Sumber Gambar: Instagram @kkn_unmul
SKETSA – Usai masa pendaftaran kuliah kerja nyata (KKN) 50 Tahun 2024, berbagai pertanyaan yang muncul di benak mahasiswa sempat menjadi pembicaraan hangat di lingkungan kampus. Mulai dari jenis KKN yang tersedia, laman yang sulit diakses ketika ingin mendaftar, penambahan kuota, hingga permohonan untuk mengganti desa tujuan KKN.
Panitia KKN 50 juga secara aktif mengunggah informasi seputar giat KKN melalui akun Instagram @kkn_unmul. Melalui postingan yang diunggah pada Kamis (18/4) lalu, dapat diketahui bahwa terdapat tiga jenis KKN yang akan dilaksanakan, di antaranya KKN Reguler, KKN Tematik, dan KKN Penyetaraan.
Sebelumnya, pada pelaksanaan KKN 49 Tahun 2023 tersedia pilihan KKN Internasional. Rupanya pilihan tersebut juga masih tersedia tahun ini, namun sayangnya sepi peminat.
“Sama saja. Jadi, tahun lalu ada KKN reguler, tematik, penyetaraan, dan internasional. Namun, (tahun ini untuk KKN internasional) tetap ditawarkan tetapi tidak ada pemilih,” ucap Arifin selaku Ketua Panitia KKN sekaligus Kepala Pusat Pengembangan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat (PK2-PM) ketika diwawancarai pada Kamis (16/5) lalu.
Kepada Sketsa, Arifin mengungkapkan bahwa minimnya peminat pada KKN Internasional disebabkan masalah biaya, seperti keberatan dalam mengurus visa hingga kurangnya tabungan biaya pribadi mahasiswa. Masalah biaya bahkan juga menjadi alasan kurangnya minat mahasiswa untuk mengikuti KKN Kebangsaan.
Buntut dari tidak adanya pemilih pada jenis KKN Internasional, KKN Tematik mengalami masalah minimnya kuota mahasiswa karena kurangnya desa yang berpartisipasi dalam KKN tahun ini. Hal ini disebabkan adanya keterlambatan konfirmasi oleh panitia KKN terhadap Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (DPMPD) serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Salah satu perubahan lain yang terjadi adalah Kota Samarinda tidak lagi masuk dalam daftar wilayah untuk KKN. Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi perubahan ini.
“Berdasarkan pengalaman di tahun lalu, banyak mahasiswa yang KKN di Samarinda namun tidak menetap di posko, mereka malah pulang ke rumah masing-masing. Kemudian, ada yang tidak fokus pada kewajiban KKN. Sebenarnya, ada pertimbangan khusus untuk menempatkan mahasiswa di Samarinda, seperti riwayat penyakit, mahasiswa yang bekerja, hingga atlet yang melakukan persiapan untuk lomba olahraga,” jelas Arifin.
Bersumber dari pernyataan sebelumnya, Arifin melanjutkan bahwa terdapat banyak alasan yang menyebabkan mahasiswa mau tidak mau ditempatkan di wilayah tertentu. Nilai humanis masih menjadi faktor pertimbangan dari pihak panitia untuk memudahkan tiap persoalan yang dihadapi mahasiswa.
Untuk KKN 50 kali ini, jumlah seluruh pendaftar yang awalnya berjumlah sekitar 3.400 orang, menurun menjadi sekitar 3.200 orang. Hal ini akibat beberapa mahasiswa yang mundur dengan alasan finansial dan kesehatan. Banyak mahasiswa menyayangkan penempatan KKN yang jauh dengan biaya transportasi yang besar.
Hal tersebut dilandasi oleh besarnya jumlah pendaftar yang melampaui kuota dari kampus. Pemerataan mahasiswa yang dibagi oleh sistem menyebabkan ketimpangan antara data yang sudah diinput pada laman AIS.
“Kami membagi mahasiswa dalam kelompok KKN dengan memastikan bauran fakultas dan jenis kelamin mahasiswa. Sehingga setiap desa memiliki 12 mahasiswa yang terdiri atas kuota yang telah ditentukan.”
Penyebab utama laman pendaftaran mengalami gangguan adalah banyaknya akses dari mahasiswa sebelum pendaftaran dibuka. Bahkan, sudah ada mahasiswa yang mendaftarkan diri di masa percobaan. Alhasil ketika data diatur ulang, mahasiswa protes karena datanya tidak terdaftar.
Panitia KKN meyakini bahwa mereka sudah maksimal membantu keluhan mahasiswa yang didominasi oleh permintaan untuk mengganti lokasi KKN. Panitia juga secara aktif mendorong mahasiswa untuk segera mengkonfirmasi masalah yang dialami, bahkan mempersilakan mahasiswa untuk langsung datang ke Sekretariat KKN Unmul di LP2M Unmul Lantai 3. (zwg/lap/ali)