Opini

Pemira dan Masa Depan Unmul

Freijae Rakasiwi, Menteri Advokasi dan Propaganda BEM KM Unmul 2016

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


2016 sudah memasuki Oktober dan akhir tahun. Biasanya di akhir tahun ini pasti panas pergerakan mahasiswa. Mulai aksi 2 tahun Presiden Jokowi, memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan. Tapi, tidak di kampus Mulawarman, kampus yang memiliki sekitar 38 ribu mahasiswa ini pada akhir tahun pasti mengalami kondisi emosi yang meninggi karena masa transisi pergantian pemimpin.

Ya, kita menyebutnya Pemilihan Raya (Pemira). Banyak pro dan kontra terjadi di kalangan mahasiswa mulai dari sistem, mekanisme, dan latar belakang mahasiswa yang mencalonkan diri jadi presiden dan wakil presiden di BEM KM Unmul.

Sebenarnya kita sudah satu langkah lebih maju dibandingkan kampus besar di Indonesia dengan menggunakan sistem online atau voting. Sejatinya dalam sistem online memudahkan mahasiswa dan menghemat biaya di tengah kondisi ekonomi sedang defisit saat ini. Kita bisa memilih sesuai amanat nilai-nilai demokrasi yang dianut Indonesia, seperti bebas, jujur, adil, bersih, dan rahasia.

Kondisi  di Unmul yang beberapa tahun lalu yang masih menggunakan sistem konvensional selalu “darah” yang jadi taruhannya demi mengamankan suara mahasiswa. Ya, masa lalu biarlah jadi evaluasi ke depan dan menjadi pembelajaran buat kita untuk mengarungi bahtera demokrasi di kampus kita.

Berbicara Pemira juga berbicara siapa yang berani maju dengan gagah berani untuk memimpin peliknya masalah di kampus dan Indonesia. Menarik untuk tahun ini karena yang maju adalah sahabat saya sendiri sosok Endra-Dicky dan Norman-Bhakti. Saya tak asing lagi dengan mereka dan tahu persis gaya kepemimpinan mereka. Meski latar belakang mereka adalah sama.

Tapi pada tahun ini saya sangat sedih. Mahasiswa "malu-malu" untuk mencalonkan diri. Padahal, di kampus banyak sekali organisasi internal dan eksternal yang ada di 14 Fakultas. Apakah di Unmul minim akan sosok pemimpin? Atau malah sebaliknya krisis kepercayaan diri untuk memimpin menemukan solusi untuk permasalahan kampus?

Bagi saya Pemira kali ini sangat penting untuk menemukan gagasan dalam permasalahan kampus. Karena jika ingin lihat kemajuan Unmul, maka lihatlah pergerakan mahasiswanya. Pemira bukan ajang mencari popularitas, serta mencari sensasi. Tapi Pemira merupakan langkah awal dari sebuah solusi. BEM KM Unmul ialah menjadi ujung tombak pergerakan mahasiswa di Kalimantan. Betapa tidak, pergerakannya mampu kembali mengadakan beasiswa bidikmisi dan PPA di Unmul itu atas dasar pergerakan mahasiswa Kalimantan. Jika tidak ada pemimpin yang mampu memberikan solusi, maka jangan bermimpi 1 tahun yang akan datang atau 2 tahun yang akan datang tidak ada lagi Beasiswa Bidikmisi dan PPA yang di Unmul.

Jika kita tidak bersimpati, apa jadinya pergerakan mahasiswa sekarang. Maka mulai dari sekarang saatnya kita bersimpati, memberi solusi dan memberikan gagasan. Jangan jadikan Pemira sebagai ajang "melanggengkan kekuasaan" saja. Integritas Pemira kali ini tergantung mahasiswa dalam menilai. Mari kita lihat dampak kedepannya bukan lagi menggerutu dalam masa lalu.

BEM KM Unmul ada atas perjalanan panjang para senior terdahulu. Mereka memperjuangkan perbaikan-perbaikan di Kaltim dan Indonesia sejak bernama Senat Mahasiswa dan terus mengalami transformasi mulai dari BEM Unmul hingga kini bernama BEM KM Unmul. Para senior mengajarkan dalam sejarah mereka bahwa, perjuangan mereka tidak identik dengan main-main dan hura-hura, tapi identik dengan keseriusan dan pengorbanan melalui kontribusi dengan hal-hal yang disenangi. Para senior memberitahukan kepada kita dalam sejarah mereka bahwa perjuangan mereka selalu mengiringi setiap jejak peristiwa bangsa. Saya ada, saya peduli, dan saya memiliki harapan, maka saya mantap untuk menyatakan bahwa saya ada, punya suara, punya hak memilih serta dipilih, punya solusi dan punya karya. Dengan menggunakan hak pilih pada 25 Oktober nanti setidaknya saya ikut memastikan tongkat kepemimpinan itu sampai ke tangan yang tepat.

Dalam Pemira nanti, siapa pun memang berhak menyatakan memilih atau tidak memilih. Yang pasti, semua yang kita lakukan tidak akan lepas dari pertanggungjawaban. Termasuk pertanggungjawaban atas hak keterlibatan kita, atas keberadaan kita bersama ragam potensi yang kita miliki.

Saya sudah cukup berpanjang cerita di sini. Inti dari keseluruhan isi tulisan ini sebenarnya adalah ajakan. Ajakan untuk mengenal BEM KM Unmul lebih dekat dan berpartisipasi aktif, agar BEM KM Unmul semakin baik dalam menjalankan peran dan tugasnya. Siapa pun berhak berkompetisi untuk mengisinya. Asalkan dengan cara yang layak dilakukan oleh mahasiswa dan tidak mencoreng nilai-nilai kenegaraannya; spiritualitas, moralitas, persatuan, kerakyatan, musyawarah, intelektualitas, dan keadilan. Siapa pun berhak mengisi tampuk kepemimpinan dan aktivitas organisasi kemahasiswaan, asalkan benar-benar kuat serta siap dalam menjalankan amanah serta tujuan dan fungsi organisasi tetap terpenuhi. Ketika ia terpilih menjadi presiden dan wakil presiden BEM KM Unmul, dia tetap dituntut untuk secara konsisten mengakomodir semua elemen mahasiswa di Unmul, bukan hanya mengakomodir rekan-rekan sesukanya.

Saya berhak untuk marah, memberi kritik, dan masukan, ketika sesuatu yang saya terlibat di dalamnya itu tidak menjalankan amanah sebagaimana mestinya, serta tak kritis dalam isu-isu dan permasalahan yang tak kunjung selesai. Saya juga berhak untuk bangga dan bahagia ketika sesuatu yang saya terlibat di dalamnya itu ternyata menuai keberhasilan. Terlebih bisa mempertahankan kebaikan-kebaikan yang mereka buat itu, sehingga masa depan Unmul ini dipenuhi orang-orang berintegritas, yang telah hilang ambisi egoisnya dan teruji mendedikasikan hidupnya untuk bermanfaat bagi orang lain. Dan saya akan mengabarkan kabar bahagia ini kepada Indonesia bahwa Unmul siap menjadi aktor perbaikan untuk Indonesia serta Kaltim menjadi episentrum gerakan mahasiswa Indonesia. Selamat berdinamika.

Selamat menikmati gagasan calon pemimpin Mulawarman dan Indonesia. Objektif, lihat gagasan, serta dampak ke depan untuk Unmul yang lebih baik. Saatnya Unmul bukan lagi jadi penonton, Unmul harus menjadi aktor untuk memberikan gagasan terbaik demi negeri. Panjang Umur Perjuangan! (e4)

Ditulis oleh: Freijae Rakasiwi- Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa di BEM KM Unmul 2016



Kolom Komentar

Share this article