Lifestyle

Serba-Serbi Dampak Pandemi pada Usaha Kuliner

Dampak pandemi dalam dunia kuliner.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Istimewa.

SKETSA - Meski pandemi Covid-19 menghampiri, roda perekonomian tidak dapat berhenti begitu saja. Terhambat oleh regulasi yang membatasi jumlah individu dalam berkumpul, pelaku usaha mau tak mau harus menaati aturan tersebut, seperti halnya para pemilik usaha kuliner di Samarinda.

Mentari Nadia Widyanta, mahasiswa Psikologi 2017 salah satu pemilik usaha rumahan berjenis makanan beku ini mengaku semenjak pandemi menghadang, aktivitas berbisnis pada bidang food and beverages menjadi lebih kompetitif. Hal ini dikarenakan produk olahan beku siap santap menjadi alternatif praktis dan kian dilirik oleh individu yang ingin memulai bisnis.

“Walau sebenarnya bisnis aku enggak ada ngaruhnya ada dan tidak ada pandemi, tapi tetap harus kreatif sama produk ini. Karena makin banyak orang yang melihat peluang bisnis kuliner selama Covid, akibat produksi dan kerja dari rumah yang enggak perlu ketemu banyak orang,” tutur Mentari.

Ia menerangkan, konsumennya tergolong stabil dan tidak mengalami penurunan yang signifikan. “Aku sendiri juga enggak ada strategi khusus selama berjualan ini selain itu produk yang aku jual juga murah. Mungkin itu ada pengaruhnya sama daya beli konsumen, Alhamdulillah usaha masih bisa jalan walau lagi pandemi,” jelasnya.

Senada dengan Mentari, Iffa Fiqrianti pemilik usaha panacoa.co yang bergerak pada bidang bakery mengaku tidak ada strategi yang dirancang khusus dalam memasarkan produknya. Berbeda dengan Mentari yang membuka usaha jauh sebelum pandemi, Ia membuka bisnis ini ketika pandemi lebih dahulu terjadi.

“Sebenarnya rencana buka Februari, tapi keundur jadi Maret. Awalnya ragu karena yang kujual bukan kebutuhan pokok dan di masa sulit dan orang cenderung ngurangin jajan kan, tapi kalau ditunda lagi aku bisa kehilangan waktu membangun pasar untuk menuju lebaran,” ungkap Iffa.

Tak ingin menyiakan kesempatan ia berani mengeksekusi tekadnya. Kendati dampak covid-19 tidak terjadi pada sisi pelanggan, namun dirinya mengaku kesulitan mendapatkan penyuplai bahan baku karena tidak tersedianya stok di toko akibat barang tertahan pada proses pengiriman. Terutama saat lockdown dan PSBB. Alhasil sembari menunggu, Iffa membatasi kuota produk agar senantiasa dapat berdagang.

“Segmentasi pasar Panacoa middle up. Jadi secara umum daya beli nggak terlalu terpengaruh sama keadaan, semua orang bisa menikmati produk aku, dan daya tahan hidangan sendiri bisa sampai berhari-hari jika tidak berada di suhu ruang” terang Iffa.

Jika Mentari dan Iffa mengaku tidak ada dampak berarti, hal tersebut berseberangan dengan Reynol Tri Atmaja pemilik usaha kuliner khas negeri ginseng yakni Tteokbboki. Reynol sapaan akrabnya, memaparkan pandemi saat berpengaruh pada usaha yang telah ia rintis.

“Sekarang kan aku udah enggak di carnavian (gerai) lagi ya. Tapi, kemarin waktu masih di gerai pas awal corona banget, jujur semua pendapatan langsung turun. Kendala satu-satunya adalah kewaspadaan masyarakat juga, beberapa konsumen mengakibatkan kita para pebisnis semua jadi turun rata rata penghasilannya. Misalnya, karena mereka enggak ada yang keluar rumah untuk beli produk atau para driver enggak ada yang standby lagi. Jadi mau beli sendiri pun enggak bisa karena enggak ada yang mau keluar rumah, dan mau beli lewat Grab pun enggak bisa karena driver Grab-nya enggak ada yang keluar rumah,” papar Reynol.

Pemilik usaha tteokbeokki.smd ini dengan cepat mencari jalan keluar atas permasalahan salah satunya dengan memberi promo dan potongan harga pada produk miliknya. Bagi Reynol, inovasi merupakan kunci utama agar usaha tetap bertahan terutama pada pandemi saat ini. Ia masih memiliki harapan dampak covid-19 tetap menghasilkan pendapatan walau segala sesuatunya saat ini sedang terhambat.

“Harapan aku untuk aku dan semua pebisnis yang ada, semoga semua cepat kembali seperti rata-rata pemasukan kita semua. Berdoa dan usaha adalah salah dua hal yang paling penting. Gunain semuanya. Otak, fisik, mental, untuk ngebuat inovasi inovasi terbaru supaya narik hati konsumen kembali,” pungkas Reynol. (syl/ann)



Kolom Komentar

Share this article