Opini

Ekspresikan Spirit Emansipasi, Ayo Jadi Kartini Masa Kini!

Dirjen Kajian Strategis dan Jaringan Pemberdayaan Perempuan BEM KM Unmul 2017, Jamiah.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Berbicara tentang emansipasi perempuan, utamanya di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari sosok pahlawan wanita yang begitu gigih memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam hal memperoleh akses pendidikan. Ya, ia adalah Raden Ajeng Kartini atau yang lebih akrab disapa Kartini. Setiap tanggal 21 April berbagai hiruk pikuk perayaan seremonial memperingati hari lahir Kartini begitu terasa. 

Mulai dari upacara di berbagai sekolah dengan balutan kain kebaya khusus untuk perempuan, perlombaan berdandan dan fashion show ala kartini, maupun berbagai kegiatan lain yang dikonsep khusus untuk kaum perempuan dengan tema serba Kartini.

Tidak heran memang, mengingat Kartini adalah sosok pejuang wanita yang kiprahnya dalam memperjuangkan emansipasi perempuan diakui tidak hanya dalam negeri sendiri melainkan hingga dunia Internasional. Perempuan yang dahulu kala dalam pepatah jawa hanya identik dengan peran 3M yakni macak, masak, dan manak (baca : berdandan/bersolek, memasak, dan beranak/melahirkan) kini memiliki ruang untuk berkiprah dalam ranah publik secara lebih luas.

Di masa kini, perempuan telah memiliki kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan untuk terus mengembangkan diri, berpendidikan tinggi sehingga menjadi cerdas, mengutarakan pendapat di muka umum, serta berbagai hak lain yang setara dengan laki-laki. Bahkan, perempuan dengan segala potensi yang dimiliki mempunyai peran yang sangat strategis dalam membangun sebuah negara yang kondusif. Bayangkan ketika perempuan tidak cakap, tidak memiliki pengetahuan, tidak bisa mengambil keputusan, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, serta tidak memiliki keahlian yang dapat dikembangkan, maka secara tidak langsung kita telah membuat bangsa ini menjadi bangsa yang mundur dan terbelakang.

Bagaimana tidak? Perempuan memegang peran sangat strategis dengan melahirkan, mendidik, serta merawat generasi yang akan senantiasa menentukan arah kemajuan ataupun kemunduran sebuah bangsa. Seorang bijak pernah berkata “Wanita adalah guru dunia, ia yang mengayun anak dengan tangan kanannya, serta mengguncang dunia dengan tangan kirinya”

Memegang peranan sebagai guru dunia bukan perkara sepele. Bahkan ketika beberapa perempuan memutuskan untuk berkarier pada ranah publik di luar dari ranah domestik sebagai ibu rumah tangga, maka peran ganda harus siap diemban oleh perempuan tersebut. Keuntungan dari emansipasi salah satunya yakni dapat menjadi sarana mengembangkan diri di ranah publik bagi perempuan yang menyukai tantangan.

Namun kini, esensi dari emansipasi yang diperjuangkan oleh Kartini banyak disalahartikan dan dikaburkan pemaknaannya. Spirit emansipasi Kartini bukan berarti menyamaratakan secara gamblang antara perempuan dan laki-laki. Mengingat secara kodrat, ada beberapa hal yang hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki namun tidak oleh perempuan, pun sebaliknya. Sebagai contoh melahirkan, menyusui, menstruasi adalah kodrat perempuan yang tidak bisa dilakukan lelaki. 

Maka sangat aneh ketika ada seorang perempuan menuntut untuk melakukan sesuatu di luar kodrat. Padahal menjadi perempuan adalah anugerah dan keistimewaan tersendiri. Bahkan ilmuwan terkenal Thomas Alva Edison mengatakan “Ciptaan yang paling sempurna adalah saat sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa menciptakan wanita, dengan kelembutan hatinya dan sifatnya yang penyayang dan juga keindahan saat memandangnya”.

Spirit perjuangan Kartini harus kita munculkan dalam bentuk positif. Menjadi kartini masa kini artinya kita menolak untuk menjadi bodoh, menolak untuk menjadi pribadi yang minus akhlak dan tidak beradab, serta menolak menjadi pribadi yang tidak bermanfaat. Karena pada akhirnya kehidupan seseorang dinilai bukan berdasarkan seberapa banyak harta serta seberapa luas pengetahuan, namun dinilai dari seberapa besar manfaat yang bisa ia tebarkan untuk lingkungan sekitarnya.

Dan pada akhirnya, perjuangan emansipasi Kartini bukan agar perempuan menjadi pesaing bagi lelaki. Namun, perempuan hadir sebagai penyemangat dan pendamping lelaki. Karena dibalik lelaki hebat selalu ada wanita luar biasa yang senantiasa memberi motivasi. Kehidupan ini akan menjadi harmoni ketika segalanya senantiasa berjalan seimbang. 

Seperti Bung Karno pernah berkata “Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung, jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya, jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali”.

 

Ayo, ekspresikan spirit emansipasi, siapkan diri menjadi Kartini masa kini!

Ditulis oleh Jamiah, mahasiswi fakultas Pertanian 2015. Dirjen Kajian Strategis dan Jaringan Pemberdayaan Perempuan BEM KM Unmul 2017.



Kolom Komentar

Share this article