
SKETSA - Tali hubungan industrial kusut lagi. Gara-gara kemelut PHK sepihak yang dilakukan PT. Pertamina Patra Niaga dan PT. Elnusa Petrofin terhadap 1095 buruh Awak Mobil Tangki (AMT) dari 10 depot Pertamina pada 13 Oktober lalu. Yang kemudian direspons dengan aksi longmarch kaum buruh dari Bandung menuju Jakarta.
Mereka ingin menemui langsung Presiden Joko Widodo untuk mendesak pembatalan PHK serta perbaikan pengelolaan BUMN yang notabene milik Indonesia. Uniknya, aksi tersebut diikuti massa yang berdandan ala zombie.
Para buruh menuding, sistem BUMN kini carut marut. Korupsi yang merajalela di tubuh BUMN, kebijakan alih daya untuk sejumlah pekerja, hingga teranyar PHK yang dilakukan melalui pesan singkat membuat buruh geram.
Berdasarkan data dari perhitungan Federasi Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia (FBTPI-KPBI), PT. Pertamina Patra Niaga belum membayarkan Rp160 miliar upah buruh. Yang terparah, empat buruh tewas terpanggang saat bekerja dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tanpa pertanggungjawaban setimpal dari pihak korporasi.
Sementara itu, Ilhamsyah, Ketua Umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) menyebut aksi longmarch tersebut merupakan aksi lanjutan dari mogok kerja yang dilakukan pada arus balik Lebaran lalu.
“Peristiwa AMT ini sudah lama tidak ada kemajuan. Berbagai instansi yang kita harapkan bisa menyelesaikan persoalan ini tak kunjung memberikan hasil. Longmarch ini adalah upaya buruh mencari keadilan,” ungkapnya dikutip dari laman buruh.co.
Untuk diketahui, pada 6 Juli lalu, Kementerian Tenaga Kerja sempat berkomitmen untuk menutup vendor-vendor alih daya transportasi BBM di Pertamina karena menyalahi aturan. Namun, hingga kini belum ada langkah konkret mengeksekusi komitmen tersebut. “Longmarch ini juga untuk membuka mata publik. Inilah realita tidak hanya di Pertamina, tapi hampir semua BUMN yang ada,” imbuh Ilham.
Adapun, situasi terkini dari aksi longmarch telah memasuki Bekasi. Namun, ribuan massa buruh dihadang aparat karena tak mengantongi izin. Hal ini lagi-lagi dikecam. “Bisa-bisanya jalan kaki saja mesti izin!” pekik Ade Fachrizal Rizky saat berorasi dalam aksi solidaritas di Samarinda.
Kaum buruh rupanya tak bergerak sendirian. Di sejumlah kota, salah satunya Samarinda, aksi solidaritas pun dilakukan. Aliansi yang menamakan diri Solidaritas Mahasiswa untuk AMT Pertamina Rabu (8/10) malam menggelar aksi di simpang empat Mal Lembuswana. Salah satu elemen internal Unmul yang terlibat adalah UKM Seni Fasotik FISIP.
Darmawansyah, Humas Aksi menyebut aksi ini dilakukan juga di beberapa kota lainnya yakni Makassar, Banten, dan Palu. Berbeda dengan titik pusat aksi yang mengusung konsep zombie, Darmawan dan kawan-kawan bersolidaritas dengan menampilkan seni berupa mural dan menyanyikan lagu-lagu bernuansa gerakan.
“Kita di sini lebih ke seni, karena seni juga bentuk perlawanan. Seharusnya mahasiswa punya kepedulian karena kondisi buruh juga kondisi rakyat Indonesia. Mereka di-PHK, tidak punya penghasilan, tidak bisa makan. Dan di antara mereka juga ada yang orang tua-orang tua mahasiswa. Maka dari itu mahasiswa harus bersolidaritas,” ungkapnya.
Ada enam tuntutan yang disuarakan Solidaritas Mahasiswa untuk AMT Pertamina, yakni hapus sistem kerja outsourcing, batalkan PHK dan angkat AMT jadi karyawan tetap, berlakukan delapan jam kerja, hapus sistem performase, dan terapkan upah lembur. Kemudian, bayar iuran BPJS AMT agar tidak ditolak rumah sakit, bayarkan pesangon dan upah kepada semua pensiunan AMT, CS, dan petugas Krani serta berikan hak cuti tahunan pada seluruh AMT.
Aksi rampung sekitar pukul 08.20 Wita dengan ditutup bait-bait lagu musikalisasi puisi Widji Thukul berjudul Kebenaran Akan Terus Hidup.
“Karena kebenaran akan terus hidup. Sekalipun kau lenyapkan, kebenaran takkan mati.” (aml/wal)