Andil Mahasiswa Menuju Prodi Terakreditasi A

Andil Mahasiswa Menuju Prodi Terakreditasi A

SKETSA – Mendekati momen perayaan usia yang tak lagi muda, datang kabar menggembirakan dan menjadi hadiah manis bagi Unmul di tahun ini.  Selasa (13/6) lalu, bertepatan dengan bulan suci Ramadan, Unmul resmi menyandang predikat universitas terakreditasi A. Tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi seluruh sivitas akademika, sebab Unmul menjadi universitas  kedua di Indonesia bagian timur setelah Universitas Hasanuddin yang memperoleh akreditasi tertinggi.

Namun di tengah kabar baik ini, pro dan kontra justru hadir di internal Unmul. Tak sedikit yang mempertanyakan kelayakan akreditasi A. Sebab secara umum, masih banyak program studi (Prodi) yang berstatus akreditasi B. Unmul pun menargetkan keseluruhan Prodi menjadi akreditasi A pada 2018.

Untuk mencapai target tersebut, ramai-ramai Prodi melakukan program peningkatan akreditasi, yang di dalamnya melibatkan mahasiswa. Salah satunya Prodi Manajemen, di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Prodi yang kini masih berakreditasi B itu melibatkan Aditya Ferry Noor, Ketua BEM FEB 2017.

“Saya sebenarnya terpilih karena kebetulan ketua prodi itu dosen pembimbing skripsi,” katanya kepada Sketsa, Minggu (24/12).

Ferry juga menyebutkan bahwa sebenarnya dalam tim akreditasi terdiri dari banyak anggota. Hampir semua dosen di Prodi terlibat, namun untuk mahasiswa sendiri hanya ada tiga orang termasuk dirinya.

Menurutnya, menyusun akreditasi Prodi tidaklah mudah. Banyak proses dan data-data yang harus dilengkapi, serta indikator penilaian yang harus dipenuhi.

“Biasanya peran Prodi untuk mendongkrak akreditasi A itu contohnya dengan meningkatkan kinerja dosen, publikasi jurnal ilmiah berstandar, serta penelitian dan pengabdian dan lain-lain,” paparnya.

Program ini sudah berjalan sekitar tiga bulan lalu. Sedang Ferry baru mulai bergabung sejak awal Desember karena baru saja purna dari amanahnya di BEM FEB. Soal tugas, Ferry mendapat bagian dalam penginputan data, namun juga bisa turun pada tugas lainnya.

“Saya menginput data, kadang kalau ada program pengabdian masyarakat saya juga turun ke lapangan,” ujar mahasiswa angkatan 2013 ini.

Sejauh ini, perkembangan menuju peningkatan akreditasi sudah mulai merambah pada banyaknya data yang dirapikan dan ke depannya akan dilakukan program-program penunjang akreditasi. Adapun, target penyelesaiannya hingga akhir semester depan.

“Alasannya saya terlibat, karena ini termasuk bagian kontribusi kita untuk Unmul, kalau masalah dibayar atau enggak bukan itu tujuannya,” ungkapnya.

Tidak hanya di FEB, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) rupanya tengah disibukkan hal serupa. Prodi Pembangunan Sosial juga kini tengah melakukan program menuju peningkatan akreditasi.

Berbeda dengan Ferry yang diminta secara langsung untuk bergabung ke dalam tim akreditasi, Muhammad Faridzul Rifqi justru dihubungi melalui pesan Facebook. Mahasiswa angkatan 2015 itu diminta menghadap ke Prodi dan diminta menjadi anggota tim tersebut.

"Karena himpunan saya HIMAPSOS (Himpunan Mahasiswa Pembangunan Sosial) juga berharap bisa bergabung dalam  akreditasi makanya saya terima tawaran itu,” jelas Rifqi.

Bersama tiga mahasiswa lainnya, Rifqi bertugas melengkapi lampiran dan membuat laporan dari setiap kegiatan tiga tahun belakangan. Seperti kegiatan mahasiswa, kuliah kunjungan, dan kuliah umum.

Proses pengerjaan pun dilakukan terhitung sejak (3/8) lalu, dan telah rampung sejak bulan November saat ada tim yang datang untuk mengecek berkasnya. Diperkirakan sekitar bulan Maret, jika seluruh standar sudah di upload dan dikirimkan, barulah diterima jawaban kapan kiranya tim pemeriksa akan datang.

“Untuk sekarang sudah tidak lagi (mengerjakan). Paling dihubungi misalnya ada berkas yang kurang atau ada yang hilang. Tapi kalau ada revisi, ya kami dipanggil kembali untuk mengerjakan itu,” imbuhnya.

Rifqi mengatakan bahwa dirinya sukarela dalam membantu kegiatan ini. Namun yang jelas selama prosesnya, perkara amunisi nutrisi dan vitamin dijamin selama pengerjaan.

“Kalau untuk imbalan saya tidak tahu dan tidak mengharapkan karena ini juga dalam bentuk proses pembelajaran, bagaimana kinerja bintang akreditasi di Prodi,” jelasnya.

Berikutnya, selama proses pengerjaan berkas, dikatakan Rifqi memiliki banyak kendala.

“Kegiatan Prodi masih sangat minim dalam hal peningkatan mutu dan lifeskill dari mahasiswanya. Dan, belum adanya laboraturium bagi mahasiswa Pembangunan Sosial juga menjadi faktor dalam arah praktiknya selain dari KKN,” tukasnya. (wil/adl/aml)