Opini

Obituarium: Rektor Pertama Unmul, Prof. Sambas Wirakusumah

Prof. Sambas Wirakusumah, rektor pertama Unmul telah berpulang pada Selasa (6/8).

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Istimewa

Kabar duka datang dari salah satu akademisi kehutanan Unmul pada Rabu (7/8), sekitar pukul 14.00 WIB disela kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam, Kepulauan Riau. Saat suasana begitu panas, saya membuka layar ponsel kemudian kaget membaca banyaknya pertanyaan dari kawan-kawan rimbawan seluruh Indonesia terkait kebenaran meninggalnya rektor pertama Unmul. Diantaranya ada salah satu guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menginformasikan langsung kepada saya dan membenarkan atas wafatnya beliau.

Prof. Sambas Wirakusumah wafat di usia 84 tahun pada Selasa (6/8) pukul 20.19 WIB di RS Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kemudian beliau dibawa langsung ke rumah duka di Jalan BDN Raya No. 5, Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Terhitung sejak kemarin, telah tiba utusan dari Unmul yang diwakili oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Mustofa Agung Sardjono.


Pencetus Kampus Gunung Kelua Unmul

Almarhum Prof. Sambas adalah rektor Unmul sejak 1972-1980 dan merupakan tokoh yang mampu mengembangkan kampus dengan sangat pesat. Tercatat, beliau dapat mengembangkan berbagai jurusan dan fakultas yang ada di Unmul serta mempertemukan rektor-rektor se-Indonesia Timur pada masa kepemimpinananya.

Dikutip dari laman unmul.ac.id, masa kepemimpinannya mampu meningkatkan jumlah mahasiswa dari sekitar 150 mahasiswa menjadi 6.000 mahasiswa di akhir kepemimpinanya.

Pada masa kepemimpinannya, ia mengusulkan kepada Gubernur Abdoel Wahab Sjahranie untuk memperluasan kampus. Atas kajian draft dari beliau dan jajarannya, diterimalah lahan sebesar 70 hektare yang kini menjadi lokasi kampus utama Unmul di Gunung Kelua. Pemindahan dilakukan dari kampus Jalan Barito dan Sidomulyo pada 1985.

Pemindahan tersebut diusulkan untuk menunjang kawasan yang luas bagi mahasiswa yang sudah mulai membludak serta penambahan sejumlah fakultas dan prodi atau jurusan di Unmul.  Hingga saat ini, Unmul menjadi universitas terbesar di Kalimantan Timur dengan total 37.000 mahasiswa.

Pada 2018 lalu, Masjaya selaku rektor Unmul dan seluruh jajarannya memberikan Apresiasi Pengabdian kepada beliau secara langsung dengan bertandang ke kediaman almarhum di Jakarta setelah 45 tahun meninggalkan Unmul.  Dalam rangka silaturahmi, Masjaya memberikan sertifikat akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sebagai bukti bahwa saat ini Unmul telah terakreditasi A.


Mengenang Jasa Beliau Dalam Membangun Pendidikan di Indonesia  

Prof. Sambas masuk di Universitas Indonesia, Bogor (sekarang IPB) pada tahun 1954-1961. Ia kemudian menjadi staf pengajar jurusan Kehutanan di Fakultas Pertanian yang menjadi cikal bakal Fakultas Kehutanan IPB. Setelah mengabdi sebagai pengajar, beliau dikirim ke Amerika Serikat untuk mengambil gelar Master of Science in Forestry (M.Sc). Kembali dari AS, ia menjadi dosen silvikultur bersama kawan seperjuanganya dalam merintis dunia kehutanan di bidang pendidikan pada masa itu.

Beliau lalu ditugaskan untuk membangun Universitas Pattimura Ambon sebagai Sekretaris Universitas pada pertengahan 1960-an, kemudian pindah ke Departemen Kehutanan dan menjabat sebagai Administrasi/KKPH Bandung Selatan pada 1967/1968 atas arahan dari Mashudi, Gubernur Jawa Barat.

Tahun berikutnya, ia mendirikan Akademi Ilmu Kehutanan (AIK) bersama Rudy C. Tarumingkeng (angkatan 1955 UI-Pertanian) yang saat itu menjabat sebagai dekan Fahutan pada 1970-an. Saat ini, AIK telah berkembang menjadi Fahutan Universitas Winayamukti (UNWIM) dan masuk dalam sistem Institut Teknologi Bandung (ITB).

Beliau pencetus permohonan dari Hutan Pendidikan Selagombong Jawa Barat untuk AIK hingga berhasil diterima sebagai hutan pendidikan. Tidak hanya itu, dirinya juga telah mencetuskan Hutan Gunung Walat sebagai hutan pendidikan IPB (yang dikonfirmasi oleh Rudy Tarumingkeng (guru besar Kehutanan, kerabat almarhum) melalui Whatsapp dan media online-nya). Kemudian pada 1972, beliau dipilih menjadi rektor Unmul.

Setelah 8 tahun mengabdi di Unmul, almarhum digantikan oleh Prof. Sutrisno Hadi (Forest Pathology, Fahutan) sebagai rektor Unmul ke dua dan diangkat menjadi Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Jakarta (Kopertis III). Pada tahun 1980-an, ia kembali ditarik ke Jakarta dan menjadi atase pendidikan dan kebudayaan untuk Kedutaan Indonesia di AS.

Kepemimpinan Prof. Sambas adalah visioner dan transformasional. Almarhum adalah instrumental AIK, IPB, Pembangunan UPATTI Ambon, tokoh penting Unmul serta Hutan Bukit Soeharto. Tanpa visi almarhum, Fahutan IPB tidak memiliki Hutan Pendidikan Gunung Walat yang menjadi laboratorium kehutanan di luar kampus.

Selamat jalan Prof. Sambas Wirakusumah. Jasa-jasamu tiada tara. Pengabdianmu akan selalu kami kenang. Semoga generasi kehutanan seluruh Indonesia dan segenap mahasiswa Unmul dapat meneruskan pembangunan peradaban pendidikan, menjaga alam Borneo dan merawat hutan tropis. Beristirahatlah dengan tenang. Semoga mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT. Semoga sanak saudara yang ditinggalkan almarhum tetap sabar, tabah dan iklas.

Salam Rimba!

Ditulis oleh Fitriyani Sinaga, Ketua Dewan Perwakilan Sylva Indonesia 2017.



Kolom Komentar

Share this article