Jalannya Uji Publik Panitia Seleksi, Selangkah Menuju Terbentuknya Satgas PPKS Unmul

Jalannya Uji Publik Panitia Seleksi, Selangkah Menuju Terbentuknya Satgas PPKS Unmul

Sumber Gambar: Sari/Sketsa

SKETSA Senin (4/7), Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Unmul, Afra Tustini Ekawati memberi pengantar pada kegiatan pelaksanaan Uji Publik Calon Panitia Seleksi (Pansel) PPKS Unmul 2022. Encik, selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni juga turut unjuk bicara untuk membuka pelaksanaan kegiatan tersebut.

Sejak pukul 08.30 Wita, kegiatan penyeleksian tersebut dihadiri oleh panelis sebagai penguji, peserta sebanyak dua puluh orang, serta undangan sebagai saksi pengujian calon Pansel PPKS tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan di ruang rapat lantai 3 Rektorat Unmul tersebut dibagi menjadi dua sesi, pagi dan siang hari dengan masing-masing sepuluh orang peserta. 

Sesi pertama diisi dengan tiga panelis di antaranya Ardiningsih, Rosmini, dan Diah Rahayu.

Menduduki kursi pertama sebagai peserta yang diuji, Agustinawati yang merupakan pengajar di Unmul memaparkan strateginya untuk menangani kasus kekerasan seksual di lingkungan universitas. Setelahnya, para panelis mengajukan beberapa pertanyaan sesuai substansinya yang nanti akan menjadi Pansel.

Dengan luwes, Agustina menjawab pertanyaan yang dilemparkan kepada dirinya, termasuk jenis kekerasan seksual yang muncul di lingkup kampus. Hal ini tak dimungkiri sebab dirinya yang turut mengawal penanganan kekerasan seksual di tingkat fakultas.

“Dalam beberapa kasus, salah satunya adalah saat proses bimbingan skripsi. Apapun akan dilakukan oleh calon pelaku dengan melihat beberapa kemungkinan atau peluang. Oleh karena itu, bimbingan skripsi sebaik-baiknya dilakukan di kampus,” tegasnya.

Di kesempatan yang sama, Sketsa mewawancarai Ratih Wirapuspita yang juga merupakan salah satu peserta calon Pansel PPKS Unmul tahun ini. Menurutnya, perekrutan Pansel PPKS harus segera dilakukan guna menjamin semua civitas academica Unmul dapat menjalankan perannya masing-masing secara kondusif dan aman. 

“Kekerasan seksual itu dapat terjadi di sekeliling kita (di Unmul). Kekerasan seksual tidak hanya seperti pencabulan, bahkan kekerasan secara verbal juga termasuk dalam kekerasan seksual yang berefek jangka panjang dan sangat besar terhadap para korban,” lanjutnya.

Uji Publik sesi pertama masih terus berjalan meski mengalami penguluran waktu yang cukup lama karena ada calon panitia seleksi yang terlambat. Sesi pertama kemudian dilanjut oleh Iwan Muhammad Ramadhan yang meskipun sempat mengalami keterlambatan namun, Iwan mampu untuk menjawab pertanyaan dari ketiga panelis.

Sesi pertama terus berlanjut dengan peserta berikutnya yakni Fitriana menyampaikan jawabannya di depan para panelis.

Selama waktu istirahat sepuluh menit, banyak peserta calon panitia pelaksana yang belum berada di ruangan. Sehingga, untuk mempersingkat waktu maka panitia penyelenggara sepakat untuk melewatkan peserta yang tidak hadir. Sesi satu berakhir dan ditutup oleh peserta terakhir, yakni Blego Sedionoto.

Selanjutnya, sesi kedua dimulai sejak pukul 13.30 mundur tiga puluh menit dari waktu yang seharusnya. Di sesi ini, Ardiningsih, Setiyo Utomo, dan Ayunda Ramadhani merupakan panelis yang bertugas. 

Berbeda dengan sesi pertama dimana peserta dipanggil secara berurut, di sesi kedua panelis dan panitia penyelenggara hanya memanggil peserta yang sudah siap dan berada di dalam ruangan. Untuk sesi kedua sendiri calon Pansel nya juga bervariasi karena di sesi pertama hanya staff akademik dan dosen unmul saja yang diuji, sementara di sesi dua ada empat mahasiswa yang diuji.

Dengan peserta termuda merupakan angkatan 2021 dan sedang berada di semester 2 atas nama Nur Annisa Natsir Caroge' dan tiga lainnya Tri Ivan Darmawan mahasiswa Teknik Sipil semester 4, Erika Musdalifah dari FMIPA semester 3 dan Indah Nuriawati Ningsing mahasiswi FKIP semester 9.

Indah Nuriawati Ningsing mahasiswi yang menjadi calon panitia pelaksana dan turut menghadiri uji publik menuturkan bahwa banyak ilmu yang ia dapatkan terutama mengenai tugas dari calon penyeleksi panitia Satgas.

“Semoga nantinya yang terpilih itu adalah memang orang-orang yang memiliki kredibilitas tinggi dan bisa dengan baik menangani korban kekerasan seksual,” ujarnya.

Untuk mencari tahu informasi lebih lanjut mengenai uji publik ini, Sketsa menemui Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Encik Akhmad Syaiffudin. Encik menegaskan bahwa uji publik pada Senin (4/7) lalu merupakan langkah awal penentuan panitia pelaksana. Encik juga menegaskan bahwa para peserta undangan boleh menyampaikan pertanyaan kepada calon panitia pelaksana melalui panelis yang ada dan uji publik ini masih akan berlangsung selama satu minggu ke depan.

"Uji publik sebenarnya boleh diberi masukan oleh khalayak, jadi tidak terbatas pada yang hadir saja karena ini masih berlangsung satu minggu," terangnya saat diwawancarai Sketsa Selasa (5/7).

Ia turut memberi keterangan ihwal absennya beberapa peserta uji publik Senin lalu. Dirinya mengaku, terdapat dua puluh dari total empat puluh nama, yang telah melalui berbagai seleksi.

Prosesnya dimulai dari pelatihan, memberikan modul, bimbingan, dan melakukan tes secara mandiri. Mengenai banyaknya calon anggota Pansel yang tidak hadir, dirinya tak memberikan banyak komentar. "Saya belum terima suratnya sehingga masih belum bisa dipastikan benar,” tuturnya.

Ke depan, Unmul merencanakan akan melakukan upaya secara konkret melalui media-media sosial dan juga akan bekerja sama dengan Humas Unmul untuk sosialisasi implementasi PPKS di kampus. Begitu pula kepada calon rektor baru yang akan ditetapkan.

“Nantinya, semua calon rektor akan dititipkan implementasinya. Jadi, siapapun rektor yang terpilih tetap bekerja sesuai aturan, salah satunya adalah mengenai implementasi PPKS yang merupakan aturan menteri,” terangnya.

Saat ini, pemilihan calon panitia pelaksana masih terus berlangsung. Kepada Sketsa Encik berharap saat SK sudah terbit dan panselnya berjalan, maka pansel dapat melakukan aktivitas dan melakukan seleksi untuk Satgas. 

“Satgas ini nanti menjalankan program-program yang implementasinya harus didukung oleh semua pihak,” tutupnya. (ahn/fsf/fzn/nkh)