Opini

Dampak Positif Pelemahan Rupiah, Serta Solusi Penguatannya

Isu melemahnya rupiah saat ini dinilai membawa dampak negatif bagi sebagian besar masyarakat. (sumber ilustrasi: m.timesbanyuwangi.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tentunya memberikan dampak. Dampak yang banyak diketahui dan tersebar luas di masyarakat sebagian besar hanya sebatas dampak negatifnya. Tapi jangan salah, “melemahnya” rupiah juga punya dampak positif , wal. Dalam opini ini, penulis akan membahas dampak-dampak positif dari pelemahan rupiah, plus solusi untuk penguatan rupiah.

Sempat khawatir akan terulangnya krisis moneter 1998, depresiasi rupiah di tahun 2018 ini nyatanya bukan sinyal krisis. Melainkan sebuah kondisi normal baru (new normal). Menurut ekonom Chatib Basri, perekonomian dunia dalam 10 tahun terakhir berada dalam keadaan abnormal. Hal ini disebabkan kebijakan suku bunga rendah dari bank sentral AS. Kondisi new normal terjadi lantaran perekonomian AS membaik, sehingga suku bunga acuan Federal Reserve naik dan indeks dollar AS menguat. Kemudian, terjadi arus keluar modal asing dari negara berkembang kembali ke Negeri Paman Sam. Arus keluar modal asing (capital outflow) membuat valuta negara berkembang melemah, termasuk rupiah, karena dollar AS sangat dibutuhkan untuk membiayai defisit neraca berjalan.

Lalu, apa dampak positif pelemahan rupiah? Pertama, kinerja ekspor akan meningkat. Ini jadi penyeimbang menurunnya performa impor di tengah pelemahan rupiah. Rupiah yang melemah membuat harga produk lokal lebih kompetitif (lebih murah) di pasar global, sehingga industri dalam negeri punya kesempatan untuk mendongkrak ekspor. Kompetitifnya harga produk dalam negeri sudah terlihat di kinerja ekspor Mei 2018. Pada bulan Mei, rata-rata harga agregat produk ekspor non migas mencapai USD 305,3 juta per ton. Jumlah tersebut turun 4,99% dibandingkan Mei 2017 yang mencapai USD 321,4 juta per ton. Sementara, komoditas non migas yang sejauh ini meningkat pesat antara lain besi baja, golongan barang bijih, kerak dan abu logam, lalu barang-barang rajutan dan komoditas timah.

Pelemahan rupiah juga berdampak positif terhadap sektor pariwisata. Jika sebelumnya turis dari Amerika d membawa uang USD 1.000, jika di rupiahkan hanya mendapat  Rp12 juta. Akibat adanya pelemahan rupiah, sekarang mereka bisa dapat Rp14.9 juta. Hal ini tentunya akan menarik minat turis asing yang berkunjung ke Indonesia. Mereka jadi memiliki daya beli yang lebih besar untuk berbelanja di Indonesia. Bersamaan dengan itu, sektor pariwisata kita juga jadi semakin ramai dikunjungi dan para turis menjadi semakin konsumtif dengan membeli berbagai macam barang, termasuk barang lokal Indonesia.

Belum lagi kalau mengutip statement dari Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, yang menyatakan secara tidak langsung pelemahan rupiah menyumbang penerimaan negara. Menurut Sri Mulyani, setiap rupiah melemah Rp100, maka pendapatan negara bertambah Rp4,7 triliun. Di sisi lain, belanja negara naik Rp3,1 triliun, Namun angkanya tidak mengkhawatirkan, karena penerimaan negara lebih besar. Dengan demikian, total neraca positif Rp1,6 triliun setiap kali rupiah melemah Rp100.

Sekarang mari kita membahas solusi penguatan rupiah. Jika melihat salah satu penyebab dollar AS mengalami apresiasi, yaitu naiknya suku bunga bank sentral AS (The Fed), langkah yang sama dilakukan oleh Bank Indonesia, yakni dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate. Ini merupakan salah satu solusi untuk menguatkan rupiah. Tingkat suku bunga menentukan nilai tambah mata uang suatu negara. Semakin tinggi tingkat suku bunga mata uang, akan semakin tinggi juga tingkat permintaan terhadap mata uang tersebut. Yang berperan di sini adalah investor. Dalam keadaan normal, investor tentunya mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya, termasuk investasi mata uang. Jadi, kalau tingkat suku bunga rupiah naik, akan menarik investor untuk memindahkan aset investasinya ke mata uang rupiah karena mereka ingin mendapat keuntungan dari perubahan tingkat suku bunga tersebut. Jadi, semakin tinggi suku bunga rupiah, akan semakin tinggi juga permintaan terhadap rupiah.

Selain menaikkan tingkat suku bunga, penguatan surplus perdagangan luar negeri juga bisa dijadikan salah satu solusi. Caranya adalah dengan membuat selisih ekspor lebih besar daripada impor. Dengan terjadinya penguatan surplus neraca perdagangan, secara umum menandakan bahwa perekonomian Indonesia lebih kuat dibanding perekonomian negara partner dagang. Sebagai dampaknya, nilai tukar rupiah cenderung menguat terhadap nilai tukar mata uang negara partner dagang, dalam hal ini Amerika.

Pada intinya, pelemahan rupiah yang terjadi sekarang tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi perekonomian nasional. Pun juga jauh dari tanda-tanda akan terjadinya krisis moneter seperti di tahun 1998. Selain itu, pelemahan rupiah berdampak positif terhadap kinerja ekspor, sektor pariwisata, dan secara tidak langsung menyumbang penerimaan negara. Solusi-solusi yang bisa diambil diantaranya peningkatan suku bunga acuan, penguatan surplus perdagangan luar negeri, dll. Namun, tidak mungkin hanya dengan satu kebijakan bisa menguatkan rupiah secara signifikan. Perlu adanya perpaduan beberapa kebijakan, dan penyesuaian terhadap kondisi negara.

 

Ditulis oleh Praja Habib Pasangka, Mahasiswa FEB Unmul Angkatan 2015.



Kolom Komentar

Share this article