Minoritas yang Luput: Lingkungan Inklusif Kampus yang Tak Adil bagi Pengguna Tangan Kiri

Minoritas yang Luput: Lingkungan Inklusif Kampus yang Tak Adil bagi Pengguna Tangan Kiri

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Lingkungan inklusif merupakan lingkungan ramah bagi semua orang, baik kelompok mayoritas maupun kelompok minoritas yang termarginalkan. Banyak lingkungan pendidikan terutama kampus mulai memperhatikan hal tersebut dan berlomba mengusahakan lingkungan pendidikan inklusif.

Namun masih terdapat hal-hal yang luput terkait penyediaan pendidikan inklusif, salah satunya tidak memperhitungkan fasilitas bagi left-handed atau pengguna tangan kiri dominan yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan kidal.

Terdapat unggahan salah seorang mahasiswa di media sosial. Ia sebagai salah seorang left-handed mengaku kesulitan untuk mencatat materi atau mengerjakan tugas di kelas karena kursi yang digunakan di dalam kelas tidak begitu mendukung. Kebanyakan kampus menggunakan kursi besi sambung di mana meja hanya di sebelah kanan. Hal ini membuat pengguna tangan kiri dominan merasa kesulitan. 

Meskipun beberapa kampus menyediakan kursi untuk pengguna tangan kiri dominan, tetapi penyebarannya tidak merata. Ada yang hanya terdapat di beberapa fakultas saja. Bahkan, masih banyak kampus yang tidak memperhitungkan fasilitas tersebut. 

Di salah satu kampus bahkan, salah seorang dosen mengaku melihat mahasiswanya yang menggunakan tangan kiri kesulitan menulis di dalam kelasnya. Alhasil, ia harus menghubungi pihak kampus secara langsung guna menyediakan fasilitas tersebut. 

Melihat jumlahnya, yang termasuk minoritas hanya sekitar sepuluh persen dari jumlah populasi dunia. Tidak heran kalau kelompok ini jarang sekali diperhitungkan dalam pengadaan fasilitas. Oleh karena itu, pengadaan lingkungan pendidikan inklusif juga seharusnya memperhitungkan keberadaan kelompok ini jika ingin menciptakan kesetaraan. 

Pendidikan inklusif sendiri menurut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), merupakan respons kebutuhan keberagaman belajar bagi setiap orang. Hal ini mencakup meningkatkan partisipasi pembelajaran bagi semua kelompok, ras, maupun komunitas. Pendidikan inklusif memberikan kesempatan semua orang dengan menyediakan fasilitas dan kebutuhan khusus bagi yang membutuhkannya. 

Mengedepankan lingkungan inklusif yang setara dan ramah bagi semua orang terutama di lingkungan pendidikan merupakan sebuah kewajiban. Semua orang, termasuk kelompok minoritas apa pun berhak mendapatkan fasilitas yang nyaman dan mendukung. Hal ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa itu sendiri. 

Apabila mahasiswa merasa tidak nyaman dengan fasilitas pembelajaran, kualitas pembelajaran akan menurun. Hal sesederhana ini mampu mempengaruhi psikologis mahasiswa. 

Mahasiswa merasa kebutuhan mereka tidak terpenuhi dan merasa terisolasi. Fasilitas yang tidak mendukung dengan kondisinya akan menurunkan semangat mengerjakan tugas maupun melakukan pembelajaran di dalam kelas. Terlebih lagi, pengguna tangan kiri dominan masih dianggap buruk oleh masyarakat yang telah termakan stigma meskipun zaman telah berkembang. 

Kampus sebagai sebuah lembaga pendidikan sudah seharusnya memberikan dukungan dalam hal keberagaman, baik dari segi kondisi fisik, sosial, maupun kebiasaan. Tulisan ini tidak sekedar tentang menyediakan kursi bagi pengguna tangan kiri dominan, tetapi juga terkait dengan kesadaran akan keberagaman dan bagaimana lembaga pendidikan bisa memperhitungkan kelompok minoritas yang kerap luput. 

Melalui kesadaran tersebut, diharapkan pengadaan fasilitas khusus tidak dianggap sebagai hal yang kurang penting maupun sebagai fasilitas “tambahan”. Akan tetapi, hal ini termasuk upaya kampus menyediakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman bagi semua kelompok. 

Sebab, pengguna tangan kiri dominan kerap menghadapi masalah teknis. Memperhitungkan pengadaan fasilitas bagi mereka menunjukkan kampus menghargai setiap mahasiswanya. 

Meskipun tidak diperhitungkan dalam penyediaan fasilitas umum lainnya, setidaknya kampus yang katanya “mengedepankan pendidikan inklusif” seharusnya memperhitungkan hal ini. Sebagai mahasiswa yang turut serta membayar uang kuliah, fasilitas juga merupakan hak mereka, baik bagi mayoritas maupun minoritas. 

Oleh karena itu, pengadaan fasilitas pembelajaran bagi pengguna tangan kiri dominan sudah seharusnya diperhitungkan.

Opini ini ditulis oleh Widya Amanda, mahasiswi Sastra Indonesia FIB Unmul 2022