Got yang Penuh Sampah, Bukti Nyata Lemahnya Kesadaran Warga
Got tersumbat sampah tunjukkan rendahnya kesadaran warga dan jadi pemicu banjir
- 21 Nov 2025
- Komentar
- 59 Kali
Sumber Gambar: Pexels
Setiap kali hujan datang, pandangan yang sama selalu muncul, air meluap dari got yang tersumbat sampah. Terlihat beberapa jalanan yang tergenang, bahkan banyaknya rumah warga yang kebanjiran.
Hal ini tidak lain bukan karena semata kurangnya drainase, melainkan kebiasaan buruk masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan. Keberadaan sampah yang menumpuk di berbagai titik got mengakibatkan munculnya banjir lokal saat musim hujan turun, dan hal ini sangat berdampak pada aktivitas masyarakat setempat.
Melihat fenomena ini, sejalan dengan penelitian Hanifa, Asmaranto, dan Jadfan, dalam jurnal artikelnya, menyatakan penyumbatan saluran drainase akibat sampah dan sedimentasi menjadi salah satu penyebab genangan air di permukiman saat hujan. Got seharusnya berfungsi sebagai aliran untuk mencegah genangan.
Namun terkadang fungsinya tidak terjalankan dengan optimal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tumpukan plastik, sisa makanan, dan berbagai limbah rumah tangga.
Kita perlu melihat bahwa krisis sampah di Indonesia sangat besar. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2022, timbulan sampah di Indonesia mencapai 36,22 juta ton. Terdapat sekitar 35 persen dari total sampah itu belum dikelola dengan baik.
Komposisi sampah itu pun mengkhawatirkan, sampah sisa makanan mendominasi. Sementara sampah plastik menyumbang sekitar 18 persen. Bahkan menurut laporan Kompas, sepanjang 2022 ada 12,54 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di Indonesia.
Sementara itu, laporan dari GoodStats, di tahun yang sama, total timbulan sampah nasional adalah 19,45 juta ton, dengan proporsi sisa makanan mencapai 41,55 persen.
Adapun data terbaru menurut Menteri Lingkungan Hidup, total timbulan sampah nasional mencapai 56,63 juta ton, dan sekitar 61 persen dari jumlah tersebut tidak terkelola. Selain itu, hanya 39 persen sampah yang berhasil dikelola secara formal.
Dari sisi komposisi, sampah plastik sendiri menempati hampir 20 persen dari total sampah nasional. Dari sini bisa dilihat jelas, bahwa beban pengelolaan sampah sangat besar dan jika kesadaran warga tidak meningkat, maka saluran air seperti got akan terus menjadi korban kebiasaan buruk ini.
Melihat adanya fenomena ini, memberikan bukti nyata bahwa rendahnya kesadaran warga dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka. Kebanyakan masyarakat terlalu menyepelekan bahwa membuang sampah di got bukanlah suatu hal yang salah, padahal kesalahan kecil yang mereka lakukan bisa berdampak sangat besar.
Padahal, data juga menunjukkan persoalan sampah di Indonesia jauh lebih masif daripada sekadar sampah yang tercecer di jalan.
Masalah ini tidak bisa dirujuk pada masyarakat saja, pemerintah juga memegang peran penting dalam menyediakan solusi yang lebih optimal. Pemerintah dapat membuat upaya seperti program revitalisasi drainase, penambahan tempat sampah di titik-titik rawan, serta penegakan aturan melalui sanksi bagi pembuang sampah sembarangan perlu diperkuat agar ada efek jera.
Pemerintah juga dapat memperluas program Bank Sampah, memperbaiki infrastruktur pengolahan sampah, dan meningkatkan edukasi publik melalui kampanye rutin. Sehingga, warga tidak hanya tahu, tetapi juga terbiasa melakukan pengelolaan sampah dengan benar.
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu tanggung jawab bersama. Sudah saatnya masyarakat menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar.
Dengan kerja sama yang konsisten antara warga dan pemerintah, got dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Bukan sebagai tempat pembuangan sampah terbuka, melainkan saluran pencegah banjir yang membantu menjaga lingkungan lebih bersih dan aman bagi semua.
Maka diharapkan kesadaran masyarakat untuk memulai hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, ikut kerja bakti dan drainase, serta mengingatkan masyarakat lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan begitu, got tidak lagi menjadi sumber masalah, melainkan bagian dari solusi untuk kita yang lebih bersih dan sehat.
Opini ini ditulis oleh Tiara Paramitha, mahasiswi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP 2025