Sikap Membenci Bikin Lupa Diri
Sikap Membenci Bikin lupa diri terhadap sekitar

Sumber Gambar: Istimewa
Ben-ci dilansir dari Merriam Webster, adalah rasa tidak suka yang berlebihan kepada orang atau sesuatu. Rasa itu cenderung menimbulkan suatu hal yang buruk terhadap apa yang kita benci. Uniknya, rasa benci itu terkadang muncul tanpa alasan baik kepada orang yang kita kenal atau tidak. Karena rasa benci ini termasuk energi yang negatif tanpa kita sadari, membuat kita mempengaruhi orang lain untuk membenci. Salah satu bentuk dari kebencian adalah merundung.
Dalam KBBI merundung ialah menyakiti orang lain, baik secara psikis, dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dari waktu ke waktu. Seperti memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak disukai, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, bahkan mengancam.
Mengalami kejadian yang tidak enak berkali-kali, identitas terancam, muncul rasa takut dan tidak aman kerap dirasakan oleh korban perundungan. Ada upaya sekeras mungkin untuk mempertahakan diri kerap tidak memberikan hasil yang baik. Tidak jarang dalam beberapa kasus perundungan menimbulkan luka seumur hidup terutama bagi pelajar.
Menjamurnya kasus perundungan di kalangan pelajar menambah suramnya wajah pendidikan negeri ini. Kasus perundungan di SMP Muhammadiyah Butu, Purwerojo misalnya, yang diduga dilatar belakangi rasa sakit hati karena korban melapor ke gurunya. Atau pada kasus lain, jari siswa SMP di Malang harus diamputasi akibat perundungan. Belum lagi ditambah kasus perundungan yang dilakukan guru terhadap muridnya, perundungan antar sekolah, dan sebagainya.
Padahal dari kecil kita sudah diajarkan untuk saling menghargai. Etika dan sopan santun terhadap teman sebaya, guru, orang yang lebih tua sudah ditanamkan sejak dini. Melempar senyum saat kontak mata, mengucapkan salam sebelum masuk ruangan, menunduk ketika lewat di depan orang yang lebih tua. Budaya-budaya seperti ini sangat jarang kita temui. Sekiranya sia-sialah ajaran nenek moyang kita.
Lalu kenapa semakin bertambah usia nilai moral tak jua tumbuh? Siapa yang salah sebenarnya? Diri kita? Lingkungan kita? Atau didikan orang tua kita? Bagaimana nilai moral kita kelak saat kata “tolong, maaf dan terima kasih” pun tak lagi terdengar. Hanya suara kebencian menjadi ingar bingar. Bahkan tak jarang diantara mereka ada yang bangga telah merundung. Membuktikan pada teman bahwa, aku lah yang terhebat!
Sikap membenci sampai lupa diri seharusnya tidak lagi menjadi trendi. Ada banyak energi positif yang bisa mengimbangi. Bila pepatah mengatakan seberat-berat badan namun untung dilupakan jangan, seberat apapun cobaan yang dialami janganlah cepat menyerah karena selalu ada hikmahnya. Saya tahu orang yang memiliki rasa benci pun sama seperti korban perundungan. Diam-diam menderita, merasa di dunia ini sendiri, kurangnya rasa percaya terhadap apapun. Belum lagi ditambah dengan persoalan hidup yang lain seperti keluarga, teman, akademik, dan masalah lain yang mengikuti.
Namun melalui tulisan ini, izinkan saya memberikan sedikit energi positif untukmu. Berjanjilah pada dirimu untuk tidak lagi membenci, berjanji untuk tidak lagi bungkam saat ada masalah. Semoga dibaliknya perih ada kabar baik hari ini.
Ditulis oleh, Ayu Purnamasari mahasiswi Fakultas Hukum 2018.