Asian Law Students’ Association FH Unmul: Dari Observer hingga Local Chapter Pertama di Kalimantan
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
SKETSA – Seminar dan Musyawarah Nasional XXX ALSA di Universitas Indonesia pada tanggal 9 hingga 12 Maret 2023 lalu resmi menetapkan ALSA Unmul telah merampungkan masa observership-nya selama dua tahun terhitung sejak Maret 2021. Dengan ini, Unmul secara sah ditetapkan sebagai local chapter ALSA Indonesia yang ke-15. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh empat belas local chapter lainnya sebagai representasi dari beberapa universitas terkemuka di Indonesia.
ALSA sendiri merupakan singkatan dari Asian Law Students’ Association. ALSA adalah sebuah organisasi hukum yang menaungi mahasiswa-mahasiswa hukum di Asia. Guna mendapatkan keterangan lebih lanjut, awak Sketsa kemudian melawat ke Fakultas Hukum di jalan Sambaliung pada Kamis (30/3) untuk berbincang dengan Ketua ALSA FH Unmul, Muhammad Adjrin dan pembina ALSA yakni Dewi Atriani.
“Visi dari ALSA sendiri kan to connecting law students among Asian, mengekspansi dari perhimpunan mahasiswa hukum se-Asia. Makanya ALSA juga mempunyai forum di Thailand, Singapura, dan negara-negara Asia lainnya,” jelas Adjrin.
Adjrin menjabarkan empat pilar dari ALSA yaitu berpola pikir global (Internationally Minded), bertanggung jawab secara sosial (Socially Responsible), berkomitmen secara akademik (Academically Committed), serta kecakapan dalam ilmu hukum (Legally Skilled). Empat pilar inilah yang menjadi pondasi capaian-capaian ALSA.
“Kita (juga) punya aturan untuk non-profit terhadap politik atau terbebas dari interpretasi politik dan interest dari pihak eksternal. Karena kita berdiri independen untuk jalanin empat pilar itu,” imbuhnya.
Perjalanan ALSA juga tak bisa dibilang mudah, Adjrin sebut, butuh waktu setidaknya tiga tahun dari awal mendaftar hingga akhirnya terbentuk. Hal tersebut terhitung sejak masa kepengurusan pertama sampai masa kepengurusan yang saat ini ia pimpin. Untuk menjadi local chapter, ia mengakui adanya sistem yang sangat kompetitif dan rumit, dimulai dari tahapan observer atau pelatihan selama dua tahun.
“Sebelum kita masuk ke observer itu ada seleksi awalnya dan bersaing dengan universitas lain untuk mendapatkan tiket di ALSA Indonesia. Kita ada persaingan dari Universitas Sumatera Utara, Universitas di Makassar, mungkin ada empat saat itu yang mendaftar sebagai bagian dari ALSA di 2020,” terang Adjrin.
Setelah proses seleksi berkas yang ketat, akhirnya Unmul pada 21 Maret 2021 di Palembang, ditetapkan lolos sebagai observer bersama dengan Universitas Bengkulu. Setelah itu, proses sebagai observer dijalankan hingga dua tahun terhitung sejak 2021 agar dapat dipantau dan bisa menyesuaikan eksistensi local chapter ALSA di seluruh Indonesia.
Menyoal keuntungan yang didapat dengan bergabung menjadi bagian ALSA, Adjrin mengungkapkan bahwa ALSA merupakan badan hukum yang terdaftar, sehingga dianggap punya suara untuk berargumen di tingkat internasional. Selain itu, adanya karier yang terkoneksi dari perhimpunan mahasiswa hukum ini juga membuka peluang magang di perusahaan-perusahaan ternama.
Sebagai local chapter pertama dan atensi dari forum hukum Asia pertama di Kalimantan, Adjrin berkomitmen dan mempunyai keinginan untuk tak berpuas diri. Pasalnya, ia bertekad untuk dapat mengharumkan nama Kalimantan Timur di tingkat nasional maupun internasional.
“Ke depannya, aku memang berkomitmen sebagai director mengambil acara internasional dari ALSA Indonesia. Menjadi tuan rumah di Kalimantan Timur untuk acara nasional maupun internasional,” pungkas Adjrin.
Sama halnya dengan pembina ALSA, Dewi Atriani mengaku berbangga dengan pencapaian ALSA kali ini. Terlebih, sebelum dirinya bergabung, mahasiswa ALSA harus bersusah payah berjuang secara mandiri tanpa arahan seorang pembina.
“Itu tidak mudah karena mengurus (segala hal) sendiri, apa-apa sendiri tanpa pembina, (yang notabenenya) tempat untuk bertanya, tempat untuk konsultasi. Jadi mereka mengusahakan, bekerja keras dari awal, jadi ketika sekarang mereka berhasil mendapatkan yang mereka inginkan, menjadi local chapter pertama di Kalimantan, itu sebagai pembina saya bangga dengan mereka,” tuturnya.
Sebelumnya, Nur Arifudin, Wakil Dekan bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni FH Unmul mengamanahkan Dewi untuk menjadi pembina ALSA. Berangkat dari hal ini, Adjrin kemudian bergegas menemui Dewi dan memintanya untuk menjadi pembina. Tak berpikir panjang, Dewi pun dengan senang hati menerima permintaan tersebut. Sebab menurutnya, ALSA yang telah mengantongi potensi ini penting untuk difasilitasi dan diberi dukungan lebih lanjut.
Meski semasa kuliah dirinya tak terlibat secara langsung di ALSA, masa-masa menempuh pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Gadjah Mada cukup membuat Dewi paham ruang lingkup kerja organisasi tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi bekalnya untuk memberikan arahan selama membina ALSA di Unmul.
“Ketika mereka meminta kesediaan saya untuk jadi pembina, pertama kali yang saya pesankan adalah komunikasi. Karena sekarang kalian tidak berjalan sendiri. Kalian punya sumber daya yang baik. Kalian punya dukungan dari fakultas, dari dosen. (Silakan) dimanfaatkan. Jangan bergerak sendiri.”
Lebih lanjut, Dewi berpesan agar setelah ini para anggota ALSA tidak hanya diam dan berpuas diri. Harapnya, capaian ALSA di Unmul sebagai local chapter pertama di Kalimantan dapat memantik semangat rekan-rekan mahasiswa lain untuk mau belajar bersama meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
“(Harapannya) agar ALSA menjadi motivasi untuk organisasi-organisasi lain. Target itu bisa terus dikejar. Untuk mahasiswa yang belum berorganisasi pun jangan berhenti. Bisa ikut organisasi. Bisa meningkatkan dengan lomba atau kreativitas. Jadi jangan membatasi diri. Karena masa muda, masa kuliah itu, tidak bisa diulang kembali,” pesannya singkat. (ord/myy/snr/lav/ems)