Sumber gambar: Dok. Sketsa
Sketsa - Rabu, 27 Februari 2019 lalu LPM Sketsa Unmul mengawali Building Relation atau Brain pertamanya di tahun 2019 bersama salah satu media penyiaran lokal, Samarinda TV (STV). Lalu, Rabu, 3 April 2019 kemarin, berkesempatan membangun relasi bersama salah satu forum yang cukup banyak berkontribusi besar di Indonesia yakni Forum Indonesia Muda (FIM). Pertemuan dilakukan di Warung Gunung Jalan Perjuangan, Samarinda.
FIM merupakan sebuah forum yang tidak terikat dan menyasar pemuda Indonesia, di antaranya mahasiswa. Tentunya berlandaskan dengan napas dan semangat juang yang sama untuk membawa perubahan dan membangun bangsa ini.
FIM Berdiri sejak 2003 dengan model forum aktivis yang menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan dan karakter. Sejak 2017, FIM berupaya fokus pada apa yang menjadi ciri dan kekuatan utama jaringan FIM selama ini, yaitu kaderisasi kepemudaan. Setelah 5 tahun gerakan FIM, FIM mulai membangun model gerakan yang berbasis regional agar visi pemberdayaan dimulai tidak hanya dari Jakarta. Sejak 2017, para penggerak regional disebut kader next gen. Program regional berbasis pada aktivitas pemberdayaan masyarakat di daerah masing-masing.
FIM didirikan oleh sepasang suami istri yang dulunya sebagai penyiar, yakni Elmir Amien dan Siti Markhamah Fauzie (Bunda Tatty). Merekalah dibalik suksesnya sebuah forum yang sudah ada di beberapa daerah di seluruh Indonesia sejak tahun 2003 hingga sekarang. Pasangan ini juga menjadi orang tua ideologis bagi ribuan pemuda-pemudi yang tersebar di seantero negeri selama lebih dari satu dekade.
FIM ada juga di Samarinda dan Balikpapan, dan tidak menutup kemungkinan akan segera hadir di Bontang. FIM Samarinda dikoordinatori oleh Olli Chandra atau biasa dipanggil Ochan. Ochan merupakan mahasiswa jurusan Teknik Informatika (TI) Unmul. Posisinya sebagai Koor FIM Samarinda angkatan FIM 20.
Ochan saat itu menjadi perwakilan FIM dan berkesempatan untuk bertukar cerita dengan awak Sketsa. Salah satunya tentang kepengurusan FIM terutama FIM Mahakam yang sekarang dipecah menjadi FIM Balikpapan dan FIM Samarinda.
Menurut Ochan, pendaftar FIM sejak dari angkatan 5 hingga seterusnya semakin meningkat. Walau makin banyak yang mendaftar menjadi anggota FIM, ternyata FIM membatasi anggotanya dengan seleksi beberapa tahap dan apabila sudah melewati seleksi tersebut, akan ditempatkan ke regional asal pendaftar masing-masing. Anggota FIM akan selalu terus meregenerasi anggotanya setiap tahun.
Apabila anggota FIM sudah melewati masa baktinya, bukan berarti mereka melupakan FIM begitu saja. Ada alumni FIM yang masih aktif turut membantu anggota yang baru untuk mejalankan kegiatan di FIM tersebut, serta membantu masyarakat Indonesia yang daerahnya dilanda musibah, dengan melakukan galang donasi lalu mengirimkan langsung hasil donasi tersebut ke lokasi daerah yang terkena musibah.
Jika salah satu daerah di Indonesia terkena musibah, ada anggota FIM regoinal yang berada atau dekat dengan daerah tersebut menginformasikan kepada seluruh anggota FIM yang ada di Indonesia untuk membantu. Seperti bencana gempa yang ada di kota Palu, FIM dari Palu menginformasikan ke sesama FIM yang ada di Indonesia untuk meminta bantuan baik secara material, maupun secara psikis.
FIM memiliki sebuah yayasan yang di mana memiliki peran untuk membantu dan mengembangkan potensi anak muda yang ada di Indonesia. FIM ini sebenarnya merupakan komunitas relawan yang diharapkan untuk membentuk karakteristik anak muda Indonesia. FIM juga sudah melahirkan orang-orang sukses yang ada di Indonesia, yakni Achmad Zaky pendiri Bukalapak dan Muhammad Al Fatih Timur pendiri kitabisa.com. Mereka merupakan alumni FIM yang sukses membantu banyak masyarakat yang ada di Indonesia.
Ochan menambahkan, bahwa FIM memiliki program berupa Pelatnas yakni pelatihan nasional yang hadir di angkatan 19. Pelatnas merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan FIM, dengan tema yang berbeda dan inovasi di setiap pelatihanya. Mulai dari seminar kebangsaaan, pelatihan, outbond, pertunjukan seni hingga projek sosial.
Jika dalam hal membangun kerja sama, Ochan mengatakan akan menghubungi mereka satu persatu melalui pesan singkat dan mencari hari yang sesuai untuk memulai project tersebut.
“Seringnya sih kami berhubungan via chat, kami hubungi mereka satu persatu kalau kita ada project. Nanti ada waktu yang pas baru kami eksekusi,” tuturnya.
Dalam membangun keakraban itu sendiri, Ochan mendapatkan rasa keakraban sesama angggota FIM semenjak mereka berstatus sebagai anggota FIM walaupun berada di regional yang berbeda.
“Jadi walaupun anggota FIM ini menyebar dan nggak cuma di Samarinda, rasa ke-FIM-an itu masih ada. Nanti misalkan saya lagi ada di Balikpapan dan saya menghubungi anggota FIM di Balikpapan kalau saya ada di sini, beberapa anggota pada datangin saya,” bebernya.
Dengan demikian, menjadi anggota FIM itu sebenarnya asyik. Walau dibatasi anggotanya untuk bergabung dengan FIM. FIM hingga sekarang ini menjadi forum yang cukup menginspirasi dan berpengaruh. Sebab berkegiatan dan berkontribusi terhadap masyarakat sekitar. Apalagi FIM juga berhasil membangun keakraban sesama anggota FIM layaknya keluarga sendiri.
Sebelum pukul 6 sore, kegiatan sharing ilmu dan pengalaman antara FIM dam Sketsa yang diwakili Ochan berakhir. Keseruan saling berbagi cerita sore itu harus dituntaskan. Rangkaian Brain ditutup dengan penyerahan cendera mata dan foto bersama. (anm/els)