Di Balik Penebangan Pohon di Fahutan

Di Balik Penebangan Pohon di Fahutan

SKETSA – Di Bumi Etam, Unmul telah lama dikenal sebagai kampus yang merawat pohon-pohonnya. Atas dasar itu Unmul pun dikenal dengan julukan Kampus Hijau. Pohon-pohon rindang berdiri tinggi di sisi kiri kanan jalannya.

Namun, baru-baru ini fakultas yang memiliki konsen dengan alam yakni Fakultas Kehutanan (Fahutan) menebang salah satu pohon besarnya. Yang berdiri gagah di dekat simpang tiga jalan menuju FMIPA. Ditemui Selasa (3/10), Dekan Fahutan Rudianto Amirta mengatakan pihaknya tidak pernah membiarkan pohon dan tanaman ditebang, kecuali ada hal yang merugikan dan memerlukan tindak cepat.

“Pohon itu ditebang untuk memenuhi rekomendasi dari PLN karena berkali-kali pohon itu daunnya menyebabkan terbakar dan meledaknya trafo,” katanya.  

Rudianto mengatakan pohon itu termasuk pohon keras yang apabila rubuh akan membuat trafo dan gardu rusak berat. Ditebangnya pohon ini demi keamanan dan kenyamanan, jika pohon tetap ada kedua belah pihak dalam hal ini PLN dan Fahutan akan dibuat rugi.  

Selama dua tahun terakhir realisasi penebangan pohon ini selalu ditunda, akhirnya setelah berkali-kali trafo meledak pada September kemarin penebangan pun dilakukan. Tak cuma ditebang lalu ditingalkan begitu saja, tapi kayu dari pohon itu digunakan sebagai bahan penelitian dan dibentuk pula menjadi kursi di selasar fakultas untuk dipakai mahasiswa.  

“Kami tetap menyimpan nilai sejarahnya serta mempertahankannya dan akan ditanami kembali agar ada fungsi serapan karbonnya,” ungkapnya.

Sementara Muhammad Arsyad sebagai Ketua dari LEM SYLVA melihat penebangan pohon ini sebagai hal yang wajar. “Karena posisi pohonnya dekat dengan jalan dan menganggu aliran listrik mau tidak mau ditebang, selama demi kebaikan kenapa tidak?” ucapnya. (omi/ubg/wal)