Miftah: “Hasil Konsol Mana yang Saya Langgar?”

Miftah: “Hasil Konsol Mana yang Saya Langgar?”

SKETSA - Menyikapi ragam kritik yang ditudingkan kepada kepanitiaan PKKMB, Sketsa melakukan wawancara khusus bersama ketua panitia PKKMB sekaligus Wakil Presiden BEM KM Unmul, Muhammad Miftahul Mubarok.

Persoalan PKKMB soal kesepakatan konsolidasi yang kabarnya diingkari kepanitiaan soal tenda sampai nasi basi, bagaimana jawaban Anda?

Kami tidak janji soal tenda karena konsepnya outdoor. Namun seharusnya, 60 persen harus pakai tenda, soalnya panas. Tenda juga untuk antisipasi kalau hujan. Perlu diketahui ada pertemuan fiksasi di awal Agustus di rektorat lantai 3 dihadiri wakil dekan, wakil rektor, kabiro, humas. Ketika saya presentasi soal penyewaan tenda dan lain-lain, Pak La Hasan masuk bilang, "Pakai tenda? Tendanya kayak mana?". Pemikiran awal, saya maunya tenda yang kayak tenda beasiswa Jasa Raharja. Pertamanya juga terpikir tenda festival karena besar, ternyata enggak bisa setelah dicek harganya itu luar biasa mahalnya, makanya diganti tenda taruf.

Ketika taruf tadi dimasukkan ke RAB, ternyata dana PKKMB Rp88,6 juta tahun ini. Kalau dari rektorat memang dikasih Rp88,6 juta, ada 2 tahap pemberiannya, pertama Rp60 juta namun tahap berikutnya baru cair setelah SPJ kelar. Rp60 juta itu untuk luar dalam, dan akhirnya dana tadi difokuskan untuk luarnya aja, karena yang di dalam udah ditanggung rektorat.

Konsumsi totalnya Rp44 juta, tapi baru dibayar setengahnya. Uang yang ada di BEM KM plus pencairan awal masih belum cukup, konsumsi itu dikasih tender ke orang-orang Rp40 juta gimana bisa dapat konsumsi 5400 bungkus. Untungnya dapat, ada juga yang nawarkan. Perkara makanan basi pun ternyata konsumsinya bukan berasal dari satu warung aja, tapi beberapa warung. Pihak ketiga bilang dia make beberapa warung. Ini memang jadi evaluasi kita dan harusnya ada klarifikasi walau nanti dari panitia. Sementara ini kami masih selidiki. Kita punya merek beras, mie, dan sebagainya.

Baju panitia, sewa panggung, sewa sound buat di luar, backdrop, photobooth, sama biaya sewa lain-lain itu udah nyentuh Rp88 juta. Jadi dari total itu enggak bisa sewa tenda. Jadi kabiro malah nyaut "Enggak mungkin nih, enggak mungkin ada tenda nih." Pembahasan itu juga disimak sama petinggi rektorat plus BEM fakultas, karena memang sudah ada undangan resmi dari rektorat. WD 3 Faperta bilang gini "Ini juga mustahil kalau pakai tenda semua, mau ditaruh di mana tendanya? Dan 5000 orang ini enggak sedikit loh. Ini nggak mungkin, danamu berapa sih dek?" ke saya. Ini kalau ada BEM fakultas yang ngelak mungkin gak hadir.

Kalau soal dana itu dari rektorat yang cairkan, ini belum cair lagi enggak tahu berapa. Setelah rapat itu, besoknya cair Rp27 juta. Pantas aja ditolak soal tenda ternyata gak ada duitnya. Pak Zaini menyarankan pakai tenda cuma tenda kecil kayak tenda bazar, intinya buat yang ingin berteduh. Daripada iri-irian kan, akhirnya tenda dihilangkan.

Tapi saya sudah punya plan a, b, c, d, dan e. Plan C, jika hujan deras akan dimasukkan ke dalam gor sebelum/sesudah ishoma. Plan A, tetap outdoor-indoor, sesuai rencana awal. Plan B, UKM ditampilkan duluan tanpa adanya seremoni, karena ngejar waktu konfigurasi plus salat ashar sama-sama. Plan D, kalau cuaca di jam ishoma lebih dari 30 derajat celcius akan dimasukkan ke dalam gor sebelum ishoma. Plan E, bener-bener full di dalam.

Sejumlah pihak mengatakan kepanitiaan lebih mementingkan konfigurasi ketimbang kesehatan maba. Soal karton mubazir juga jadi keluhan. Pengeluaran maba jadi bengkak gara-gara PKKMB. Seperti apa Anda menjawab ini?

Itu jelas salah. Saya gak terima ini. Saya lebih milih ishoma daripada konfigurasi. Kalau kita lihat perbandingan waktu antara konfigurasi sama jam salat, lebih di jam salat. Karena kita berkaca dari tahun lalu banyak maba yang protes karena enggak salat on time. Di tahun ini, seandainya jam salat molor, maka konfigurasi dihilangkan. Kalau membandingkan dengan Unimus (Universitas Musamus, Merauke, Papua) mereka punya waktu 2 hari buat latihan konfigurasi. Sementara di kita jangankan 2 hari, menyediakan waktu untuk hadir penuh di hari H aja kan, ya begitulah.

Banyak yang enggak kepake soalnya memang diminta beli 5 warna. Yang paling lantang untuk enggak bawa 5 warna itu dari Teknik, mereka maunya 2 warna aja. Alasan harus pake 5 warna karena waktunya mepet untuk konfigurasi. Bayangkan kalau ditentukan satu warna untuk beberapa fakultas, misal warna merah dibawa oleh Hukum, Farmasi, FEB, itu harus ada satu hari buat gladi kotor dan gladi bersih.

Untuk pengeluaran lainnya pun diarahkan untuk membawa makanan pribadi dan obat-obatan, masalah name tag pun juga diarahkan untuk di-download dan di print di posko Wakanda (Wadah Edukasi Mahasiswa Baru, 1-14 Agustus) kemarin. Jadi kalau ada yang mengeluh banyak pengeluaran, mungkin habis di snack.

Akhirnya dibawalah 5 warna biar pada saat diatur dengan orang yang random dapat mempersiapkan warna karton sesuai instruksi, dan juga saat dipindah-pindah pun fleksibel karena memikirkan waktu agar jangan terlalu lama, sedangkan waktu untuk konfigurasi cuma sejam karena enggak ada gladi kotor atau bersih sebelumnya. Saya tanya ke Sigit (koordinator konfigurasi) yang karyanya sudah terbukti di Transformers dan segala macam. Dia bilang bisa satu orang bawa satu karton asal ada satu hari khusus gladi dan jaminan tidak ada yang walkout.

Soal sound system kurang nyaring dan proyektor buram kenapa bisa?

Itu di dalam, itu rekrorat yang ngurus. Kepanitiaan hanya fokus yang di luar. Teknis itu silakan ditanya langsung ke rektorat.

Seperti apa kesepakatan 20 titik air dan bagaimana definisi titik air dimaknai panitia?

Satu titik air itu satu keran. Saya sudah sampaikan ke fakultas bahwa untuk ishoma wudu itu 40 keran. Tapi, akhirnya titik air untuk wudu itu 12 titik untuk cowok dan 20 untuk cewek.

Sebenernya awalnya mau dibikinkan 20-20, cuma kendala dari rektorat untuk yang cowok bikinnya cuma 12 lubang karena dananya kurang. Rektorat gak mau nombok, dari uang (panitia) sendiri sudah habis Rp5,3 juta buat nambal-nambal beli tali dan segala macam. 20 titik air itu bukan sumber air tapi 40 keran.

12 dan 20 titik itu cukup karena dari 5400+ orang itu sudah dikurangi sama yang halangan dan non muslim. Itu juga ada dua-tiga kloter. Gantian.

Kalau mau mengharapkan yang sempurna, yang satu kali buka keran 5000 orang bisa wudu bersamaan enggak mungkin. Lihat saja masjid Istiqlal atau Islamic Center, berapa titik air sih yang ada di sana? Dengan menampung sekian ribu jamaah yang datang, apa titik air harus dibanyakin sebanyak jamaah yang datang?

Kesepakatan soal suhu udara 33 derajat, banyak maba yang tumbang dan diklaim beberapa fakultas tidak ditangani panitia. Apa tanggapan Anda?

Saya selalu bergerak dengan planning, ya. Bertanya kepada yang ahli. Kata teman kami dari BMKG, untuk tahu titik ekstrem itu ada di jam 11-1. Bahkan kami punya aplikasi. Jam 11-1 itu titik tertinggi 33 derajat. Siang itu suhunya menurut aplikasi 29 derajat (tapi terasa) seperti 31 derajat.

Jam 2-3 itu masih 30 derajat. Kemudian kalau sakit jam 11-1 itu antara dia tidak sarapan atau memang sakit dan harusnya pakai pita hitam dong. Sedangkan kalau sakit habis makan, berarti dia memang sakit. UGM (Universitas Gadjah Mada) 31 derajat (PKKMB) di lapangan bola.

Fakultas ini ngeluh di dalam panas, di luar panas. Terus mau gimana? Di Rusia? Salju? Coba bikinkan saya PKKMB yang terkonsolidasi yang enggak panas pakai fasilitas Unmul. Bikinkan. Saya tantang! Jabatan ketua panitia ini aja saya lelang ke UKM dan BEM fakultas enggak ada yang mau loh.

Untuk kesehatan, saya mau pamer data ini. Berdasarkan laporan dari anak TBM, total maba sakit itu 167 orang dengan rincian 120 sakit di dalam, 47 sakit di luar. Bisa dilihatkan kesimpulannya apa?

Kabar soal panitia melarang atribut helm safety tapi membolehkan caping ketika rapat senat terbuka, bagaimana klarifikasi Anda?

Hah kapan? Saya bilang silakan bawa yang penting bukan benda tajam. Saya ada loh notulensinya. Jangan sampai saya difitnah. Saya berani sumpah lillahitaala tidak pernah melarang atribut fakultas untuk dibawa ke dalam. Saya bahkan masih ingat nah reka adegan ketika konsolidasi bersama ketua PKKMB fakultas. 'Anak Faperta silakan bawa capingnya, yang penting jangan bawa cangkul loh, ya. Anak Teknik silakan bawa helm safety-nya. Anak FKM, FK, silakan pakai jas labnya'.

Saya juga heran banyak permintaan dari BEM fakultas melibatkan panitia PKKMB fakultas di PKKMB univ ini. Padahal tidak ada konsep PKKMB univ masuk di PKKMB fakultas. Akhirnya ya sudah monggo ikut. Termasuk saat di lapangan, saya bukannya sedih ada pendamping fakultas justru senang lagi ada yang bantuin. Saya jadi lebih ringan ada banyak yang ngurusin maba.

Jadi kesimpulannya, bawa atribut itu boleh. Yang protes itu enggak nyimak atau gimana mungkin.

Ada maba fakultas yang tidak kebagian kursi padahal panitia sudah meminta pendamping fakultas di luar. Hitungan panitia keliru kah?

Sebenarnya ini harus dilihat dari seberapa konsisten rektorat mengundang tamu-tamunya. Padus aja 100 orang, Akper 240, kita minta kurangi tapi enggak tahu pas hari H itu berapa karena kami enggak di dalam. Tapi kita tahu Akper 150 lebih. Terus mereka masuk lewat pintu VIP. Siapa coba yang ndak sakit hati? Saya juga sudah sampaikan ke maba kalau Akper itu bukan maba, mereka itu tamu.

Kita juga sebenarnya kecewa berat sama rektorat yang sangat tidak bertanggungbjawab. Mereka cuma ada di rapat senat. Yang ketika kita masuk blower, sound, sudah diangkat semua. Teknisi tidak ada, penjaga gor, satgas makan siang semua. Terus gimana kita mau ganti-ganti plan? Jalur evakuasi tidak lancar juga karena dipaksa masuk sama rektorat humas. Kita kecewa berat.

Sama juga keamanan. Ini juga jadi evaluasi kita. Satgas jelas melanggar SOP. Kita sudah sepakati gerbang cuma pakai depan FPIK tapi satgas buka di dalam buat FK, yang lapangan voli buat Hukum. Gerbang dijebol juga sama satpam Teknik. Satgas juga mengizinkan PKL masuk padahal saya sudah bilang tidak boleh. Saya marah-marah sama satgas luar biasa, mereka minta maaf.

Benarkah Anda pernah mengeluarkan pernyataan bahwa fakultas boleh menarik mabanya ketika PKKMB berjalan tidak sesuai konsolidasi?

Saya tanya kembali, hasil konsol mana yang saya langgar? Tenda? Itu udah kelar tanggal 6-7 (Agustus) kemarin, dan sepakat gak bakal pakai tenda karena mustahil menyediakan tenda untuk 5600 mahasiswa. Sekali lagi bukan karena konfigurasi atau apa-apa tapi dana. Kalau ada dana itu mungkin, kalau ada Rp120 juta saya yakin.

Kapan rapat evaluasi PKKMB diadakan?

[Catatan Redaksi: Wawancara dilakukan pada Jumat, 17 Agustus 2018]

Saya juga belum tahu, ya. Sekarang ini kami masih fokus menyelesaikan LPJ dulu karena banyak betul tanggungan di luar dari vendor-vendor. Masalah nasi basi juga akan tetap kita kejar kalau misalnya memang ada korban yang sakit parah. (aml/wal)