Yuk, Kenali Fast Fashion dan Slow Fashion!
Industri fashion Indonesia selalu melakukan pengembangan di setiap tahunnya.
Sumber Gambar : Istimewa
SKETSA – Industri fashion Indonesia selalu melakukan pengembangan di setiap tahunnya. Pernahkah kalian berpikir bagaimana proses pembuatan pakaian yang kalian pakai pada hari ini? Dari mana asal pakaian tersebut dan siapa sih yang membuat pakaian tersebut?
Pakaian yang kita gunakan saat ini tentu melewati proses yang begitu panjang dan dapat dikatakan menyedihkan. Para pekerja berjuang keras demi menghasilkan satu pakaian yang bagus dengan upah tak seberapa, ditambah lagi pencemaran terhadap lingkungan pun menjadi taruhannya. Kali ini, Sketsa akan berbagi informasi menarik terkait Fast Fashion dan Slow Fashion.
Fast Fashion sendiri merupakan sebuah konsep yang digunakan oleh industri tekstil. Mereka menghadirkan pakaian ready-to-wear dengan konsep pergantian mode yang cepat dalam waktu tertentu yang singkat dan terkadang tidak memperhatikan kualitas dari produk. Praktik produksi Fast Fashion ini dibanderol dengan harga terjangkau dan berkiblat pada mode fashion terbaru yang ditampilkan di acara-acara peragaan busana. Mayoritas toko-toko retail pakaian yang kita temukan di beberapa mall dan pusat perbelanjaan jatuh ke dalam kategori Fast Fashion.
Sedangkan Slow Fashion merupakan antitesis dari konsep Fast Fashion. Slow Fashion sendiri dapat disebut dengan sustainable fashion yang artinya mode yang berkelanjutan. Berbeda dengan Fast Fashion yang mengikuti tren dan terkadang tidak memikirkan kualitas dari produk, Slow Fashion sendiri adalah gerakan untuk mendukung pembuatan dan terciptanya suatu produk fashion berdasarkan kualitas serta daya tahannya dengan memperhatikan unsur etis dan lingkungan bukan hanya berdasar pada tren yang berkembang di masyarakat.
Berdasarkan data yang dilansir dari Boston Consulting Group, pada tahun 2015 industri mode menghabiskan 7,9 miliar meter kubik air, melepaskan 1,715 juta ton CO2, dan memproduksi 92 ton sampah. Mengingat Fast Fashion menargetkan produksi pakaian dalam jumlah besar, tentu saja dapat menciptakan angka polusi yang lebih besar.
Terlebih lagi, industri Fast Fashion menggunakan bahan baku polyster yang ketika dicuci dapat menimbulkan polusi sampah plastik. Beberapa fashion juga menggunakan bahan baku hewan seperti kulit ular, macan dan sebagainya sehingga dapat merusak ekosistem.
Bagaimana dengan Slow Fashion? Konsep ini diciptakan dengan panduan utama yang ramah lingkungan dengan material alami serta dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Slow Fashion juga memilih bahan-bahan yang minimal zat kimia, pewarna tekstil alami dan mengurangi penggunaan bahan sulit terurai.
Fast Fashion memprioritaskan kuantitas daripada kualitas, sehingga terpaku pada pemenuhan target pasar tanpa mempertimbangkan kualitas bahan baku. Adapun pemilihan bahan baku kualitas rendah dapat menghasilkan pakaian dengan kualitas yang rendah pula.
Slow Fashion justru menggunakan bahan baku dengan kualitas premium yang dapat lebih tahan lama. Contoh pengaplikasian produk ini yaitu penggunaan bahan katun organik dengan kualitas tinggi sehingga usia pakaian pun lebih lama. Proses desain dan pembuatan pun jauh lebih baik karena tidak terburu-buru dalam proses manufakturnya.
Nah, Fast Fashion membuat kita menjadi lebih konsumtif. Menurut data dari American Apparel and Footwear Association tahun 2013, rata-rata penduduk Amerika Serikat membeli 64 potong garmen per tahun. Fashion designer juga diminta perusahaan retail untuk menciptakan penampilan baru setiap minggu. Ini memiliki tujuan agar konsumen merasa ketinggalan tren dan akan membeli model yang lebih baru lagi.
Sementara itu, Slow Fashion menekankan pakaian yang berkelanjutan dan mengharapkan konsumen dapat memakai pakaian tersebut dengan jangka waktu yang lama. Hal tersebut juga ditinjau dari kualitas pakaian yang bagus.
Implementasi dari Slow Fashion menjadikan kita sebagai masyarakat yang minimalis. Artinya, kita dapat membiasakan gaya hidup yang tidak konsumtif juga aware dengan isu sosial dan lingkungan yang terjadi di sekitar kita.
Meningkatnya kesadaran manusia akan dampak buruk industri Fast Fashion, perlahan tapi pasti akan membawa dampak yang cukup positif terhadap perubahan gaya hidup masyarakat modern agar beralih ke produk yang ramah lingkungan.(rkn/fzn)