Polemik Agama, Ini Sikap Pusdima

Polemik Agama, Ini Sikap Pusdima

SKETSA – Polemik terkait penistaan terhadap agama masih berlanjut. Pada Jumat (12/1) lalu tercatat dalam sejarah, jutaan umat Islam berkumpul suarakan tuntutannya. Aksi Bela Islam 121 itu, menyedot seluruh perhatian dunia.

Belum lepas dari isu penistaan agama, muncul penghinaan terhadap ulama. Dalam hal ini, Pusat Studi Islam Mahasiswa (Pusdima) juga bersuara. Unit kerohanian Islam tersebut mengadakan Deklarasi Bela Ulama dalam Seminar bersama MUI Kaltim, Rabu (8/2) kemarin.

Harish Jundana, Ketua Pusdima mengaku senang telah ditunjuk untuk memfasilitasi seminar bersama MUI itu. “Kita bisa bersikap menghadapi isu nasional saat ini, dengan memfasilitasi calon-calon ulama untuk eksis,” pungkasnya pada Sketsa, Rabu (8/2).

Harish juga mendorong mahasiswa muslim untuk berkontribusi di bidang apapun. “Yang jelas harus ada tata aturannya, santun,” tuturnya.

Khairul Umam, Dekan Fakultas Ekonomi Syariah Universitas Gontor hadir mendampingi 40 kadernya di acara tersebut. Melihat polemik yang terjadi, Khairul berujar bahwa dasar negara yaitu Pancasila, yang jelas menunjukkan negara ini berketuhanan. “Kita bukan negara sekuler yang memisahkan agama dengan negara,” katanya.

Menurutnya, adanya Aksi Bela Islam jilid satu, dua, hingga tiga itu wajar. Berkembangnya isu penistaan agama hingga penghinaan terhadap ulama menyakiti hati umat Islam. Sepatutnya, umat Islam wajib berpartisipasi minimal dukungan moril.

Menurut Khairul lagi, umat Islam, mesti peka dengan masalah umat. Sebab jika tidak, umat Islam terancam kehilangan keimanannya. Disebutkan Khairul juga, dalam sebuah hadist pada akhir zaman mayoritas kaum Muslim seperti minoritas. Adakalanya, menggenggam agama seperti menggenggam bara api.

Meski begitu, terang Khairul Indonesia itu negara paling harmonis perihal kehidupan beragama. "Tidak ada Islam mendemo Kristen, di Amerika biasa. Sekarang ini banyak dikait-kaitkan,” ucapnya.

Terakhir, Khairul berpesan menjadi mahasiswa, berarti menjadi bagian dari komunitas yang disebut ulama. Maka, jangan lupa meneruskan kebiasaan ulama, yakni membaca, menulis, dan berdiskusi. Hal tersebut yang dirasa kurang terlihat dalam umat Islam kini. "Perlu juga diingat, apapun yang dipelajari, jangan hilangkan ajaran Islam, kuatkan," pesannya.

Peserta seminar ini tak hanya mahasiswa Unmul, ada 40 orang dari Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Mereka adalah putra-putri Kaltim yang diberi kesempatan MUI Kaltim untuk mengikuti kaderisasi ulama di universitas tersebut. Tiga di antaranya menjadi pemateri kala seminar berlangsung. Selain itu turut hadir pula perhimpunan eksternal keislaman, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), juga Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). (bru/jdj)