Opini

Kalimantan Timur Alami Inflasi 0,14%

Inflasi adalah suatu kenaikan terhadap nilai barang atau jasa yang di mana kenaikan barang atau jasa tersebut terjadi secara terus menerus dalam suatu periode tertentu

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Canva

Inflasi adalah suatu kenaikan terhadap nilai barang atau jasa yang di mana kenaikan barang atau jasa tersebut terjadi secara terus menerus dalam suatu periode tertentu mengalami kenaikan salah satunya dikarenakan jumlah barang yang bisa saja terbatas dan permintaan akan barang atau jasa tersebut bisa saja lebih tinggi dari barang atau jasa yang tersedia.

Namun, salah satu faktor yang dapat menyebabkan inflasi ialah banyaknya jumlah pengangguran. Pengangguran ini dapat menyebabkan terjadinya inflasi, dikarenakan jika inflasi tersebut terjadi secara jangka panjang maka akan mengakibatkan harga barang domestik semakin tinggi. Masyarakat yang memiliki pendapatan tetap akan mencari barang pengganti lain yang harganya lebih murah. Salah satunya yaitu barang impor, jadi inflasi dapat mengakibatkan tingginya nilai impor dan berkurangnya nilai ekspor.

Dengan berkurangnya nilai ekspor yang disebabkan karena masyarakat memilih barang impor, maka otomatis perusahaan akan mengurangi jumlah produksinya, secara otomatis juga akan mengurangi jumlah karyawannya. Bahkan di saat pandemi ini banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh sebab itu, inflasi dapat menyebabkan tingkat pengangguran meningkat, dan jumlah inflasi yang kian tinggi juga akan menurunkan tingkat konsumsi di masyarakat akan produk atau jasa.

Ketika permintaan terhadap barang komoditas dan jasa meningkat relatif lebih tinggi dari penawarannya, maka permintaan tenaga kerja pun akan meningkat seiring kebutuhan perusahaan memproduksi produknya menjadi lebih banyak, karena itulah jumlah pengangguran memiliki dampak terhadap inflasi.

Dari yang kita ketahui, provinsi Kaltim mengalami inflasi, seperti yang dilansir dari situs Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Desember 2020. Kaltim mengalami inflasi sebesar 0,25% dan pada Januari 2021 kembali mengalami inflasi sebesar 0,14%. Hal ini sedikit lebih baik dari bulan sebelumnya.

Inflasi 0,14% yang terjadi di Kaltim sudah menurun dari bulan sebelumnya. Dengan adanya optimisme dari pemerintah, bahwa ekonomi akan membaik. Namun, perlu kita ketahui benar ekonomi bisa membaik tapi belum sepenuhnya akan pulih. Seluruh perkara ini juga disebabkan oleh Covid-19 dan penanganan pandemi yang belum ada kejelasannya. Sehingga membuat sebagian pabrik tutup atau mengurangi jumlah pekerjanya.

Pariwisata lumpuh, logistik tersendat, kantor-kantor sepi karena pekerjaan dilakukan secara WFH, dan kegiatan perdagangan lesu. Akibatnya banyak sekali masyarakat yang pendapatannya menyusut, kehilangan mata pencarian atau bahkan dipecat, dan ini menambah rentetan panjang daftar masyarakat miskin dan pengangguran.

Jika jumlah pengangguran di Kaltim terus meningkat dan permasalahan ekonomi Kaltim belum dapat pulih sepenuhnya. Maka dapat dipastikan inflasi yang ada di Kaltim juga akan mengalami peningkatan. Saat pandemi belum reda instabilitas harga barang dan jasa akan memperdalam luka rakyat.

Dari data BPS, diketahui bahwa masyarakat Kaltim masih banyak yang pengangguran karena kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Terlebih lagi menurut data BPS, jumlah penduduk akan mengalami kenaikan. Hasil Proyeksi 2021 menyebut sebanyak 3.708.936 jiwa. Jika jumlah penduduk di Kaltim bertambah dan tidak diimbangi dengan penduduk yang bekerja, maka lajur inflasi akan kian terus naik ditambah lagi dengan adanya pandemi ini.

Untuk itu pemerintah provinsi Kaltim melakukan kebijakan untuk memulihkan ekonomi, salah satunya adalah dengan melakukan percepatan hilirisasi yang bermuatan teknologi dan penciptaan kesempatan kerja yang luas. Benar saja hilirisasi di Kaltim ini mulai terasa seiring dengan terealisasinya berbagai proyek hilirisasi. Seperti adanya proyek coal to methanol dan penambahan kapasitas industri pengolahan CPO menjadi biodiesel. Sehingga menciptakan iklim yang kondusif bagi masuknya investasi yang dapat membangun industri hilir dan menyerap tenaga kerja.

Namun, itu semua masih belum cukup untuk menekan lajur inflasi. Harusnya pemerintah dapat mengandalkan generasi milenial, sebab uang itu hanya sebagai creasing the transaction. Uang itu hanya menjadi harta yang sejajar dengan emas. Terlebih pada 2008 terjadi yang namanya Sub-prime Mortgage dan sebagai awal dari teori era ekonomi digital, untuk mencapai Inflasi yang rendah.

Sebagaimana diketahui, merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan kesejahteraan, tidak hanya menumbuhkan ekonomi tetapi juga mengangkat kesejahteraan masyarakat adalah dengan melakukan pengoptimalan ekonomi digital karena dapat memangkas rantai pasok produk pangan ke konsumen.

Inflasi Kaltim benar mengalami penurunan ke angka 0,14%. Tetapi angka itu harusnya belum bisa membuat kita tenang-tenang saja. Kita tidak pernah tahu kapan inflasi itu akan naik. Kebijakan demi kebijakan telah banyak digunakan untuk menekan inflasi, dan kini kita telah memasuki era ekonomi digital. Kegiatan ekonomi dapat terus berjalan walau kita hanya menggunakan gawai di genggaman kita. Serta keharusan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, serta memanfaatkan teknologi untuk membangun ekonomi di era ekonomi digital ini.

Ditulis oleh Asby Wahyudi, mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2019.



Kolom Komentar

Share this article