Lifestyle

Waspada Ancaman Pandemi Baru dari Virus Nipah

Virus Nipah disebut-sebut sebagai ancaman pandemi baru di Asia

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : CNN Indonesia

SKETSA – Pandemi Covid-19 belum berakhir, kini Virus Nipah disebut-sebut sebagai ancaman pandemi baru di Asia dengan tingkat kematian mencapai 75 persen. World Health Organization (WHO) memasukkan Virus Nipah ke dalam 10 besar daftar patogen dalam pantauan karena berpotensi memicu kedaruratan. Mereka fokus pada patogen yang paling mengancam kesehatan manusia, berpotensi menjadi pandemi dan belum ada vaksinnya. Lantas, seperti apakah Virus Nipah itu?

Dilansir dari laman resmi WHO, Virus Nipah adalah virus zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia) dan dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia. Nama virus tersebut diambil dari nama sebuah kampung di Malaysia, Sungai Nipah, Ipoh, negara bagian Perak.

Tercatat, di sanalah kasus pertama virus Nipah ditemukan pada tahun 1998 pada kalangan peternak babi di Malaysia. Penginfeksian tersebut disebabkan oleh kontak langsung dengan babi yang sakit atau jaringannya yang terkontaminasi. Virus Nipah yang semula hanya menginfeksi kampung Sungai Nipah justru menyebar hingga ke negara bagian lain di Malaysia dan Singapura yang secara geografis berdekatan.

Dikutip dari detik.com, gejala virus Nipah pada umumnya muncul dalam 4 hingga 14 hari setelah terinfeksi. Adapun gejala awal virus ini yakni demam dan sakit kepala yang dapat berlangsung selama 3 hingga 14 hari. Dalam beberapa kasus, gejala Virus Nipah dapat memburuk hingga pasien mengalami koma dalam rentang waktu sekitar 24 hingga 48 jam.

Gejala ringan yang terjadi berupa demam, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas dan muntah. Sedangkan gejala tingkat lanjut meliputi disorientasi, kejang, koma, pembengkakan otak (ensefalitis) hingga kematian.

Seseorang bisa tertular Virus Nipah melalui cairan seperti urin, darah dan air liur hewan yang terinfeksi virus tersebut. Virus dapat ditularkan dari makanan yang terkontaminasi oleh cairan hewan yang terinfeksi, seperti kurma atau buah-buahan yang terkena air liur atau air seni kelelawar pembawa Virus Nipah.

Selain itu, penularan virus dari manusia ke manusia telah dilaporkan di antara keluarga dan perawat pasien yang terinfeksi. Di Siliguri, India pada tahun 2001, penularan virus dilaporkan dalam pengaturan layanan kesehatan, di mana 75 persen kasus terjadi di antara staf rumah sakit atau pengunjung. Dari 2001 hingga 2008, sekitar setengah dari kasus yang dilaporkan di Bangladesh disebabkan oleh penularan dari manusia ke manusia melalui pemberian perawatan kepada pasien yang terinfeksi.

Sayangnya, hingga kini masih belum ada obat resmi yang spesifik atau vaksin yang ditujukan kepada pengidap Virus Nipah. Selama ini, perawatan pada pasien hanya meredakan gejala yang muncul saja.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut jika saat ini perawatan imunoterapi tengah dikembangkan dan dievaluasi untuk pengobatan pasien Virus Nipah. Obat ribavirin juga digunakan untuk mengobati sejumlah kecil pasien pada awal Virus Nipah menyebar di Malaysia, tetapi efektivitas obat tersebut belum jelas.

Tak berbeda dengan cara mencegah penularan Covid-19, CDC pun menyarankan masyarakat untuk rutin mencuci tangan dengan sabun dan air. Ada beberapa cara pencegahan spesifik yang perlu dilakukan seperti menghindari kontak dengan kelelawar atau babi yang sedang sakit, menghindari area tempat kelelawar biasa bertengger, hindari mengonsumsi kurma mentah, menghindari mengonsumsi buah-buahan yang mungkin terkontaminasi oleh kelelawar dan menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh siapa pun yang diketahui terinfeksi NiV (Virus Nipah).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia meminta seluruh pihak untuk tetap waspada terhadap potensi ancaman Virus Nipah yang menjadi kekhawatiran para ahli kesehatan dunia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Didik Budijanto mewanti-wanti agar seluruh pihak mawas soal asal mula penyebaran Virus Nipah melalui perdagangan hewan ternak.

Di tengah pandemi Covid-19 yang masih menunjukkan peningkatan kasus, ia meminta seluruh pihak tetap bersatu bersama untuk menghalau potensi terjadinya epidemi hingga pandemi baru di Indonesia. (ems/len)



Kolom Komentar

Share this article