Menyelisik Persiapan Unmul Menuju Akreditasi Internasional

Menyelisik Persiapan Unmul Menuju Akreditasi Internasional

Foto: Istimewa

SKETSA – Pada 13 hingga 16 November lalu, Unmul gelar Workshop Persiapan Akreditasi Internasional yang dihadiri oleh 51 program studi (Prodi). Ihwal ini bersumber untuk memenuhi poin 8 dari Indikator Kinerja Utama (IKU) bagi pendidikan tinggi yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akhir 2020 lalu tentang program studi berstandar internasional.

Untuk menilik lebih jauh, Sketsa kemudian menghubungi Bohari Yusuf, Wakil Rektor bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas pada Rabu (23/11) lalu. Bebernya, persiapan akreditasi internasional akan dikembalikan pada masing-masing Prodi. Hal ini lantaran dokumen dan fasilitas yang dipersiapkan berbeda dan perlu dilakukan penyesuaian.

“Aturan internasional harus dipenuhi. Untuk itu Workshop memastikan semua Kaprodi kalau mau internasional begini, lo, caranya. Memang mahal dan sulit. Tapi itu harus, karena itu adalah target dari yang dicanangkan oleh menteri.” 

“Setiap universitas harus punya minimal lima persen Prodi internasional setiap tahunnya. Sekarang kita masih nol,” imbuhnya melalui sambungan telepon Whatsapp.

Total Prodi S1 yang berjumlah 60, mengharuskan Unmul sekurang-kurangnya memiliki tiga Prodi berakreditasi internasional. Unmul mengawali jejak tersebut lewat Prodi Pendidikan Fisika dan Pendidikan Biologi FKIP pada September lalu. 

Kedua Prodi tersebut telah divisitasi oleh lembaga akreditasi internasional dari Jerman, Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik (ASIIN).

“Maju tidaknya prodi itu tergantung dari Prodinya, dosennya, mahasiswanya, dan perangkat yang ada di dalamnya. Kemarin kita sudah menyampaikan seperti ini lo cara-caranya, silakan masing-masing (menyesuaikan). Mudah-mudahan yang sudah siap ya bisa segera apply karena setahun sampai dua tahun itu baru bisa visitasi,” tuturnya.

Salah satu yang turut menghadiri agenda ini ialah Prodi S1 Ilmu Komunikasi. Sketsa kemudian menghubungi Rina Juwita selaku koordinator Prodi (Koprodi) pada Selasa (22/11) lalu. Tuturnya, pertemuan tersebut berhasil menambah referensinya dalam membuat kebijakan proses belajar mengajar di kampus.

“Kalau dari pembicaraan kami (para Koprodi) selama workshop, sih, ini akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar dan memerlukan banyak sumber daya.”

Meski setelah agenda tersebut belum ada langkah lanjutan yang diambil FISIP, Rina berharap ada target yang berhasil tercapai di beberapa tahun ke depan. “Setidaknya beberapa tahun ke depan minimal 20 persen Prodi di Unmul mendapat akreditasi internasional, selain dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) atau Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM),” kuncinya. (mar/cal/ems)