Tampilkan Naskah Rumah Do Re Mi, Kali Pertama STS Garputala Bawakan Konsep Epik Realis dalam Pementasan
Sumber Gambar: STS Garputala
SKETSA — Sanggar Teater Siswa (STS) Garputala asal SMK Negeri 19 Samarinda kembali menggelar pentas tahunannya yang ke-7 di penghujung tahun 2023. Kali ini, naskah karya Mayang Sari berjudul “Rumah Do Re Mi” secara khusus dipilih untuk dibawakan dalam pementasan mereka.
Sejak berada di bawah asuhan Renata, kehidupan anak-anak yang ada di sebuah panti asuhan nihil akan mimpi dan cita-cita. Hal tersebut disinyalir berasal dari aturan kaku yang diberlakukan pengasuh panti terhadap anak-anak.
Keadaan menjadi berbalik ketika Natasya, mahasiswi yang melaksanakan kegiatan magang di panti asuhan tersebut hadir. Dalam proses pendekatannya, Natasya kerap memantik keberanian anak-anak yang ada di sana untuk memimpikan masa depan dengan beragam cita-cita.
Sayang, kehadiran Natasya yang tak disukai Renata turut menjadi aral bagi dirinya. Singkat cerita, Natasya yang telah akrab dengan anak-anak harus meninggalkan tempat tersebut atas perintah pemilik panti asuhan.
Setidaknya, 400 penonton tercatat memenuhi Gedung Balai Desa Bukuan. Antusias tersebut tak hanya berasal dari sesama siswa, namun juga menarik perhatian dari kalangan masyarakat sekitar.
Wawan Kuswadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Negeri 19 Samarinda menyampaikan apresiasi mendalamnya kepada panitia dan seluruh pihak yang terlibat. Perjalanan panjang sekolah kejuruan yang mulanya tak memiliki bangunan permanen itu juga ia kenang.
“Sebelum punya gedung sendiri, SMK 19 itu dulu merintisnya ya dari sini (Kelurahan Bukuan). Jadi, ketika anak-anak kami melakukan pementasan di sini rasanya seperti kembali pulang ke rumah,” ujar Wawan dalam sambutannya, Sabtu (23/12) lalu.
Sesaat setelah semua lampu dimatikan, gemerlap pementasan malam itu kian terasa. Suasana gelap yang hadir menjadi pertanda paling umum sebuah kisah dimulai. Pementasan naskah berdurasi 80 menit itu sukses dikemas dengan apik.
Ditemui usai pementasan, Fajri Syams selaku Sutradara sekaligus Pembina ekskul teater tersebut membeberkan persiapan di balik layar.
“Kurang lebih persiapannya sekitar tiga bulan. Untuk latihan mereka hanya (bisa) sepulang sekolah,” terang Fajri.
Uniknya, meski latihan yang dilakukan oleh anak didiknya sudah rutin berlangsung, Fajri mengaku baru melihat versi yang ditampilkan di malam tersebut.
“Saya pun baru nonton versi yang ini, karena di setiap latihan pasti ada improve, mereka bisa kreasikan kembali permainan-permainannya,” sambung Fajri.
Tak ketinggalan, Alisia Fannia Putri, aktor yang berperan menjadi Natasya ini turut buka suara menjelaskan pesan utama yang hendak ia dan kawan-kawannya angkat. Adapun, pesan moral yang disorot juga berangkat dari kondisi sehari-hari yang banyak terjadi di sekolah.
“Apakah sudah cocok metode mengajar siswanya? Kira-kira apa yang perlu ditingkatkan?” ucap perempuan yang saat ini menjabat sebagai Ketua STS Garputala itu.
Menyoal konsep, Alisia membeberkan bahwa ia dan rekan-rekannya memutuskan untuk mengambil risiko yang cukup besar dengan adanya format baru.
Jika di tahun sebelumnya konsep yang dibawakan terpaku pada pementasan realis, kini, ia dan kawan-kawan memadu padankan konsep realis dan konsep epik dengan ciamik. (nkh/dre)