Mahasiswa Unmul Juara Golput, Panitia Kurang Sosialisasi

Mahasiswa Unmul Juara Golput, Panitia Kurang Sosialisasi

SKETSA – Partisipasi mahasiswa di pemilihan raya (Pemira) Presiden dan Wakil Presiden BEM KM Unmul tercatat meningkat setiap tahun. Berdasarkan data yang dihimpun dari DPM KM Unmul tercatat pada 2013 sebelum sistem online diterapkan, partisipasi hanya menyentuh 2.014 suara. Namun, setelah sistem online mulai diterapkan partisipasi meningkat drastis. Pada 2014 partisipasi mencapai 4.887 suara dan pada 2015 mencapai 5.222 suara.

Meski begitu, angka partisipasi tersebut jauh dari harapan. Totalnya masih timpang, jika dibanding dengan total potensi partisipasi mahasiswa Unmul yang mencapai lebih dari 30.000 suara. Artinya angka golongan putih (golput) alias mahasiswa yang tidak memberikan hak suaranya masih lebih besar daripada mahasiswa yang memberikan hak suara. Hal tersebut ditengarai karena minimnya sosialisasi pelaksanaan Pemira oleh panitia.

Minimnya sosialisasi tersebut disampaikan, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Soni Suhendra. Mahasiswa angkatan 2014 itu mengatakan, selama ini sosialisasi dan kampanye Pemira masih sangat kurang. Walhasil, banyak mahasiswa di fakultasnya tidak tahu pelaksanaan Pemira dan urung berpartisipasi.

“Cuma datang sebentar saja, mahasiswa enggak paham. Jadi wajar mahasiswa malas berpartisipasi. Kalau pun ikut, pasti memilih hanya berdasarkan latar belakang kampus, bukan kualitas calon,” kata Soni.

Ardina Asmi Aulia, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) pun menyatakan hal serupa. Menurut dia, Pemira sangat minim sosialisasi. Bahkan banyak mahasiswa di FISIP yang tidak tahu urgensi memilih Presiden dan Wakil Presiden di BEM KM Unmul melalui Pemira.

“Saya tidak ikut Pemira. Saya enggak tahu itu Pemira dan kenapa harus pilih Presiden dan wakil presiden BEM KM Unmul,” sebut mahasiswa di program studi Ilmu Komunikasi angkatan 2015 itu.

Meski begitu, dia mengaku setuju dengan sistem Pemira online. Hanya, untuk panitia, dia berharap dapat lebih gencar dalam melakukan sosialisasi. Khususnya, tentang mekanisme memilih calon presiden dan wakil presiden BEM KM Unmul di portal online. Sehingga, tingkat partisipasi mahasiswa Unmul dapat meningkat.

“Apalagi setahu saya Pemira itu cuma populer di kalangan mahasiswa yang ikut organisasi. Jadi terkesan tidak merangkul mahasiswa secara keseluruhan,” ucap dia.

Sementara itu, respon berbeda disampaikan Rahmadani Norsafitri, mahasiswa Fakultas Pertanian. Dia menyebut, sistem Pemira online masih kurang efektif. Lebih efektif sistem konvensional. “Kalau online bisa saja para pemilih tidak memilih sesuai hati nuraninya,” seloroh Rahmadani yang mengaku tidak berpartisipasi pada Pemira online sebelumnya. (aml/bru/snh/im/e2)