Lifestyle

Apa Kabar Tulang Kita Hari Ini?

20 OKTOBER diperingati sebagai hari osteoporosis dunia. Peringatan ini dibuat oleh The National Osteoporosis Society di Inggris pada 1996.

20 OKTOBER diperingati sebagai hari osteoporosis dunia. Peringatan ini dibuat oleh The National Osteoporosis Society di Inggris pada 1996. Tujuannya agar setiap tahun masyarakat diingatkan mengenai bahaya osteoporosis dan pentingnya menjaga kesehatan tulang.

Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Sehingga tulang menjadi keropos dan mudah retak. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang muncul akibat dari penurunan fungsi sel yang tadinya normal menjadi lebih buruk. Biasanya berhubungan dengan proses penuaan dan gaya hidup. Meskipun berhubungan dengan usia lanjut, tidak menutup kemungkinan osteoporosis terjadi pada usia muda.

Osteoporosis tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Di kutip dari data World Health Organization (WHO), penderita osteoporosis dunia mencapai sekitar 200 juta jiwa. Diprediksi pada 2050, angka kejadian osteoporosis akan meningkat 2 kali lipat pada wanita dan 3 kali lipat pada pria. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari International Osteoporosis Foundation (IOF), risiko terjadinya osteoporosis pada wanita 4 kali lebih besar dibandingkan pria. Dari 4 wanita, 1 diantaranya mengalami osteoporosis di usia 50-80 tahun. Biasanya, gejala muncul pada usia sekitar 50 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan osteoporosis ini terjadi di bawah usia 50 tahun. Kasusnya akan terus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia seseorang.

Tulang memiliki fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Seperti yang sudah pernah kita pelajari pada masa sekolah dulu, fungsi tulang selain sebagai penyangga dan penentu bentuk tubuh, juga sebagai tempat melekatnya otot dan pelindung dari organ-organ penting, seperti paru, jantung, ginjal, sistem saraf, dan lain-lain.

Jika kita raba dari luar tubuh, tulang terasa keras bukan? Tulang tidak hanya mengandung kolagen dan mineral. Di dalam tulang juga terdapat dua unsur penting, yaitu osteoblast dan osteoclast. Osteoblast merupakan sel pembangun yang bertugas menghasilkan sel-sel tulang dan osteoclast merupakan sel pembongkar yang betugas mengancurkan dan memperbaiki susunan sel-sel tulang. Jika kedua unsur tersebut bekerja secara seimbang, antara pembentukan dan penghancuran, maka tulang tetap bisa mempertahankan kepadatannya.

Pada kondisi osteoporosis, kerja osteoclast sebagai sel pembongkar lebih banyak dibandingkan osteoblast, sehingga kepadatan tulang tidak dapat dipertahankan dan terjadi pengeroposan. Pengeroposan ini memudahkan tulang untuk patah dan menurunkan fungsinya. Tulang yang rawan terjadi osteoporosis yaitu tulang belakang, tulang panggul, dan pergelangan tangan. Jika pengeroposan terjadi pada tulang belakang, maka akan muncul permasalahan baru yang lebih berbahaya karena tulang belakang melindungi banyak saraf dengan berbagai fungsi.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis. Salah satunya yaitu kurang beraktivitas. Sebenarnya, semakin banyak aktivitas yang dikerjakan tubuh, maka akan semakin memicu kerja osteoblast untuk membentuk unsur tulang dan kepadatan tulang tetap terjaga. Kebiasaan merokok juga memengaruhi tulang karena zat nikotin yang terkandung di dalamnya dapat mempercepat penyerapan tulang dan menurunkan kepadatan. Faktor lainnya yaitu mengkonsumsi minuman tinggi kafein dan alkohol. Karena kafein dan alkohol dapat menghambat kerja osteoblast untuk membentuk unsur tulang.

Kurangnya asupan kalsium juga dapat mempengaruhi kepadatan tulang. Kalsium tidak hanya dibutuhkan oleh tulang, tapi bagian tubuh lain juga membutuhkannya. Jadi, jika asupan kalsium kurang, maka tubuh akan menyerap kalsium yang ada di tulang dan kepadatan tulang akan menurun.

Pada wanita yang sudah mengalami menopause atau tidak lagi mengalami menstruasi, hormon estrogennya menurun. Padahal, hormon tersebut mendukung pembentukan unsur tulang.  Hal tersebut membuat tulang menjadi cepat keropos dan mudah patah. Sebaiknya kita mengingatkan ibu kita di rumah, juga ibu-ibu lainnya di sekitar kita untuk tidak bekerja terlalu berat di usia yang sudah beranjak tua karena proses ini akan dialami oleh wanita di usia lanjut.

Pada kondisi usia lanjut juga terjadi proses penurunan fungsi organ di seluruh tubuh. Fungsi osteoblast sebagai pembentuk unsur tulang juga akan menurun. Sehingga pengeroposan tulang yang terjadi tidak dapat dihindari. Meski begitu, kita dapat mencegah terjadinya patah tulang dengan menurunkan aktivitas-aktivitas fisik yang dilakukan.

Pencegahan lainnya yang dapat dilakukan yaitu menjaga asupan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D sejak dini. Kalsium dan vitamin D dapat diperoleh dari susu, telur, ikan, udang, kacangan-kacangan, sayuran hijau, dan buah-buahan. Sinar matahari juga penting dalam menjaga kepadatan tulang, karena cahaya matahari akan mengubah pro-vitamin D di bawah kulit menjadi vitamin D.

Selain itu, penting bagi kita untuk menghindari faktor-faktor risiko yang sudah dijelaskan di atas, seperti menghindari konsumsi cafein, alkohol, dan rokok. Aktivitas fisik juga harus tetap dipertahankan, tentunya yang memberikan dampak baik bagi tubuh, lingkungan, dan masyarakat. Selain mencegah osteoporosis, aktivitas fisik yang kita lakukan juga sebagai bentuk rasa syukur kita di usia muda dalam memanfaatkan potensi yang telah Allah berikan.


Ditulis oleh:

Nur Ahlina Hanifah

Pendidikan Dokter 2013, Fakultas Kedokteran Unmul 

 



Kolom Komentar

Share this article