Opini

Ibu Bangsa dalam Cita Membangun Generasi Indonesia

Kongres Perempuan Indonesia Ketiga. (Sumber foto: satuislam.org)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Tepat 89 tahun lalu, berlangsung sebuah peristiwa istimewa bagi kalangan perempuan Indonesia. Peristiwa yang menjadi tonggak sejarah tercetusnya gagasan untuk menjadikan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Indonesia. Telah tercatat dalam sejarah, pada hari yang begitu gemuruh, dimulai pada 22 Desember hingga 25 Desember 1928 berlangsung kongres yang dihadiri oleh perempuan dari berbagai penjuru Nusantara. Sebuah pertemuan yang mewadahi kaum perempuan untuk saling berdikusi dan berbincang perihal nasib dan kedudukan kaum perempuan dalam berbagai sektor terutama pendidikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan kognisi serta mengangkat derajat kaum perempuan yang ketika itu masih dipandang rendah.

Kegigihan perempuan– yang sebagiannya juga menjadi ibu– di kongres tersebut membuktikan bahwa perempuan Indonesia sudah berdaya sejak zaman pra-kemerdekaan. Mereka memiliki cara berpikir lebih maju serta memiliki semangat untuk berkontribusi bagi kehidupan berbangsa dan berupaya agar kaumnya menjadi lebih cerdas, berani, serta bermartabat namun tetap menjaga jati diri sesuai dengan fitrahnya. Mereka yakin, jika kaum perempuan maju, maka maju pulalah Indonesia, hingga bangsa ini akan terbebas dari segala bentuk penjajahan. Lalu, dari rahim mereka terlahir generasi merdeka yang akan memimpin bangsa dan negara.

25 tahun kemudian, terhitung sejak perhelatan akbar kaum perempuan tersebut digelar, Presiden Soekarno menerbitkan dekrit Presiden No. 316 Tahun 1953 yang menetapkan Hari Ibu Nasional jatuh pada 22 Desember. Hari yang kemudian dimanfaatkan sebagai momentum spesial untuk memberikan ucapan dan ungkapan cinta kepada ibunda.

Peringatan Hari Ibu di Indonesia sesungguhnya mengandung makna yang jauh lebih mendalam dari sekadar romantisme perayaan belaka. Pun mayoritas orang Indonesia sepakat dengan sebuah slogan yang mengatakan bahwa “Every day is mother’s day, setiap hari adalah Hari Ibu”. Pada hakikatnya, Hari Ibu bukan hanya diperuntukkan bagi para ibu dalam arti harfiah saja, melainkan juga untuk seluruh perempuan Indonesia, sehingga sudah menjadi kewajiban bagi kaum perempuan Indonesia untuk meneruskan semangat dan kegigihan kaumnya terdahulu.

Semangat dan kegigihan pada kaum perempuan yang menjelma menjadi sosok ibu membuktikan bahwa perempuan adalah makhluk mulia yang berdaya dan mampu melakukan banyak hal. Namun, seorang ibu tidak boleh melupakan tugas utamanya sebagai pendidik. Disematkan gelar ibu karena ada generasi yang harus ia besarkan. Generasi yang apabila dibesarkan dan dididik dengan cara–cara yang tepat akan menghasilkan generasi berkualitas yang siap bermanfaat bagi lingkungan sekitar, serta siap memimpin bangsa dan negara.

Tujuh puluh dua tahun setelah Indonesia merdeka, akses pendidikan memang telah merata dan perlakuan pada perempuan pun membaik. Apa yang dahulu dituntut oleh kaum perempuan memang telah terwujud. Namun, bukannya tidak ada lagi problem, human trafficking, kekerasan dalam rumah tangga, hingga pelecehan dan kekerasan seksual masih marak terjadi. Pun sedang hangat kembali isu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) yang jelas–jelas tidak dibenarkan dan akan merusak mata rantai generasi.

Perempuan zaman now harus mampu menjadi garda terdepan dalam memerangi segala bentuk perilaku maupun tindakan yang merusak kaumnya. Sebab merusak satu perempuan berarti merusak satu ibu, dan dapat dikatakan pula akan merusak satu generasi yang lahir dari rahim ibu. Jadilah perempuan zaman now yang siap menjadi Ibu Bangsa, tanggap dan tidak menutup mata pada permasalahan perempuan zaman now pula.

Kepentingan akan kualitas seorang ibu sangat besar dan harus turut pula menjadi perhatian bersama. Karena dari ibu berkualitas, akan hadir generasi yang juga berkualitas untuk bangsa ini. pendidikan dan kesehatan menjadi isu penting yang harus disuarakan perempuan zaman sekarang. Ibu yang terdidik, cerdas, serta kokoh jiwanya akan menjadi benteng kuat dalam membangun dan mempersiapkan generasi. Ibu yang sehat akan memiliki kekuatan dalam mengawal pertumbuhan anak. Ibu yang sehat akan melahirkan generasi kuat. Salah satu parameter perhatian pemerintah terhadap kesehatan para Ibu bisa dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan. Data kementerian kesehatan pada 2016 tercatat 305 Ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. Angka yang terbilang masih tinggi dan sepatutnya dapat ditekan lebih rendah lagi.

Sudah saatnya perempuan menyadari peran strategis mereka sebagai Ibu Bangsa yang akan mencetak generasi Indonesia yang kokoh jiwa raganya lagi bermartabat mulia. Kaum perempuan harus kembali bangkit dan berdaya, bukan untuk bersaing dan mengalahkan kaum pria, namun menjadi salah satu bagian sayap yang akan saling mengokohkan demi menyongsong cita–cita Jayakan Indonesia!

Selamat Hari Ibu, untuk seluruh Ibu dan calon Ibu di penjuru Nusantara!

Ditulis oleh Jamiah, Wakil Gubernur BEM Faperta Unmul 2018



Kolom Komentar

Share this article