapat berdampak kepada masyarakat pesisir dan ekosistem laut.

Saat Willow Project disetujui oleh Donald Trump pada 2020, izin tersebut dibatalkan oleh hakim federal setelah ditemukan analisis lingkungan yang cacat. Hal tersebut dapat menjadi bukti kurangnya peninjauan akan dampak lebih lanjut terhadap langkah pengesahan Willow Project  ini. Pemerintah AS seharusnya mempertimbangkan kembali risiko pengoperasian Willow Project bagi lingkungan di wilayah Alaska dan dunia internasional. Pemerintah AS harus mampu melihat kemungkinan terburuk yang dapat terjadi di masa depan sebagai akibat dari eksploitasi alam ini.

Meskipun kerusakan lingkungan tidak ada habisnya, bukan berarti tidak ada harapan untuk perbaikan. Kita semua harus bertanggung jawab dan berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan demi kesejahteraan generasi saat ini dan masa depan. Seluruh lapisan masyarakat harus kolaboratif dan meningkatkan kesadaran akan isu lingkungan adalah kunci untuk mencapai perubahan positif dan perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.

Ditulis oleh Selma Mela Elyani, Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional, FISIP 2022



Kolom Komentar

Share this article