
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Berjalan kaki di atas aspal
Langkah kaki begitu cepat tertujunya
Tak tahan rasa ingin meraih matahari
Jejak demi jejak tertinggal
Tak kutemukan jua Si Matahari itu
Percuma jejak dan langkah itu
Tapi tak bisa aku sesalkan
Kutemukan satu bintang bersandal jepit celana pendek
Membawa beberapa buah jualan telur puyuh
Tas hitam digantung samping
Keringatnya menetes dari pori-pori kulit
Memang matahari tak kugapai
Tapi aku bertemu bintang malang
Langkahku terhenti sejenak
Ingin melangkah bayangku tapi ragu-ragu
Tak bisa tarik udara hidung pesekku
Kuhampiri dengan langkah laju takut tertinggal
Bintang yang berjual telur puyuh
Berbasa-basi mulut ke mulut
Tatapan sendu serta keringat dari dahi
Berpanas-panas di siang hari
Kuketahui ia dipaksa berjual
Oleh seorang perempuan yang melahirkannya
Oh, Gusti
Hatiku berkeping-keping kaca pecah
Masih banyak di dunia ini
Orang tua ke buah kecilnya bertutur kata
Bekerja sedari dini dengan paksaan
Mataku seperti mengupas bawang
Hatiku ditusuk pisau-pisau keji
Kejam dunia untuk anak kecil malang
Masa kecil yang tiada main tiada senang
Berjual dan berjual
Melangkah membuat bekas jejak perjuangan dini
Jalan menuju Masjid mengambil wudhu
Sembah sujud kepadaMu, Gusti
Berdoa seribu kali tiada henti
Mendoakan Bintang kecil malang mendapatkan limpahan hujan uang
Puisi ini ditulis oleh Lola Setia Hidayani, mahasiswi Program Studi Kehutanan FKLT Unmul 2023