Lifestyle

Jaga Kesehatan, Kenali Gejala Night Eating Syndrome

sindrom makan malam atau Night Eating Syndrome

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Istimewa

SKETSA – Hidup sebagai mahasiswa cukup menguras waktu dan tenaga setiap harinya. Terkadang kita lupa akan gaya hidup sehat, seperti kebiasaan makan yang teratur. Penyebabnya tentu karena kesibukan akademik dan non akademik. Hati-hati, karena hal ini dapat memicu gangguan makan. Salah satunya yaitu sindrom makan malam atau Night Eating Syndrome (NES).

Eating disorder atau biasa dikenal dengan perilaku makan menyimpang, dapat diartikan sebagai gangguan terus menerus terkait perilaku makan seseorang yang dapat menganggu kesehatan fisik atau fungsi psikososial. Ini tak termasuk sebagai gangguan medis atau gangguan jiwa.

Pada umumnya, seseorang yang mengalami eating disorder cenderung mengalami masalah makan berupa kebanyakan makan atau kegemukan. Beberapa orang mengalami masalah lain berupa diet ekstra, sehingga membatasi jumlah makan. Terdapat berbagai macam eating disorder selain NES, di antaranya ialah Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Syndrome dan Eating Disorder Not Otherwise Specified.

Lantas, apakah kalian cenderung memilih makan pada waktu yang tidak semestinya? Maka, kamu patut mewaspadai gejala NES. NES adalah suatu gangguan makan yang ditandai dengan tertundanya ritme sirkadian (irama tubuh) yang mengatur jam makan. NES sendiri berbeda dengan binge eating disorder atau BED. Mereka memiliki kriteria yang berbeda, meskipun para penderita NES sering kali merupakan binge eater (makan tidak terkendali).

Perbedaan NES dan BED terletak pada jumlah makanan yang dikonsumsi malam hari. Para penderita NES biasanya merasa tidak memiliki kontrol atas pola makan mereka, bukan atas jumlah makan atau asupan mereka yang berlebihan.

Gejala yang timbul pada penderita NES misalnya seperti baru teringat untuk makan pada malam hari. Mereka cenderung tidak lapar saat di awal hari. Lainnya ialah menunda jam makan pertama mereka sampai berjam-jam. Setelah menunda, penderita dapat makan lebih dari seperempat makanan yang mereka makan setiap harinya.

Penderita NES biasanya juga memiliki masalah tidur, seperti kesulitan untuk tertidur atau untuk melanjutkan tidur. Pola makan ini tidak dapat dijelaskan dengan perubahan dari jadwal tidur atau rutinitas sosial seseorang. Orang yang memiliki masalah ini biasanya merasa kecewa atas sindrom yang dialami. Penderitas NES lebih mungkin mengalami obesitas dan depresi.

Hal yang membedakan dengan BED yakni pada penderita episode binge eating saat malam hari. Di mana penderita BED tidak mengalami episode malam yang dijelaskan sebelumnya. Namun, jika mereka mengalaminya mereka akan makan dalam jumlah besar dalam sekaligus. Sedangkan penderita NES cenderung makan dalam porsi kecil beberapa kali saat malam hari.

Sekarang, mari kita kenali gejala yang sering terjadi. Di antaranya tidak nafsu sarapan pagi, makan banyak di malam hari, tidur larut malam (insomnia), makan di antara waktu tidur dan pengulangan seluruh kriteria di atas dalam kurun waktu minimal 3 bulan. Jika mengalami tanda atau gejala, konsultasi bersama dokter sangat disarankan. Mengingat bahwa tubuh manusia tidak sama seperti robot, setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda.

Banyak faktor yang mempengaruhi NES. Pertama adalah usia, di mana NES banyak terjadi pada usia dewasa muda. Kedua terdapat pada jenis kelamin. Pada salah satu penelitian, seorang pria lebih cenderung mengalami NES daripada wanita. Ketiga, status gizi. Seseorang yang obesitas cenderung mengalami NES. Adapun faktor lain yang dapat memicu NES adalah kondisi emosional, rasa percaya diri, beban kerja, asupan energi dan zat gizi.

Dampak yang ditimbulkan NES antara lain kegemukan (overweight hingga obesitas) hingga diabetes mellitus tipe 2. Ditemukan, 6,7 persen orang-orang gemuk menderita obesitas, sedangkan orang yang berbobot normal hanya 0,95 persen.

Maka, penting untuk menjaga Indeks Massa Tubuh (IMT) yang ideal dengan cara mengontrol asupan gizi yang masuk ke tubuh kita. Makan dengan teratur dan tidak berlebihan, kurangi kecemasan dan lakukan manajemen stres karena hal-hal tersebut dapat memicu Night Eating Syndrome. (rkn/rst)



Kolom Komentar

Share this article