SKETSA - Dalam rangka menyambut Hari Anak Internasional, BEM KM Unmul gelar diskusi simposium perempuan pada Senin (20/11) lalu. Bertempat di Aula Serbaguna Rektorat, diskusi ini hadirkan sejumlah pemateri kompeten. Mengusung tema Wujudkan Kota Ramah Anak dari Samarinda untuk Indonesia, diskusi ini membahas seputar kejahatan sosial yang kian marak terjadi.
Acara yang turut dihadiri Presiden BEM KM Unmul Norman Iswahyudi ini dibuka langsung oleh Rektor Unmul Masjaya. Dalam sambutannya, Masjaya sampaikan kekhawatirannya terhadap perempuan dan anak-anak yang terlantar di Samarinda. Mengingat angka kejahatan terus meningkat tiap tahunnya.
Perkembangan teknologi yang makin canggih juga menyimpan keresahan bagi Masjaya, “Karena gadget, banyak sekali anak-anak di sekitar kita yang kurang perhatian dari kita,” tuturnya.
Diskusi ini diisi oleh beberapa pemateri yang berasal dari beragam profesi. Di antaranya Eka Komariah Kuncoro selaku Ketua P2TP2A Kaltim, Adji Suwignyo Ketua Harian KPAD Samarinda, Lisda Sofia Kepala Prodi Unmul, Mahmuda selaku Founder Rumah Qur’an, Sri Puji Astuti Ketua Komisi lV DPRD Samarinda, Hardiana Muriyani Kepala Bidang PPPA BPPKB Prov.Kaltim, Nur Ahlina Hanifah Ketua KPIS Samarinda, Sitti Badrah Nurul Rochimah Ketua KOHATI Samarinda, Fajar Hafini selaku Fasilitator FAKT, Kombes Pol Reza Arief Dewanto dari Kapolres Samarinda, serta Maya Rahmanah Koordinator Forum Perempuan Mulawarman.
Dalam pemaparan materinya, Eka Komariah Kuncoro mengatakan, tidak mudah untuk mewujudkan kota ramah anak apalagi kota layak anak. Mengingat kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anaknya.
“Apalagi sekarang banyak kekerasan pada anak, terutama kekerasan seksual,” tuturnya.
Tercatat kekerasan seksual menempati urutan kedua kasus kekerasan pada perempuan dan anak setelah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mirisnya, kejahatan ini berasal dari orang terdekat korban. Terlebih saat ini anak-anak sudah mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis dengan berpacaran.
“Punya pacar jangan lebay hubungannya,” candanya mencairkan suasana.
Maya Rahmanah yang juga selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan BEM KM menegaskan angka kejahatan yang terus meningkat setiap tahunnya di Kota Tepian harus segera diatasi.
“Samarinda termasuk kota ramah anak, tapi fakta di lapangan tidak. Bahkan baru-baru ini telah terjadi pelecehan seksual anak, yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri,” ujarnya.
Besar harapannya dengan diadakannya simposium ini, dapat menyadarkan masyarakat dan bisa berpengaruh dalam akan mengurangi tingkat kekerasaan pada perempuan dan anak. Sebab sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya kita bersama dalam melindungi dan mencegah terjadinya kekerasan dengan peduli pada lingkungan sekitar. (bip/ubg/adl)