Opini

Tanah Kaya Katanya (Desa Mulawarman)

Tambang lenyapkan desa di Kutai Kartanegara. (Sumber foto: Dokumen penulis)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Bangga punya Indonesia, seperti kebanggan punya segalanya. Sabang sampai Merauke, bahkan dari Pulau Mias sampai Pulau Rote. Kekayaan Alam yang membentang begitu luas, Sumatera dengan luasannya, Jawa dengan kesuburannya, Kalimantan dengan energinya, Sulawesi dengan faunanya, Bali dengan wisatanya, NTT NTB dengan keindahan alamnya, Maluku dengan rempahnya, Papua dengan emasnya.

Kita menanam apa saja di tanah mana saja di manapun berada yang ada di tanah Indonesia pasti tumbuh. Menanam Mangga di Indonesia pasti tumbuh, menanam Mangga di Eropa belum tentu tumbuh. Begitu kaya bukan Indonesia? Pertanyaannya kenapa Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga seperti Singapura yang luasannya tidak ada apa-apana dengan Indonesia, bukannya kita puya segalanya?

Sama halnya Kalimantan Timur telah menjadi primadona sejak 2001 dengan emas hitamnya, belum lagi dengan sumur migasnya yang begitu besar sehingga migas Kaltim dinobatkan sebagai Migas No.1 se-Indonesia. Sama halnya Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim yang dinobatkan sebagai Kabupaten Terkaya se-Indonesia karena dengan kekayaan emas hitamnya bahkan hebatnya 43% luasan Kaltim merupakan kawasan tambang emas hitam. Di sisi lain mirisnya Kutai Kartanegara juga dinobatkan sebagai Kabupaten yang penduduknya rata-rata termiskin se-Indonesia. Kok bisa ya? Kita kaya tapi kok rakyat masih miskin, seperti ada yang salah. Siapa yang salah? Salahkah alamnya?

Tepat 22 September 2018, kami dari pasukan sosial masyarakat Faperta Unmul berkunjung ke Desa Mulawarman, Kec. Tenggarong Seberang, Kab Kutai Kartanegara. Mengapa Desa Mulawarman? Kami merasa sebagai Mahasiswa Universitas Mulawarman, Desa Mulawarman merupakan desa kami sendiri karena sama-sama Mulawarman.

Desa Mulawarman berada di Kilometer (Km) 16. Sebelum masuk Desa Mulawarman kami disambut hangat dengan mesin-mesin raksasa yang sibuk menggali tanah untuk mencari yang namanya emas hitam. Sepanjang jalan menuju Desa Mulawarman debu-debu padang pasir dan asap pekat selalu menjadi pengiring sepanjang kami berjalan menikmati suasana perjalanan. Di sepanjang jalan kami sangat menikmati pemandangan alam yang begitu indah dengan kolam-kolam berwarna agak kehijauan yang membentang luas di antara jalan kami. Kolam-kolam indah tadinya kami pikir itu adalah sebuah anugerah atau sebuah mahakarya terbaik dari karya orang-orang yang bekerja di sana.

Sampai di Desa Mulawarman, kami bertemu dengan kepala desa dan kami sempat mendengarkan cerita mendayu-dayu yang begitu nikmat untuk menjadi pemantik kami sebagai Mahasiswa Pertanian Unmul. Kepala Desa bercerita panjang kali lebar kali tinggi tentang sejarah Desa Mulawarman. Beliau mengatakan bahwa dulu Desa Mulawarman merupakan lumbung padi/beras yang ada di Kutai Kartanegara. Ada 818 KK, 2000-an penduduk dan ada 600-an Ha lahan sawah yang berproduksi aktif di Desa Mulawarman. Sejak 1980 desa ini menjadi lumbung beras terbaik yang ada di Kutai Kartanegara. Keren kan ya? Bahkan dulu Kaltim pernah berjaya swasembada pangan di tahun 2000 dan Kutai Kartanegara sebagai lumbungnya.

Berdasarkan cerita kepala desa tahun 2001 itulah awal mulanya Desa Mulawarman mengalami perubahan setelah ada izin tambang emas hitam. Di awal tahun 2001 belum terasa dampak dari tambang emas hitam ini karena lokasi penambangan masih jauh dari pemukiman. Ya wajar saja lah, apa yang dilihat itu yang dirasakan. Setelah 2-3 tahun penambangan ternyata warga sudah mulai merasakan sedikit demi sedikit terkait perubahan iklim yang ada di daerah tersebut. 

Dulunya airnya bersih, sekarang kotor dan keruh, tumbuhan-tumbuhan dulunya asri sekarang gersang itulah keluhan-keluhan yang sering dirasakan warga setempat. Bahkan mirisnya lagi yang perlu kita catat adalah tahun 2018 ini Desa Mulawarman tinggal 20%, sisanya 80% adalah milik tambang termasuk sawah produktif telah berevolusi menjadi kubangan tambang. Sedihnya lagi 20% Desa ini letak strategisnya seperti Pulau Kumala atau seperti Pulau Samosir. Pulau di tengah sebagai tempat pemukimannya dan laut/danau mengelilingi sebagai tambangnya.

Cerita tentang sawah berevolusi menjadi kubangan tambang juga diikuti diberbagai daerah yang lain tapi tak seperih Desa Mulawarman. Sehingga dengan keadaan yag tidak bisa dipaksakan tersebut akhirnya berdampak pada penurunan produksi beras Kalimantan Timur, sedangkan pertumbuhan penduduk itu pasti. Akhirnya begitulah cerita singkat kenapa Kalimantan Timur sedang krisis pangan hingga saat ini. 

Itulah sedikit cerita tentang suasana di Desa Mulawarman yang menjadi desa kebanggaan Mahasiswa Mulawarman. Banyak orang yang bilang bahwa Kalimantan Timur itu kaya, iya bahkan sangat kaya. Tapi sayang untuk memenuhi perutnya sendiri harus beli dari tetangga. Bukannya lahan kita luas? Bahkan sangat luas. Kita kaya dengan segala apa yang kita punya tapi entah tidak tahu bagian yang mana yang salah sehingga kita belum bisa mewujudkan kedaulatan pangan untuk Kalimantan Timur.

Ditulis oleh Sigit Untoro, Gubernur BEM FAPERTA UNMUL 2018



Kolom Komentar

Share this article