Berbagai Kendala pada MSIB Gelombang Pertama, Animo Mahasiswa Tak Menurun

Berbagai Kendala pada MSIB Gelombang Pertama, Animo Mahasiswa Tak Menurun

Sumber Gambar: Liputan 6

SKETSA - Februari 2022 menjadi awal dimulainya program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) gelombang kedua. Sebelumnya, program besutan Kemendikbudristek tersebut menuai berbagai kendala pada gelombang pertama. Seperti halnya keterlambatan uang saku, sulitnya konversi sistem satuan kredit (SKS) hingga kesalahan sistem.

Ketika dihubungi awak Sketsa pada Senin (6/2), Masayu Widiastuti selaku PIC Program MSIB Unmul, mengaku kendala pada MSIB dialami mahasiswa, PIC, mitra, maupun dosen. Hal ini lantaran perlu penyesuaian terhadap mekanisme yang baru diterapkan.

Proses registrasi program yang dilakukan melalui sistem, butuh ketelitian dalam penginputan data. Diketahui data PIC, dosen, juga mahasiswa terhubung dengan data yang ada di PDDikti, sehingga data tak sinkron, sistem enggan memproses.

"Bantuan uang saku misalnya, harus menggunakan bank yang sudah ditunjuk. Ternyata mahasiswa menginput rekening bank yang tidak sesuai, ada kesalahan no rekening, penulisan nama yang berbeda dengan data base di PDDikti, sehingga perlu waktu perbaikan data untuk ajuan SK (Surat Keputusan) dan pendanaan, untuk itu diharapkan dalam menginput data harus teliti dan benar."

Kendati aral melintang, hal itu tak 'bikin kapok' animo mahasiswa Unmul dalam program MSIB. Bahkan menurut Masayu, terdapat peningkatan pendaftar baik untuk magang maupun studi independen pada gelombang dua. Angka itu menyentuk 350, sementara sebelumnya hanya mencapai 280 mahasiswa. 

Jumlah peserta yang lolos pun turut alami peningkatan. Peserta yang lolos program MSIB gelombang pertama berjumlah 59 mahasiswa, terdiri 39 peserta magang dan 20 peserta Studi Independen. Pada gelombang kedua, sebanyak 102 mahasiswa Unmul dinyatakan lolos, terdiri dari 52 peserta magang dan 50 peserta Studi Independen.

Masayu menilai peningkatan ini telah menunjukkan mahasiswa telah memahami manfaat dari program dalam rangka mengembangkan kompetensi diri di dunia industri dan dunia kerja. Selain itu, peluang untuk melamar di beberapa posisi dan beberapa mitra juga dianggap menjadi daya tarik tersendiri oleh mahasiswa.

Belajar dari berbagai kendala sebelumnya, ia mengaku pada program MSIB gelombang dua ini tak disesaki keluhan mahasiswa. Sebelum mendaftar mahasiswa harus berkonsultasi terlebih dahulu di tingkat program studi atau fakultas sehingga diperoleh rekomendasi untuk mendukung mahasiswa dalam proses konversi dan diterbitkan SKPI nantinya."

Iming-iming MSIB dalam pandangan mahasiswa

Ainun Ridlo, mahasiswa Fahutan 2018, merupakan salah satu peserta MSIB gelombang dua. Dihubungi Sketsa pada Sabtu (5/2) lalu, Ainun mengaku tidak ada kendala yang berarti selama masa pendaftaran program ini, termasuk dalam mengurus surat rekomendasi dari kampus serta Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari rektorat.

Namun, ia mengeluhkan kurangnya koordinasi dari pihak mitra dalam memberikan informasi melalui surel. Menurutnya, informasi lanjutan setelah pengumuman penerimaan magang berselang cukup lama.

“Bahkan saya sendiri harus menghubungi pihak mitra, baru tahu ternyata langkah selanjutnya seperti ini,” keluhnya melalui pesan WhatsApp.

Sebagai mahasiswa semester akhir, Ridlo mengaku program MSIB yang diikutinya sebahai wadahnya mencari pengalaman, uang saku, sekaligus kesempatan direkrut oleh perusahaan.

"Harapannya mitra-mitra yang bergabung dalam program MSIB itu bisa lebih mempersiapkan diri baik dari bagaimana sistem rekrut mereka, apa yang akan diberikan kepada peserta. Jadi enggak ada ketimpangan informasi atau apapun. Jadi benar-benar udah siap banget," tutupnya.

Sebagaimana Ridlo, Suci Ashari mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019, juga tertarik dengan berbagai benefit yang ditawarkan. Menurutnya, program MSIB ini dirancang untuk mencari pengalaman kerja di bidang industri yang diinginkan, bahkan lebih spesifik sesuai jurusan yang ditempuh. Namun, tetap saja, Suci menyayangkan kurangnya dukungan serta sosialisasi dari Prodi maupun fakultas terkait program ini.

"Jadi, pendalaman dari materi-materi yang telah diberikan di kelas itu bisa diaplikasi di magang  ini. Sehingga, lebih aplikatif untuk program MSIB ini. Selain itu juga, program MSIB ini mendapat uang saku perbulan sih yang aku tahu infonya," ungkapnya pada Sabtu (5/2) melalui pesan WhatsApp.

"Masih kita sendiri yang cari tahu, kita yang mengurus, dan kita sendiri yang harus berjuang untuk mengonversikan. Padahal kita pengin banget ikut program ini, cuma kadang ada beberapa hanya bisa dikonversikan ke SKS yang sedikit bahkan ada yang tidak bisa dikonversikan,” kuncinya. (kya/mel/khn)