Membongkar Dapur Produksi Radio Republik Indonesia

Membongkar Dapur Produksi Radio Republik Indonesia

SKETSA - Senin, 29 Oktober lalu, Sketsa melakukan program kerja Build Relation (Brain) ke kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Samarinda. Sekira pukul 14.30 Wita, rombongan Sketsa tiba di gedung biru putih.

Setibanya di lokasi, awak Sketsa disambut lalu diarahkan masuk ke ruangan bertuliskan Ruang Rapat oleh seorang staf. Di dalam, tampak sejumlah karyawan RRI menunggu. Mewakili Kepala RRI yang berhalangan hadir karena sedang berada di luar Samarinda, Tauhid selaku Kabid Tata Usaha membuka kunjungan itu dengan sepatah dua patah kata. Perbincangan diawali dengan perkenalan para karyawan RRI dan anggota Sketsa yang hadir.

Diskusi berlanjut, Tauhid menjelaskan tentang langkah-langkah kerja di RRI terutama dalam hal pemberitaan. Ia menjelaskan bahwa proses yang dijalankan hampir sama dengan Sketsa. Reporter terjun ke lapangan untuk mengonfirmasi sebuah isu, lalu ditulis dan diedit. Terakhir, baru disiarkan kepada para pendengar di manapun berada.

RRI sendiri merupakan lembaga penyiaran milik negara yang berkomitmen menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan didasarkan pada data dan fakta yang ada. Adapun, jam siaran dumulai pukul 5 pagi hingga 12 dini hari. Tauhid juga menjelaskan bahwa RRI masih dapat tetap eksis karena dalam waktu yang sama, informasinya dapat diterima langsung oleh seluruh masyarakat bahkan menjangkau pelosok.

"RRI berkomitmen menyampaikan informasi yang berdasarkan oleh data. Semua informasi yang harus diketahui oleh masyarakat menjadi tanggung jawab RRI, termasuk tentang kepentingan publik,” kata Tauhid.

Tauhid mengambil jeda, lantas menyilakan Alfian dari Bagian Produksi untuk menjelaskan proses produksi berita di RRI. Sama dengan apa yang disampaikan oleh Tauhid mengenai tahap-tahap produksi, Alfian menambahkan bahwa RRI memprioritaskan penyampaian berita dengan cepat dan akurat agar masyarakat dapat menerima informasi sesegera mungkin.

Dikatakan Alfian, RRI memiliki program siaran langsung. “Kami juga ada siaran langsung, jadi reporter laporan di tempat kejadian. Masyarakat bisa langsung tahu, seperti pada saat presiden Jokowi mendarat di Bandara APT Pronoto ketika akan mengesahkan bandara dan membuka Muktamar IDI,” terangnya. Tidak hanya itu, platform RRI juga telah merambah ke media online dan aplikasi RRI Play yang menyediakan streaming untuk para pendengarnya.

Subbagian Pemberitaan yang diwakili oleh Asti menyampaikan, informasi yang diberitakan RRI berdasarkan isu yang sedang hangat di masyarakat. Diskusi tentang kerja masing-masing antara RRI dan Sketsa begitu hangat dan mengalir.

Mikrofon kembali di tangan Tauhid. Diskusi masuk pada sesi tanya jawab, salah seorang awak Sketsa bertanya mengenai prosedur untuk menjadi seorang penyiar di RRI. Tauhid menjawab untuk menjadi penyiar di RRI, dilihat dari segi potensi dan kemampuannya. Melalui perekrutan, penyiar akan diikutkan pembinaan penyiaran unggulan.

Tauhid berharap awak Sketsa mendapat tambahan informasi dan pengetahuan selepas kunjungan ke RRI ini. Brain ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan dan foto bersama awak Sketsa dengan staf RRI.

Meski seremoni pertemuan telah berakhir, langkah rombongan Sketsa masih terus bergerak maju mengitari kantor RRI. Oleh Alfian, rombongan dikenalkan satu demi satu ruangan. Sembari dijelaskan, rombongan Sketsa berkesempatan melihat tempat beraksinya penyiar RRI, di hadapan mikrofon, mixer dan monitor yang tertata strategis. Selain itu, terdapat ruang untuk penulisan berita yang akan disiarkan, juga ada ruang VIV yang berfungsi sebagai ruang tunggu narasumber yang akan melakukan siaran.

Cahaya jingga menandakan waktu beralih menuju senja. Pukul 16.00 Wita, rombongan Sketsa baru benar-benar meninggalkan kantor RRI. (yun/aml)