
Sumber Gambar: Instagram @hap_magazine
SKETSA - “Suar suara hak ulayat merawat akar masyarakat adat, lebih baik menjaga mata air, jaga terjaga selama-lamanya, dari pada meneteskan air mata”. - Suar
Penggalan kalimat di atas merupakan salah satu dari banyaknya lirik yang dikemukakan oleh para komponis musisi dalam lagu Suar. Lagu ini menyajikan berbagai cara untuk menghadapi ancaman dari ekspansi industri kreatif, deforestasi, dan kebijakan yang mengabaikan hak-hak masyarakat adat.
Perjuangan masyarakat adat dalam mempertahankan tanah dan hutan leluhur mereka kini bergema dalam sebuah karya musik yang menggugah hati. Tuan Tiga Belas dan King of Borneo berkolaborasi dalam lagu terbaru berjudul “SUAR”. Lagu ini adalah nyanyian perlawanan yang mengangkat suara masyarakat adat dalam mempertahankan hak ulayat dan melawan perampasan hak dan ruang hidup mereka.
Herkulanos Sutomo, Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kapuas Hulu, menegaskan bahwa suara masyarakat adat perlu didengar lebih luas. Mereka menekankan bahwa tanah, hutan, dan sungai bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari identitas dan keberlangsungan budaya masyarakat adat.
Didukung oleh AMAN Kapuas Hulu dan Madani Berkelanjutan, Suar juga menyoroti pentingnya pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Masyarakat Adat untuk mencegah perampasan hak dan kriminalisasi komunitas adat. Lirik yang kuat dan penuh semangat, lagu ini menjadi seruan solidaritas agar hak-hak masyarakat adat dapat diakui dan dilindungi secara resmi.
Di samping itu, melihat makna lagu yang terkandung, Suar juga dapat menjadi rekomendasi untuk menggelar musikalisasi puisi. Hal ini bertujuan untuk memberikan penjiwaan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang sebuah makna lagu yang tersirat di dalamnya.
Lagu Suar bukan hanya sebuah karya seni, melainkan panggilan untuk bertindak. Suar mengajak untuk masyarakat lebih peduli terhadap isu masyarakat adat.
Selain itu, lagu ini turut menjadi pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat adat. Perjuangan masyarakat adat adalah perjuangan kita semua, didedikasikan untuk lingkungan dan masa depan yang berkelanjutan.
Aku lawan
Kamu lawan
Kita lawan
Mereka yang ingin rampas tanah kita
Jangan biarkan
Masyarakat Adat
Kehilangan Hak Ulayat
Ruang hidup satwa liar terancam
Dan memecah belah keberagaman
Menjaga hutan menjaga kehidupan
Petuah bijak nenek moyang leluhur kita
Tertanam dalam dalam mengakar dan membumi
Untuk keseimbangan alam semesta
Ohaaa
Ohaaa
Ohaaaa
Tahan bertahan pertahankanlah
Tanah air budaya adat istiadat
dan semua kearifannya
Janganlah kau lapuk ataupun runtuh
Tegakan warisan api yang dititipkan kepada mu dan kita semua
Oleh leluhur
Ku bersyukur
Diwariskan tanah luhur
Hijau Makmur
Tumbuh subur
Indahnya tidak terukur
Lalu kau datang tuk gusur
Hancurkan semua terkubur
Akan ku jaga tidak akan mundur
Walau raga jatuh gugur
Paling depan kami akan berdiri (berdiri)
Hadang semua aral berat tak peduli (tak peduli)
Pasang badan ditanah leluhur kami (leluhur kami)
Tak akan lari (tak akan lari), sampai ku mati (oooooohhaaaaaaaaaa’)
Ibuku tanah hayatku
Hutan darah sungai juga lautan
Mereka sebar ketakutan dan datang membawa pasukan
Lalu manipulasi, tuk ambil alih, mulai berdalih, ambil kendali
Rusak hutan ku mereka gali, ambil semua kau bawa lari
Tanah Ibu Kami
Hutan Bapa Kami
Sungai darah kami
Jaga terjaga selama-lamanya
Menjaga hutan menjaga kehidupan
Petuah bijak nenek moyang leluhur kita
Tertanam dalam dalam mengakar dan membumi
Untuk keseimbangan alam semesta
Tanah Ibu Kami
Hutan Bapa Kami
Sungai darah kami
Tak boleh ada siapapun yang merampas apa yang sudah leluhur beri
Kami akan jaga dengan segenap jiwa raga kami
Tanah, Laut, Sungai, Hutan
Akan kami rawat untuk anak dan cucu Kami
Kawan oh kawan jagalah semesta…
Tanah Ibu Kami
Hutan Bapa Kami
Sungai darah kami
Tanah Ibu Kami
Hutan Bapa Kami
Sungai darah kami
Jaga terjaga selama-lamanya
Suar suara hak ulayat merawat akar masyarakat adat
Lebih baik menjaga mata air
dari pada meneteskan air mata
(ica/mlt)