Unmul April Mop: Dilema Kuota Mahasiswa
Opini mengenai distribusi kuota di kampus.
Sumber Gambar: Istimewa.
Dalam situasi dan kondisi dunia terutama di Indonesia yang berada dalam keadaan genting yaitu wabah Covid-19, maka semua kegiatan yang berada di luar ruangan maupun kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa menjadi terhambat bahkan terhenti sama sekali. Terutama kegiatan di lingkungan kampus itu sendiri baik kegiatan akademik maupun di luar akademik seperti organisasi. Seluruh perguruan tinggi di Indonesia khususnya Universitas Mulawarman mengumumkan lockdown atau tidak beroperasi sementara untuk menghindari penyebaran Covid-19 terjadi di kalangan civitas academica.
Keadaan tersebut menyebabkan banyaknya mahasiswa mengalami kendala yang cukup berat. Seperti berkuliah secara daring yang tidak efektif dikarenakan banyaknya tenaga pendidik atau dosen yang belum terlalu paham dengan sistem perkuliahan daring. Maupun fasilitas teknologi dan kuota internet yang belum terpenuhi bagi mahasiswa, terutama mahasiswa dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Khusus dalam kuliah daring, banyaknya kendala yang telah disebutkan tadi menyebabkan kerugian yang mengakibatkan mahasiswa tidak mampu lagi melanjutkan kuliah. Salah satu kerugian tersebut adalah mahasiswa berpotensi tidak lulus dalam mata kuliah yang berkaitan dengan sistem kuliah daring, karena mahasiswa tidak memiliki cukup kuota internet dalam memenuhi pertemuan kuliah dengan dosen yang bersangkutan secara daring. Bagi mahasiswa yang mampu secara ekonomi, semuanya menjadi cukup mudah. Namun bagi mahasiswa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, semua hal tersebut bisa jadi mimpi buruk dalam mengejar cita-cita dan masa depan kelak.
Saat ini, kuota internet sangat dibutuhkan oleh seluruh mahasiswa Unmul, terutama mahasiswa yang kurang secara ekonomi. Namun, tindak lanjut saat ini dari birokrat ternyata belum berjalan secara maksimal sehingga mahasiswa sudah mulai mengeluhkan sistem perkuliahan secara daring tanpa dukungan dari pihak universitas itu sendiri, terlebih mahasiswa saat ini tidak mampu menikmati fasilitas kampus secara langsung yang ditunjang oleh Uang Kuliah Tunggal (UKT) seluruh mahasiswa Unmul.
Apakah sekarang kita mahasiswa sadar, bahwa saat ini untuk mendapatkan kuliah yang layak dengan situasi darurat sekarang, kita diharuskan kembali merogoh kembali kantong kita dengan uang pendapatan yang semakin menipis? Bayangkan dengan memeras pendapatan orang tua kita habis-habisan dengan selalu membeli kuota internet yang selalu cepat habis demi mengejar target perkuliahan secara daring, dengan fasilitas kampus yang tidak akan kita nikmati dalam beberapa waktu ke depan dan uang kuliah tunggal kita sudah bayarkan secara penuh selama satu semester ini. Maka hal ini sudah pasti menjadi kerugian kita jika hak-hak kami tidak terpenuhi sebagai mahasiswa, terutama menghadapi pandemi ini.
Jangan sampai kuota internet yang telah dijanjikan birokrat kampus dengan serius meminta update nomor telepon di portal Sistem Informasi Akademik (SIA) hanyalah menjadi prank di April lalu, karena ini tidak lucu sama sekali, apalagi bagi seluruh mahasiswa Unmul yang saat ini dalam keadaan susah secara ekonomi.
Jika basic necessity atau kebutuhan pokok mahasiswa saat ini seperti subsidi kuota saja belum bisa dipenuhi oleh birokrat kampus, bagaimanakah dengan nasib ribuan mahasiswa lainnya yang bahkan tidak sanggup lagi membayar UKT karena pandemi ini? Apakah kita harus terus menunggu dan menunggu hingga semuanya terlambat? Kita mahasiswa sudah menderita akibat pandemi ini, penderitaan kami jangan ditambah lagi dengan lambatnya kebutuhan yang sudah menjadi hak kami yaitu subsidi kuota untuk memenuhi kegiatan perkuliahan kami yang katanya birokrat kampus harus berjalan seperti biasa meski dalam kondisi terjadi pandemi seperti ini dengan cara Working and Learning from Home.
Kami harus meminta kepada siapa lagi dalam memenuhi kebutuhan kami dalam perkuliahan atau kehidupan ini. Seharusnya negara bertanggung jawab dalam memikirkan nasib rakyatnya apalagi mahasiswa yang saat ini dalam kesulitan pembiayaan hidup sehari-hari. Jika kebutuhan kami saja tidak mampu dipenuhi, buat apa ada pemerintah yang selalu kami sokong dengan pajak yang selalu kami bayarkan? Pemerintah, dalam hal ini pihak kampus sebagai perwakilan pemerintah di bidang pendidikan tinggi sudah seharusnya menunaikan kewajibannya memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswanya yang telah membayar UKT-nya dengan rutin dan dengan serius mengikuti perkuliahan apapun kondisinya. Sudah seharusnya pak rektor beserta jajarannya peka dalam melihat situasi seperti ini, terutama bagi mahasiswa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah yang paling merasakan dampaknya paling nyata, juga harus diberikan dukungan nyata dan tidak hanya janji muluk-muluk saja.
Banyaknya kendala yang dihadapi oleh mahasiswa Unmul dalam menghadapi beberapa situasi sekarang, terutama pada masa perkuliahan secara daring menjadikan isu ini sebagai sebuah keresahan bersama yang tidak bisa terelakkan lagi, terutama dalam pemenuhan subsidi kuota yang harus segera direalisasikan sesegera mungkin. Kami juga tidak ingin perkuliahan kami terganggu hanya karena kuota yang belum di distribusikan sama sekali dari pihak birokrat.
Maka daripada itu, kami sebagai mahasiswa Unmul menawarkan beberapa rekomendasi dalam pelaksanaan perkuliahan daring kepada pihak terkait khususnya pihak Unmul dalam memenuhi kebutuhan kami selama berkuliah secara daring. Yaitu pemenuhan distribusi kuota secara merata kepada seluruh mahasiswa Unmul tanpa terkecuali dengan mengalihkan beberapa pendanaan yang seharusnya dipenuhi dalam kegiatan kampus secara normal yang telah dianggarkan dalam PNBP dan BOPTN untuk memenuhi kebutuhan kuota internet mahasiswa yang melaksanakan kuliah secara daring. Pemangkasan UKT untuk mahasiswa secara keseluruhan berhubungan dengan pandemi yang telah kita semua alami saat ini. Dengan penyerapan anggaran tahun ini saja juga baru terserap sebagian, maka tidak ada alasan lagi dari pihak kampus yang selalu menunda-nunda kebijakan yang dasarnya memenuhi kebutuhan dasar mahasiswanya sendiri. Mari bersama sebagai satu Unmul mengawal kebijakan rektor untuk Unmul yang lebih baik.
Hidup Mahasiswa!!!
Hidup Rakyat Indonesia!!!
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ditulis oleh Tharuna Qalis Mula, mahasiswa PPKN, FKIP 2018.